Selamat berjumpa kembali sahabat Kompasianer dan Reader! Senang sekali hari ini saya bisa menyapa kembali anda semua~ Hehehehe.
Kali ini saya akan membongkar sebuah cara bagaimana kita bisa mendeteksi Frame of Mind atau Pemikiran seseorang. Dan cara ini tentunya merupakan pendekatan dari keilmuan Neurosemantic.
Sebenarnya mudah untuk mendapatkan referensi apa saja yang melekat pada pemikiran seorang yang ingin anda deteksi. Anda bisa memancingnya dengan sebuah artikel, yang bahkan biasa di kontribusikan di media beyond blogging Kompasiana. Lalu amati apa reaksi beliau semua, dan apa vote dan komentar yang beliau berikan.
Jika kita menemukan berbagai vote dari pembaca, sebenarnya itu menggambarkan kondisi kejiwaan beliau yang memberikan penilaian. Begitupun seorang yang rela berkomentar di konten anda, itupun mencerminkan wawasan dan pemikiran seorang tersebut berdasarkan kualitas komentarnya.
Begitupun... semisalnya untuk mendeteksi apakah komunitas medsos anda gandrungi terpapar gerakan Radikalisme Berbahaya dan Sarat Politik Identitas. Coba posting Artikel yang memicu/mentrigger mereka misal dengan menshare topik artikel tentang Pluralisme. Lalu tunggu apa reaksi anggota komunitas anda.
Mungkin akan bervariasi respon yang didapat, karena sangat kebetulan sekali bangsa ini begitu aktif dan gemar bermain medsos tiada hari tanpa memegang gawai.
Pastinya ada yang Pro dan Kontra dalam postingan anda. Nah anda bisa menggolongkan siapa saja yang Pro dan siapa saja yang Kontra, itu bisa menjadi bahan referensi anda kedepannya untuk meningkatkan kewaspadaan dalam bersosialisasi.
Karena referensi dari Frame of Mind seorang dapat dengan mudah di dapat, dari Respon yang beliau berikan apakah menunjukkan kesukaan atau ketidaksukaan, apakah komentarnya penuh apresiasi atau penuh umpatan. Sebenarnya apa yang mereka berikan berupa respon dan vote tersebut, mengindikasikan bahwa memang seperti itulah warna mereka.
Contoh lain anda memposting artikel tentang pemandangan alam di Gunung Tangkuban Perahu. Nah, jika seorang merespon positif bahwa Gunung Tangkuban Perahu itu indah dan beliau mengungkapkan itu merupakan salah satu hobby-nya. Itupun menunjukkan siapa dirinya.
Jadi respon dan penilaian yang anda berikan pada seorang, sejatinya respon dan penilaian tersebut menunjukkan siapakah diri anda sebenarnya.
Lantas bagaimana jika respon yang ia berikan berbeda dengan kesejatian dirinya? Ya itu juga menandakan bahwa itulah dirinya yang demikian adanya.
Kata-kata dan ekspresi yang diberikan berupa tulisan di sebuah media sosial, mencerminkan pribadi yang ia tampilkan. Maka sejatinya ia sedang menguliti dirinya sendiri. Apakah ia mengupas dirinya yang penuh kebaikan, ataupun demikian adanya.
Jadi sebuah hal yang mudah untuk mengetahui apa yang ia pikirkan, apa yang menjadi kesukaannya, apa yang menjadi kebutuhannya, apa yang menjadi keinginannya, apa yang menjadi keyakinannya, hanya dengan melihat respon atau feedback yang beliau berikan atas konten yang kita sajikan. Karena memang... masyarakat kita cenderung bablas jika sudah berkaitan dengan media sosial.
Ingatlah saudaraku... Kata-kata yang kita lisankan dan tuliskan mencerminkan kejiwaan kita.
Jadi hati-hati saja, kalau drama politik dan kehidupan yang ditampilkan di media berita yang selama ini kita akses, sebenarnya memberikan referensi-referensi perihal kualitas pemikiran kita dan siapakah kita sebenarnya dari respon yang kita berikan... kepada pihak yang berkepentingan.
Be careful and be wise~
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 30 Juni 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H