puisi dalam mode postingan "Sehampar Puisi Berbait". Hanya ada satu judul puisi dalam mode ini. Selamat menikmati!
Selamat jumpa kembali sobat Kompasiana! Izinkan Rian menuliskan sebuah***
Judul: Terik Mahsyar Menggelegar
Ah!
Ternyata ini yang dijanjikan!
Betapa bodohnya aku semasa dunia ada.
Lihat diriku yang sekarang!
Kini terjebak dengan badan.
Sesuai amalan hidup di dunia.
Ku berbaris dalam keringat.
Menatap putaran kisah setiap manusia.
Dari yang hina hingga yang penuh kemuliaan.
Tak ada lagi canda tawa.
Giliranku meratapi kisah diri, disaksikan.
Kumohon tutup aib-aibku ya Tuhan...
Aku malu melihat diri terkelupas.
Disaksikan seluruh jiwa padang Mahsyar.
Terik Mahsyar Menggelegar.
Keringat mengalir menenggelamkan.
Sesuai amalan yang dipunya.
Apa arti sebuah amalan?!
Jika tidak berdasar pengetahuan?!
Apa arti sebuah amalan?!
Jika tidak dilandasi ketulusan?!
Sungguh merugi hamba.
Walau timbangan pahala menunjukkan.
Namun hampir saja, tak sampai.
Karena banyaknya kesalahan dan dosa yang nampak.
Yang terputar...
Tersaksikan...
Ku dahulu terlambat taubat.
Hingga harus menghadap akibat.
Perbuatan diri semasa dunia.
Inilah kisah masa depan.
Terik Mahsyar Menggelegar.