Salam berjumpa Sahabat Kompasiana!
Izinkan Rian berbagi tulisan yang mudah-mudahan merubah "Frame of Mind" kita selama ini menjadi lebih apik dan kontributif bagi kemajuan bangsa dan negara. Selamat membaca.
3 Tahun berlalu, Rian meninggalkan kampus tercinta STIA Cimahi dalam status dicutikan, Kampus yang berhasil menggembleng mentalitas Rian sebagai seorang pembelajar dengan tekad kuat dan berkeinginan luhur agar mampu berkontribusi bagi kemajuan Bangsa dan Negara.
Rian dedikasikan tulisan ini sebagai upaya penyemangat para akademisi siap menghadapi tantangan pemenuhan kebutuhan masyarakat, perubahan zaman yang begitu dinamis sehingga mempengaruhi penggunaan teori yang harus relevan dengan zaman, serta tantangan-tantang global yang siap menempa mentalitas seluruh sumber daya manusia.
Mari merevisi pemikiran. Apa gerangan tulisan ini muncul?
Ya, karena sumber segala permasalahan bersumber dari pemikiran kita yang tidak relevan dengan situasi, kondisi dan tuntutan zaman. Bukan diri kita yang bermasalah, tapi pemikiran kita yang harus dibenahi.
Sudah saatnya kita menyadari, bahwa Kampus adalah Fasiilitas Kemajuan Ilmu yang berjuang memberikan setiap masyarakat yang berintelegensi dan berkemauan kuat untuk terfasilitasi kompetensinya dengan kesiapan mental akademisi yang sudah tidak diragukan kompetensinya, bukan lagi sebuah kamp konsentrasi indoktrinasi teori-teori yang sudah basi.
Lha? Kenapa marah? Memang itu kok bahasa masyarakat yang sadar akan pentingnya kemajuan Ilmu.
Teori yang sudah basi artinya sudah tidak bisa dipergunakan untuk memenuhi tuntutan situasi, kondisi dan perubahan zaman, Lha kenapa kita jadi yang memaksa dengan pemikiran kita yang sudah tidak relevan ini kepada siapapun?
Pastinya kita akan terlibas terkena dampak atas arogansi memikirkan pemikiran yang sudah tidak ada relevansi, mau tidak mau suka tidak suka, kita ditenggelamkan zaman, publik menjadi distrust kepada kita, yang akhirnya kita rugi sendiri, gulung tikar dari dunia akademisi.
Masyarakat sekarang sudah mulai berkesadaran, mulai belajar menjadi pengamat dan pemerhati fenomena publik dan pelayanan publik. Bahasa diskusinya sudah mulai berbobot edukasi, dengan sentuhan guyonan lokal yang humoristik.