berfikir kritis tentang pemaknaan keyakinan. Selamat membaca~ Selamat berjumpa kembali di pagi hari ini sahabat kompasianer dan readers! Saya ingin membahas salah satu metode untuk aktivasi
Pikiran melahirkan Pemikiran. Salah satu komponen pemikiran diantaranya adalah Keyakinan. Keyakinan kita kemudian dimaknai oleh kita melalui bingkai pikiran (Frame of Mind).
Jadi yang menjadi permasalahan dalam hidup bukanlah orangnya, namun bingkai pikiran yang digunakan seorang tersebut dalam memahami keyakinannya. Seorang manusia memiliki keyakinan yang berbeda-beda, namun dibalik perbedaan itu manusia masih bisa hidup rukun dan damai, karena pemaknaan keyakinan yang berbeda diantara mereka bernilai positif dan menguntungkan.
Apa itu pemaknaan keyakinan yang bernilai positif dan menguntungkan?
Yaitu memaknai keyakinan sebagai salah satu sumber daya yang mampu membantu kehidupannya antara hubungan vertikal dengan Tuhan dan horizontal dengan sesama. Pemaknaan keyakinan ini membuat seorang merasa dibela dan diselamatkan oleh keyakinan pribadinya dengan ditandai seorang tersebut taat menjalankan peribadatannya sesuai keyakinannya.
Mengapa seorang menjadi taat menjalankan peribadatan sesuai keyakinannya?
Karena ia yakin keyakinannya dapat menyelamatkan dunia dan akhiratnya (kehidupan setelah kematian).
Bagaimana tentang permasalahan yang seringkali terjadi pada hidup kita?
Kembali pada permasalahan. Bahwa manusia seringkali mempermasalahkan sesamanya. Padahal yang bermasalah adalah pemaknaannya pada sebuah produk pikiran (yaitu pemikirannya).
Semisal seorang memaknai bos dalam pekerjaannya marah-marah dengan pemaknaan bos itu arogan, tentu jadi masalah. Karena bingkai pikiran (frame of mind) demikian dia berkeyakinan bahwa si bos adalah seorang arogan. Akibatnya kita jadi memusuhi si bos, dan berdampak buruk bagi kemajuan karir kita.
Adapun yang bijak seorang memaknai bos dalam pekerjaannya marah-marah dengan pemaknaan bos itu peduli, nah bisa jadi ini menguntungkan kita. Dengan bingkai pikiran ini, maka seorang dapat dengan bijak yakin bahwa sang bos sedang memberikan informasi akan kekurangan-kekurangan kita dalam mengeksekusi pekerjaan. Dampaknya kita dapat mengkoreksi setiap pekerjaan kita, sehingga kita lebih dapat efektif mengeksekusi pekerjaan kita.
Kesimpulannya yang bermasalah adalah cara kita membingkai atau memaknai suatu fenomena. Bukan dari pelaku fenomena tersebut melainkan frame of mind kita yang mesti diganti dengan frame of mind yang lebih menguntungkan.
Demikian ulasan singkat tentang Pemikiran dan Frame of Mind.
Mari kita mencoba mengaktivasi berfikir kritis guna mengkritisi apakah keyakinan kita mampu menyelamatkan kita atau sebaliknya, dengan menjawab pertanyaan ini cukup dalam hati, atau jika sempat tulis di kertas atau ketik di gawai anda.
Apakah yang menjadi esensi keyakinan saya?
- Jawaban: ...
- Pengaplikasian sehari-hari: ...
- Nilai-nilai kehidupan yang dipetik: ...
- Tujuan Akhir dari keyakinan: ...
- Tahapan-tahapan yang dilalui menuju Tujuan Akhir (Minimal 7 Tahap): ...
- Yang menjadi sumber referensi keyakinan: ...
Supaya ada gambaran jawabannya saya beri contoh:
- Jawaban: Pelayanan Kepada Tuhan di Alam Yang Kekal secara Realitas
- Pengaplikasian sehari-hari: Melayani sesama, Menghamba kepada Tuhan, Mentaati Pemimpin dalam Kehidupan dan Aturan Hukum
- Nilai-nilai kehidupan yang dipetik: Welas Asih, Ketulusan, Kesungguhan hati dan Konsistensi
- Tujuan Akhir dari keyakinan: Wafat dalam keadaan damai, dikenang sepanjang masa oleh yang hidup di muka bumi
- Tahapan-tahapan yang dilalui menuju Tujuan Akhir (Minimal 7 Tahap):
- Niat ditanamkan untuk melayani, menghamba dan taat
- Ketika bangun dari kondisi tidur, Niat tersebut dinyalakan
- Melayani diri dengan makan dan minum secukupnya dan menjaga kebersihan diri
- Melaksanakan tirakat dan pengekangan sesuai ketentuan beragama
- Sembari melaksanakan tirakat, mengaplikasikan niat di setiap kegiatan sehari-hari
- Setiap orang merasakan kebermanfaatan hidup dari pengaplikasian saya
- Saat tiba waktu saya wafat, saya menuai apa yang saya tanam
- Yang menjadi sumber referensi keyakinan:
- Kitab Suci Umat Beragama
- Pengetahuan Ruhani yang disampaikan Guru Kerohanian yang bonafide
- Pengalaman seorang yang didermakan pada saya
- Perkataan bijak orang-orang terdekat, pemimpin dan Guru
Nah bagaimana dengan jawabanmu?
Kalau sudah dijawab. Apakah diri ini menjadi semakin yakin akan keyakinan diri dan berkomitmen untuk mentaatinya?
Lha, kok jadi serius amat yah. Ehe~
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 9 Juli 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H