Menurut Bhagavad Gita jenis Daging-dagingan termasuk produk alam berkategori sifat alam tamasik/abai. Jadi bisa mengakibatkan ketidaksadaran yang ditandai sulitnya mengendalikan amarah yang tidak perlu (seperti marah bukan untuk menyelamatkan, melainkan karena pemuasan nafsu semata), kurang empati, dan sulit memahami makna mendalam dari isi kitab suci yang ada di setiap umat beragama.
Jadi apapun yang dikonsumsi berlebihan apalagi demi kepuasan badan semaksimal-maksimalnya itu tidak baik, sekalipun daging non-babi atau lainnya yang dilarang agama tertentu yang biasa dikonsumsi kebanyakan masyarakat. Perhatikan takarannya dengan bijak agar menjadi seorang yang bijak sahabat!
Oleh karena itu saya lebih memilih gaya hidup lacto-vegetarian, dilengkapi lauk pauk berupa tahu dan tempe juga olahan susu berupa keju. Sudah 3 tahun lebih saya menjalani gaya hidup ini, dan disertai berpuasa daud sesuai ajaran Islam. Alhamdulillah saya mendapatkan karunia kesehatan dan kemajuan spiritual, dengan ditandai ada saja ide untuk menulis setiap harinya di kompasiana. Hehehe~
Bagaimana dengan minum-minuman yang memabukkan?
Minum-minuman keras yang memabukkan dengan tujuan euforia bisa menyebabkan kesadaran seseorang tereduksi kesadarannya sehingga tidak peduli dengan kesehatannya.
Banyak dampak dari bahaya mengkonsumsi minuman beralkohol, saya pernah membaca artikel dari Sang Maestro Kompasiana Opa Tjiptadinata Effendi, menurut pengalaman beliau saat berkendara mobil alangkah baiknya tidak meminum-minuman beralkohol sebelum berkendara saat itu juga.
Karena persekian detik, gerakan refleks tangan dan kaki menjadi tidak sinkron dengan kendali pikiran dan akibatnya bisa menyebabkan tragedi kecelakaan seperti terlambat belok dan rem saat saat urgent.
Sementara menurut alodokter.com mengkonsumsi berlebihan alkohol dapat menyebabkan kerusakan organ internal hati pada tubuh, meningkatkan potensi kanker, dan menyebabkan anemia.
Wah... hedonis itu juga terkait dengan minuman sahabat kompasiana dan sahabat readers! Karena sudah pernah mencicipi hingga menjadi candu, kesehatan kita malah terganggu. Iya gak sih?
Kalau dunia makanan dan minuman sudah di bahas, apalagi ya sobat perilaku hedonis yang mereduksi kesadaran? Ada! Perjudian!
Judi kalau udah terasa benefitnya, pengen tarik lagi tarik lagi sampai untung menggunung. Kalau sudah begini kita menjadi tidak sadar diri, akibatnya resiko judi yang dipenuhi ketidakpastian ini mengguncang isi dompet.
Jangankan di dunia perjudian pada umumnya... sistem game online yang bikin candu anak-anak dan remaja yang memakai sistem gacha dan adu keberuntungan lainnya yang menggunakan uang real untuk menarik minat pemain game tersebut, bukan lagi sebuah permainan yang sehat untuk dimainkan.
Bisa-bisa kartu kredit atau debit orang tua, ia gesek juga demi dapat yang diinginkannya walau ketidakpastian yang bikin greget karena gak dapet apa yang di harep-harep... ya ujungnya uang ludes, dapet engga sob! ?