Kedzaliman adalah tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Filosofi sederhana penjelasnya ibaratkan meletakkan gelas kaca bukan pada tempatnya. Seperti menaruh gelas tidak diatas meja, melainkan di taruh diatas lantai tempat berjalannya kaki. Akibatnya seorang yang tidak melihat ke bawah, tak sengaja menendang gelas kaca tersebut hingga pecah. Dan pecahan kacanya terinjak hingga membuat luka berdarah, dan mencelakai sekitar.
Maka kedzaliman itu sejatinya dapat mencelakakan orang banyak. Seperti uang rakyat yang seharusnya dipergunakan untuk perbaikan dan maintenance fasilitas publik. Ini malah dipergunakan oknum pejabat publik, untuk berfoya-foya demi kepentingan diri dan golongannya. Maka ini pun termasuk dalam kategori dzalim.
Mengapa? Karena dampak yang ditimbulkannya benar-benar merugikan masyarakat luas. Fasilitas publik yang seharusnya mendapatkan perawatan dan perbaikan dengan modal biaya, harus mengalami kekurangan dana sehingga perbaikan dan perawatan tidak sesuai harapan dan akibatnya masyarakatlah yang merasakan dampak dari rusaknya fasilitas tersebut. Sementara oknum malah bersenang-senang dengan uang hasil tindakan korupnya.
Maka kontradiksi dari kedzaliman adalah keadilan. Keadlian yakni menempatkan sesuatu pada haknya atau sesuai tempatnya. Pertanyaan besarnya, apakah manusia modern di zaman ini mampu menaklukkan ego dirinya guna memenuhi hajat orang banyak bila ia berkuasa?
Bumi akan dipenuhi keadilan, apabila pikiran manusia seluruhnya telah dimurnikan kesadarannya. Namun apabila pikiran manusia tercemar oleh hasrat pemenuhan ego, peristiwa korup dan kedzaliman akan selalu terulang selamanya.
Apa sajakah faktor utama pendorong seorang berlaku korup dan dzalim?
- Faktor eksternal, Kesempatan dalam Kesempitan.
- Faktor eksternal, Lemahnya dan adanya celah dalam pengawasan.
- Faktor internal, kerakusan dan keserakahan.
- Faktor internal, kepentingan pribadi dan golongan.
- Faktor internal, gengsi dan gaya hidup serba mewah.
Apakah upaya kita? Dan apakah solusi dari segala permasalahan ini? Yakni kembali kepada kesadaran setiap manusia. Agama yang tersebar di muka bumi, sebenarnya merupakan sarana pelatihan diri untuk mengasah kesadaran dan ketajaman pikiran untuk mampu mengendalikan ego kita sendiri.
Kedzaliman akan selalu merajalela, namun dapat terselesaikan penyebarannya dan pengulangannya, apabila ada seorang yang mampu menghentikannya.
Kesadaran Moral seorang pemimpin dan yang dipimpin, adalah upaya nomor wahid guna menghentikan penyebaran dan pengulangan kedzaliman di muka bumi.
Pertanyaannya. Mampukah kita mewujudkan keadilan itu tegak berdiri di Negeri Indonesia tercinta?
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 21 Juni 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H