Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Edisi Jalan-jalan: Allah Meninggikan Golongan Pekerja di Zaman Kini

4 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 4 Juni 2022   07:42 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kopi dan Gula, Ayahanda dan Saya. Sekadar Foto Pemanis. (dokpri)

Dahulu di Zaman Dwapara Yuga pada Epic Mahabharata sekitar 5000 tahun silam, golongan Sudra (Pekerja) mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan karena sistem kasta yang berlaku di beberapa kerajaan besar saat itu. Termasuk perlakuan yang telah diterima oleh orang tua yang mengasuh dan memungut Adipati Karna yang menjelma menjadi ksatria agung di zamannya.

Namun kini di Zaman Kali Yuga menurut sastra Veda yang di dominasi oleh sifat alam Rajas dan Tamas (Nafsu dan Abai), mayoritas masyarakat adalah Varna Profesi Sudra atau lebih mulia disebut golongan pekerja yang mengandalkan kecerdasan akal. 

Ciri utama masyarakat Sudra Modern adalah Pemikirannya Kritis dan berjiwa profesional dalam pekerjaannya. 

Sudah bukan lagi zaman meng-kasta-kasta-kan apalagi merendahkan golongan pekerja yang kini mendominasi masyarakat, dan menjadi gengsi tinggi bagi masyarakat untuk dapat mengabdi pada profesi dan pekerjaan yang digelutinya sebagai passion yang berkontibusi bagi bangsa dan negara.

Saya kemarin mengantar ayahanda untuk mencairkan JHT (Jaminan Hari Tua) di BPJS Ketenagakerjaan Kota Cimahi karena Usia Ayahanda sudah memenuhi syarat pengambilan Uang JHT yakni 58 tahun. 

Suasana yang apik, dan asri membuat saya jadi terpesona dengan lingkungan bangunan ini. Kami berangkat pukul 07.35, dan Ruangan Pelayanan masih tutup, nampak masyarakat sedang duduk menunggu.

Ayah saya penggemar rokok dan kopi, duduk santai dan membicarakan masa depan saya sebagai Full-Time Blogger di Kompasiana. Karena kami terlalu menikmati suasana... tahu-tahu sudah berjejer antrian. Alhasil terpaksa kami mendapat antrian paling belakang, nasib... nasib...

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi lebih, kami diizinkan masuk ke ruangan pelayanan dan dipersilahkan menerima nomor antrian dan duduk di kursi yang disediakan. Saya dan Ayahanda yang sangat anti udara AC yang lembab. 

Kamipun keluar ruangan duduk di kursi luar ruangan untuk merasakan Udara AC Gelebug kalau istilahnya di Kota Cimahi yang khas dengan sunda lawak, AC gelebug artinya angin yang begitu sejuk namun gelebug artinya begitu kencang dari alam, bukan dari AC buatan manusia.

Antrian saya masih lama, dan saya sebentar masuk ruangan untuk memfoto sebuah motto luar biasa indah. 

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun