Oppenheimer, akhirnya resmi tayang di bioskop tanah air sejak tanggal 19 Juli lalu. Film garapan sutradara ternama Christopher Nolan ini banyak ditunggu-tunggu terutama oleh para penggemar setia karya-karya Nolan. Tentu saja mengingat kiprah seorang Christopher Nolan yang sudah menciptakan banyak film-film yang tidak cuma bagus, tapi juga fenomenal.Â
Karya-karya Nolan banyak dikenal publik dan pecinta film berkat kejeniusan dan kreatifitasnya dalam mengolah baik cerita, gambar, dan suara yang berpadu begitu apik dalam satu kesatuan. Sebut saja Memento, Inception, Interstellar, hingga Tenet yang masih melekat di benak penonton sebagai film yang bisa dibilang memusingkan kepala, tapi juga sangat keren dan berbeda. Termasuk juga kesuksesan Batman trilogi yang ia garap, pada akhirnya menjadi salah satu film superhero yang menjadi favorit dengan segala kualitas yang dimilikinya.
Kali ini Nolan membuat film biopik yang mengangkat kisah seorang ilmuwan ternama dunia yang menciptakan bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Julius Robert Oppenheimer, adalah ilmuwan tersebut yang di filmnya diperankan oleh Cillian Murphy, aktor yang juga pernah tergabung dalam film Nolan sebelumnya yaitu Inception dan The Dark Knight. Oppenheimer praktis menjadi film bergenre drama. Sebuah hal yang menarik bagi penggemar yang mengenali karakteristik penyutradaraan Nolan, akan jadi seperti apa film drama biopik di tangan Nolan.Â
Termasuk saya, yang terakhir kali menonton film Nolan yaitu Tenet, merasa begitu kewalahan mengikuti jalan ceritanya yang begitu ilmiah. Maka ketika saya bersiap menonton Oppenheimer, ekspektasi yang ada adalah saya bisa menikmati dengan lebih mudah film ini. Jujur, saya tidak terbayang akan seperti apa improvisasi yang akan Nolan berikan di sebuah genre yang murni drama. Tapi nyatanya, setelah menonton, Nolan kembali menchallenge penontonnya dengan film yang 'hanya' bergenre drama ini. Saya pun kembali dibuat mumet tapi juga terpukau dengan karya Nolan. Sama seperti yang sudah-sudah.
So, di artikel kali ini saya mencoba memberikan sebuah panduan untuk siapa saja yang belum menonton film Oppenheimer dan berniat untuk menontonnya. Terutama jika ingin segera menontonnya di bioskop karena sampai saat ini terlihat masih banyak sekali peminatnya. Simak poin-poin di bawah ini ya :Â
Oppenheimer berdurasi 3 jam penuh, siapkan mental anda
Durasi 3 jam untuk sebuah film drama bukanlah hal yang main-main. Karena biasanya, kita bisa menemukan film dengan durasi seperti ini pada film-film yang bergenre sci-fi yang penuh aksi memukau dan memanjakan mata. Maka ketika anda berniat menonton film drama, plus karya seorang Christopher Nolan, dengan durasi selama 180 menit, anda harus siap dengan segala konsekuensinya.
Oppenheimer berisikan muatan drama yang paling banyak mendominasi keseluruhan jalan cerita. Memang ada adegan-adegan yang membuat jantung berdegup dan mata melek dengan visualisasi dan sound apik. Tapi hanya sebagian kecil dari keseluruhan film.Â
Sisanya, akan diisi dengan alur penuh dialog yang rasanya mustahil untuk diskip jika ingin paham keseluruhan jalan ceritanya sampai akhir. Maka, anda harus bersiap untuk selalu mantengin layar dengan fokus dan konsentrasi penuh. Tak dipungkiri rasa bosan dan mungkin lelah sesekali akan datang menghampiri. Sebuah tantangan yang tidak mudah memang. Tak jarang akhirnya banyak penonton yang walk out sebelum film usai. Seperti yang terjadi di studio tempat saya nonton kemarin.
