Bahkan saya sempat ingin membunuh suami dari adik nenek saya sendiri dengan membawa sebilah pisau dengan nekatnya, namun aksi itu dicegah oleh ibunda... hingga lengan lembut ibunda luka berdarah. Namun rasa tega saya masih melekat, saya masih dipenuhi ketidaksadaran diri. Dengan penuh kelembutan hati, ibunda merangkul saya dengan menahan sakit luka berdarah ditangan tanpa keluh kesah melainkan senyuman berarti, berusaha menyadarkan saya dari pengaruh guna-guna.
Alhamdulillah... Berkat Doa sang ibu kepada seorang wanita yang dicap sebagai penipu besar keluarga besar dari Ayah. Keluarga kami tidak pernah dikunjungi seorang pun yang berniat untuk meminjam uang pada Ibunda dan Ayahanda. Dan saya dipertemukan jalan kesembuhan dimulai titik balik kehidupan itu. Sepertinya Wanita yang keluarga besar cap sebagai penipu tersebut, mendoakan kami dibalik ketidaktahuan kami.
Dan Allah S.W.T menjauhkan kami dari segala tipu daya yang merampas kesejahteraan kami sampai saat ini.
***
Inilah berkah hidup dari Ibunda. Bagaikan Gunung yang kokoh namun penuh kelembutan. Bagaikan tembok raksasa yang megah dan perkasa, namun selalu terbuka gerbangnya kepada yang singgah layaknya terbuka pintu hati sekalipun sudah disakiti.
Terima kasih ibunda atas pelajaran berharga.
Kebaikanmu telah meluluhkan alam semesta ini, sehingga ananda terjaga dari kejahatan orang-orang yang berniat kurang baik pada Ananda ini yang masih dalam naunganmu.
Dan Ananda kini bisa berderma tulisan untuk rekan rekan Kompasianer dan Readers hingga saat ini.
Ananda damai dan sejahtera, dalam kasihmu... walaupun kasihmu pun menaungi seorang penipu sekalipun.
Semoga sang wanita yang dicap penipu tersebut menemukan jalan terbaiknya, dan menjadi berhati malaikat seperti ibunda. Aamiin YRA.
Kebencian tidak dapat ditaklukan dengan kebencian pula. Hanya dengan Cinta tuluslah yang dapat menaklukan kebencian. Hingga terbitlah kehidupan dunia yang aman, damai dan penuh keselamatan.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 3 Juli 2022.