Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Instant Karma dan Istidraj

15 Mei 2022   05:00 Diperbarui: 15 Mei 2022   06:58 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tulisan sebelumnya di tulisan ini (Baca: Berbagai Filosofi Penjelas "Siapa yang menabur, ia yang menuai") saya sempat membahas hal tentang Instant Karma.

Seorang yang mengalami instant karma, seperti contoh kisah seorang yang melakukan tindakan dosa, maka pada hari itu ia mendapatkan balasan setimpal, sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah meninginkan hambaNya dalam keadaan suci dari dosa saat setelah ia wafat. 

Maka jangan heran orang yang mengalami instant karma, sekali ia berbuat kesalahan, pada hari itu atau keesokan harinya ia mendapatkan masalah sebagai perenungan dan kesadaran.

Sejatinya manusia selalu menghadapi masalah. Masalah terjadi karena sebab-sebab yang kita perbuat. Dan sebab-sebab itu kebanyakan dilakukan karena ketidaktahuan kita dan sifat abai juga ketidaksadaran kita, yang berdampak buruk bagi sesama hidup. Akibatnya hidup kita sering berhadapan masalah. 

Jadi jangan sebut masalah adalah ajang pendewasaan diri sahaja, namun kita harus merenungi dengan seksama, ada apa gerangan masalah itu hadir? Itulah baru yang disebut dewasa.

Kalau hidup kita sudah tak bermasalah, barulah seorang tersebut mencapai kedamaian karena ilmu pengetahuan dan kekuatan yang dimilikinya atas karunia Allah yang tak terhingga.

Sementara bagaimanakah dengan Istidraj?

Istidraj itu ibarat penokohan di film-film, seorang antagonis yang selalu berjaya di awal hingga tengah cerita, namun endingnya berakhir tragis. Seperti kalau di kehidupan, ada orang jahat namun semasa hidupnya baik-baik saja, malah hidupnya makin melimpah dengan kekayaan, ketenaran dan kehebatan.

Namun jangan sangka Allah sedang menjebaknya, agar sang antagonis semakin lalai dengan perilakunya, semakin menumpuk dosa-dosa, hingga akhirnya saat ia wafat meninggalkan alam dunia. 

Di akhirat barulah balasan dosa yang menumpuk itu diperlihatkan Allah padanya, dan sang antagonis merasakan kesengsaraan hebat di akhirat, dan sudahlah terlambat baginya untuk dapat terbebas dari belenggu neraka.

Jadi kalau kita berbuat dan berperilaku dosa, namun sampai saat ini kita tak mengalami permasalahan hidup, atau tidak mengalami instant karma. Hati-hati, jangan-jangan kita sedang diistidrajkan-Nya.

Semoga kita terbebas dari belenggu istidraj, dan menjadi pribadi yang di cintai oleh Allah.

Aamiin YRA.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 15 Mei 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun