Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mau Dibawa ke Manakah Peradaban Bumi Nusantara Pasca Pilpres 2024?

12 Mei 2022   16:00 Diperbarui: 12 Mei 2022   16:04 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/Nyoman_Nuarta

Penulis melakukan studi mandiri meninjau tulisan-tulisan perihal informasi Suku Baduy, yang menduduki kabupaten Lebak, Banten yang seperti yang ditulis Faustina Patria dari Universitas Binus. Tulisannya disini: Suku Baduy Jauh dengan Teknologi dekat Dengan Alam dan pernah saya bahas keilmuannya di Tulisan berikut: Mukjizat Cinta.

Pada tulisan-tulisan sebelumnya penulis membahas pengetahuan tentang Pembagian Periode Zaman (Baca juga: Menjadi Pemenang Setiap Zaman) berdasarkan Sifat Alam.

Peradaban dan Budaya yang ada di Bali dan Suku Baduy sejatinya merupakan keberlanjutan dari peradaban Kerajaan Padjajaran di masa lampau terang Bapak Aseng seorang sahabat ayahanda juga seorang petualang ilmu ruhani, yang berkunjung kemudian berdialog di rumah kedua orang tua penulis, dan juga tentu di Bali pun masih banyak Para Brahmana bijaksana yang berdarah asli dari Pembesar Kerajaan Majapahit.

Peradaban dan Budaya yang ada di Bali dan Suku Baduy mengandung Manifestasi Sifat Alam Kebaikan yang diotoritaskan oleh Sri Vishnu dan terkoneksi langsung dengan Purna Avataranya yakni Sri Krsna yang pernah menginjakan kakinya di muka bumi 5.000 tahun silam. 

Yang mana Sri Vishnu berotoritas pada sifat Alam kebaikan (Sattvam). Mahadeva Shiva berotoritas pada sifat Alam Abai (Tamas). Dewa Brahma berotoritas pada sifat alam Nafsu (Rajas). 

Mengapa Orang Baduy dan Bali mengandung manifestasi sifat Alam kebaikan? Karena Orang Baduy dan Bali cenderung lebih harmoni dan menyatu dengan Alam, karena potensi hati yang selalu beliau-beliau pertajam semasa hidupnya dengan istilah Welas Asih.

Sattvam - Rajas - Tamas ditemukan pada naskah Bhagavad Gita yang disabdakan Sri Krsna kepada Arjuna, sering dibahas sebagai komponen dasar pembentukan alam semesta dan menjadikan susunan planet yakni Planet Atas dan Planet Bawah. Dimana Planet Atas didominasi Sifat Alam Sattvam yang paripurna sehingga banyak yang menyebutnya sebagai planet surgawi, sementara Planet Bawah didominasi Sifat Alam Tamas sehingga banyak yang menyebutnya sebagai planet yang penuh kesengsaraan jiwa karena penduduk planet yang begitu abai dan jika semakin kebawah semakin kejam kehidupannya.

Sementara Bumi tergolong planet yang didominasi Sifat alam Rajas atau nafsu, berada dipertengahannya. Maka jelas banyak manusia duniawi yang semasa hidupnya berkeinginan menjadi penikmat dan penguasa dunia.

Juga sebenarnya Manusia kini adalah manusia di periode Kaliyuga (dan Baca juga: Roda Siklus Zaman Berdasarkan Pengetahuan Veda) yang cenderung bersifat abai, dan keunikannya manusia dizaman kaliyuga sekarang lebih condong mengutamakan kepintaran sebagai sasaran kemajuan kehidupan, sehingga tersebarlah berbagai lembaga pendidikan yang berusaha mengoptimalkan kecerdasan akal masyarakat. Namun sayangnya sifat sattvam (kebaikan) cenderung diabaikan, sehingga praktik pelanggaran hukum pidana dan perdata merajalela. 

Maka wajar saja Semua Pihak menggemborkan "Merdeka Belajar" sebagai sarana untuk memperkaya potensi Hati Nurani yang merupakan ekspansi dari Sifat Alam Sattvam, sehingga peserta didik berkarakter tidak hanya mengandalkan kepintaran namun juga kepekaan sosial dalam bermasyarakat, keterbukaan dan menjalin kerjasama yang edukatif dengan semua lapisan masyarakat yang mendukung peradaban bangsa.

Sejatinya jika orang-orang berakal fokus menjalankan studi mencerdaskan kejeniusan akalnya dengan menggali kebenaran yang tersurat dan tersirat di Al-Quran. Sebenarnya banyak ayat-ayat Quran yang mendukung penyempurnaan akal sehat umat manusia seperti yang diterangkan Surah Al-Imran ayat 7 yang berbunyi:

"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."

Dan begitupula kitab Suci Veda yang dianut oleh umat Sanatana Dharma yang umum dikenal Hindu di bumi Nusantara yang berpegang teguh pada Ajaran Veda. Veda pun sebenarnya jika diperdalam oleh para Brahmana Umat Hindu kemudian dikembangkan menjadi pengetahuan yang terukur dan dapat diterima secara ilmiah. Tentu dapat menunjang kecerdasan potensi hati Nurani umat manusia. Karena toh banyak Ilmuwan Amerika sendiri yang mengkaji Kitab Bhagavad Gita dan Srimad Bhagavatam yang merupakan setetes pengetahuan Veda, karena Veda begitu banyak sekali sastranya sehingga kalau di bukukan bisa berukuran sebuah ruangan kamar rumah seluas 2 x 3 meter persegi, dan itu pun masih sebahagiannya saja. Wow!

Lihat saja Amerika dengan peradaban yang mengandalkan teknologi kecerdasan akal, masih kesulitan berupaya mendamaikan konflik Rusia-Ukraina. Ini tidak bisa dibantah, yang mana kita sendiri dalam menjalankan Roda Pemerintahan menganut Bentuk dan Sistem Pemerintahan yang berkiblat kepada Amerika lho! Apa itu? Yakni Republik-Demokrasi-Presidential.

Kegagalan-kegagalan Republik-Demokrasi-Presidential, membuat bisikan ghaib di masyarakat membuat dan menghasilkan fenomena unik per tahun 2020 lampau. Bagaimana tidak, banyak penggagas Pemerintahan basis Kerajaan seperti Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat. Sejatinya alam bawah sadar masyarakat saat ini di bumi nusantara menolak kontroversi pemerintahan yang selalu terjadi karena kita masih berkiblat segala hal kepada negeri Paman Sam. 

Sebuah siklus Polybius, yang mana Polybius merupakan murid Aristoteles menggambarkan sebuah siklus memutar sebuah bentuk pemerintahan:

https://brainly.co.id/
https://brainly.co.id/
  • Monarki = Pemerintahan yang dipimpin Satu Orang
  • Tirani = Penyelewengan Monarki
  • Aristokrasi = Pemerintahan yang dipimpin oleh Sekelompok Orang
  • Oligarki = Penyelewengan Aristokrasi
  • Demokrasi = Pemerintahan yang dipimpin oleh banyak Orang (dengan pembagian 3 Kekuasaan/LEY = Legislatif - Eksekutif -Yudikatif)
  • Okhlokrasi = Penyelewengan Demokrasi

Kita akan melihat sendiri kelak Demokrasi akan bertransformasi menjadi Okhlokrasi sebagaimana Siklus Polybius. Mengapa bisa terjadi demikian? Kita saksikan sendiri begitu banyak orang-orang yang berhasrat besar mengikuti Ajang Pilpres 2024, padahal sekarang masih 2022. Ada apa gerangan?

Padahal urgensi eksistensi bangsa dan negara sudah bukan lagi seperti yang saat ini diutopiakan. Semakin kedepan tantangan yang dihadapi oleh dunia semakin berat. Karena kita lihat sendiri banyak negeri-negeri yang mulai tidak berdaya menghadapi fenomena krisis yang diwarnai variasi wabah penyakit, tingkat kriminalitas yang masih terjadi dimana-mana, kesenjangan perekonomian, perang ideologis yang menginflitrasi masyarakat, isu perubahan iklim dan masih banyak lagi.

Kalau calon pemimpin bangsa masih berorientasi menikmati kekuasaan dan meraup keuntungan sebanyak banyaknya untuk golongan, niscaya negeri tersebut itu akan hancur dengan sendirinya. Maka mau tidak mau suka tidak suka dibutuhkan pemimpin bangsa yang dapat mengatasi itu semua, bukan karena hasrat rendah ingin menjadi penguasa dan penikmat negeri, namun ada keinginan luhur untuk menyelamatkan bangsa dari segala macam bentuk krisis. Pertanyaan besarnya adakah calon pemimpin kuat yang memiliki kriteria tersebut? Penulis rasa masyarakat lebih cerdas untuk menjawabnya.

Artinya perlu adanya keseimbangan peradaban antara Hati Nurani, Akal yang Sehat, dan Keinginan luhur untuk bangsa Nusantara tercinta ini. Sehingga apa yang diramalkan leluhur bangsa kita di zaman kerajaan Hindu-Buddha masa lampau, bahwa Nusantara Mercusuar Dunia benar-benar terealisasi. Hasilnya... tercipta Peradaban Manusia yang dapat harmoni dan menyatu dengan alam, disisi lain terkoneksi dengan kemajuan teknologi.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 12 Mei 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun