Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayahanda Paling Tabah

4 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   08:33 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah dalam hamparan sajadah, bermunajat dalam doa, "Yaa Allah... Ampuni hamba... hamba berbuat baik pada sesama dan memberikan kebermanfaatan hidup... namun apakah dosa hamba? Anakku kini menderita penyakit luar biasa menyiksa. Bukakanlah jalan-Mu agar hamba bisa menyelamatkan anakku."

Saya yang masih SD saat itu tidak mengerti apa yang ayah ucapkan karena masih polos, namun saya melihat ayahanda menitikkan air mata. Seketika saya pun yang mungil segera memeluk ayahanda. "Ayah... yang tabah... Ayah adalah Ayah yang paling tabah dimata Aa."

Ayah mengecup keningku. Bangkit dari sajadah. Dan kembali menemui adinda yang masih dalam analisis medis.

***

Selama berminggu-minggu Dirawat pada akhirnya Dokter memutuskan. Teknologi kedokteran belum dapat mengidentifikasi penyakit apa yang diderita adinda. Oleh karena itu Sang Dokter merekomendasikan kami menjalani pengobatan non-medis.

Ayahanda dan Ibunda juga saya yang masih kecil bertualang bersama berjuang mengobati adinda yang menderita. Berbagai paranormal dan dukun kami temui satu persatu. Namun penyakit yang di derita adinda semakin menjadi-jadi. Adinda mengalami bercak merah pada tubuhnya yang membuat rasa gatal. Namun adinda yang masih kecil tidak menggaruknya melainkan memegang tasbih berdzikir sesuai petunjuk ibunda.

Bertahun-tahun penderitaan adinda membuat Ayahanda terpukul. Dan yang membuat paling terpukul Ibunda dari Ayahanda yakni Nenek saya, mengalami sakit yang mengerikan. Beliau seperti robot yang dikendalikan oleh seseorang, Tubuhnya hadir, tapi seperti tak berjiwa.

***

Hingga akhirnya adinda menggapai kesembuhannya saat Adik duduk di bangku SD kelas 4. Menuruti petunjuk ibunda agar terus berdzikirlah yang mengantarkan kesembuhan, bukan dengan bantuan dukun dan paranormal yang malah memeras keuangan kami di perjalanan kesembuhan adinda.

Namun kabar duka, Ayahanda harus kehilangan Ibunda tercintanya... beliau wafat dalam keadaan terkisahkan sebelumnya. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkan Nenek dikala itu.

Ayahanda duduk termenung dalam amparan sajadah... beliau bermunajat dalam doanya "Yaa Allah jadikan hamba sebagai seorang teguh dalam kebaikan, sehingga hamba tidak mendapati orang-orang tercinta hamba wafat dalam keadaan pengaruh sihir."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun