perdamaian Bangsa Indonesia-Nusantara~ Selamat berjumpa kembali sahabat Kompasianer dan Readers! Kali ini saya akan menyinggung suasana perpolitikan dunia demi misi
Saya menyimak berbagai berita bahwasanya Rusia dan Ukraina saling klaim bahwa tidak ada surat yang dibawa presiden Jokowi perihal isu perdamaian.
Nah mungkin ada kesempatan besar, nanti di Presidensi G20 2022 di Indonesia. Perwakilan dari Negeri ini, bisa melakukan dialog dengan 2 pihak yang sedang bertikai, kemudian ajakan perdamaian yang diinisiasi bangsa ini sebaiknya diabadikan dengan tulisan yang persuasif dan menyentuh emosi perasaan nurani kedua belah pihak yang sedang bertikai.
Perwakilan Negeri kita menyusun dialog perdamaian tersebut dengan keilmuan Neurosemantic, agar lebih memakna dengan Frame of Mind yang menguntungkan kedua belah pihak, yakni Frame of Peace and Social Justice.
Apa itu Frame of Peace and Social Justice?
Yakni suatu cara membingkai semua keluh kesah dan harapan kedua belah pihak dan memaknainya dengan pesan perdamaian dan keadilan sosial dalam perspektif Bangsa Indonesia.
Perdamaian digambarkan dengan suasana perang berakhir damai, dan keadilan sosial digambarkan apa yang menjadi kebutuhan utama kedua belah pihak semakin dekat dengan perwujudannya dengan kepiawaian perwakilan kita untuk melakukan pendekatan secara humanis-spiritual artinya tidak membeda-bedakan, mengkasta-kastakan, kedua belah pihak di mata Negeri kita ialah sama, yakni Mitra dan Sahabat dalam membangun peradaban dunia.
Mengapa Surat tertulis lebih ampuh dibanding dilisankan?
Karena semua keluh kesah dan harapan direkam dengan kata per kata yang memakna. Dan rekaman tersebut suatu saat akan menjadi guratan tinta emas sejarah yang menjadi dokumentasi dunia, bahwa bangsa Indonesia mampu mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial sebagaimana tertera pada misi pembuka konstitusi bangsa negeri kita bersama.
Because... The Power of Word can Change the World.
Demikian. Semoga Pak Jokowi sukses mengemban misi mulia demi wibawa bangsa kita dimata dunia. Bukan gengsi, bukan pencitraan, melainkan tekad mulia berdasarkan keinginan luhur yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 10 Juli 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H