Perhatikan perbedaan waktu dan timeline yang dibedakan dengan tone warna biasa dan hitam-putih
Seperti yang kita tahu, film-film Nolan umumnya memiliki alur yang tidak sederhana. Bukan cuma menggunakan flashback atau alur bolak-balik, tapi alur nonlinear yang bahkan sekaligus menumpuk dua timeline bahkan lebih untuk menceritakan lebih dari satu timeline dan karakter yang ada. Di dalam Oppenheimer ini, Nolan membedakannya dengan cara memberi tone warna yang berbeda. Yaitu tone normal dan tone hitam putih. Ini berlangsung hampir selama film berjalan.Â
Dari awal hingga akhir. Penanda lain berupa penampilan wajah Oppenheimer yang berubah seiring usia. Dari ketika ia masih muda, tua, hingga penampilan ia paling tua ketika berada di film ini. Sekali lagi, fokus dan konsentrasi anda akan sangat dibutuhkan di sini. Karena penanda seperti setting waktupun tidak diberikan di sini.
Jangan abaikan peran-peran kecil, terutama yang dimainkan oleh aktor ternama
Bukan pertama kalinya Nolan memborong banyak nama-nama pelakon ternama di Hollywood. Aktor dan aktris A-list kerap menghiasi film-filmnya. Termasuk dalam Oppenheimer. Mulai dari Cillian Murphy yang sudah jadi langganannya, hingga yang menarik yaitu seorang Robert Downey Junior dan Matt Damon pun akhirnya ikut bergabung.
Dan ketika satu persatu cast dihadirkan lewat peran-peran yang (terlihat) minor, penonton terutama fans karya-karya Nolan harusnya tidak perlu sekaget itu karena menurut saya ini adalah bagian dari fans service. Â Sampai pada akhirnya Nolan menghadirkan cast-cast yang luar biasa yang bisa ia bawa di Oppenheimer. Sebagai bocoran, akan ada seorang Casey Affleck yang kemunculannya bahkan dibuat dramatis. Di samping ada Rami Malek, Dane de Haan, hingga Gary Oldman.
Selain itu masih banyak cast langganan Nolan lain yang ikut dihadirkan di Oppenheimer. Sebaiknya anda tidak boleh menyepelekan peran yang mereka mainkan karena justru merekalah yang akan membawa keseruan di babak akhirnya.Â
Akan ada banyak nama orang terkenal yang disebut bahkan dihadirkan keberadaannya!
Oppenheimer adalah ilmuwan jenius dan terkenal di masanya. Mengangkat kisahnya, ternyata sama dengan membawa nama-nama ilmuwan terkenal lain pada masa itu. Sebut saja Albert Einstein (Tom Conti), Niels Bohr (Kenneth Branagh), dan Werner Heisenberg (Matthias Schweighofer). Tiga ilmuwan fisika kuantum yang memiliki relasi dengan Robert Oppenheimer, secara tidak langsung juga memiliki peran dalam hidup Robert dan sejarah yang membentuknya hingga kini.
Semakin mengedepankan ilmu sejarah Amerika, tidak cuma nama-nama ilmuwan, tapi juga akan ada nama satu presiden Amerika yang disebut di sini. Yang pada waktu itu belum menjadi presiden Amerika.
Jangan terkecoh, ini film 80% penuh materi sejarah dan politik
Di awal film, selain dialog padat yang langsung to the point, akan ada banyak adegan dengan visualisasi indah dan modern khas Nolan. Adegan ini cukup menarik perhatian terutama dipadukan dengan backsound yang luar biasa megah sekaligus mencekam. Tapi belum sampai pertengahan film, fokusnya sudah berganti dengan muatan drama sejarah dan politik yang njelimet. Jadi sebaiknya anda mulai pasang mata dan konsentrasi penuh segera setelah masuk ke babak intinya.
Tunggu sampai adegan bomnya meledak. Siapkan mata, telinga, dan jantung serta tisu!
Sebelum film ini tayang, banyak dibicarakan tentang ledakan yang katanya tidak dibuat dengan CGI. Alias menggunakan ledakan asli di set produksi. Sebuah gagasan yang banyak menjadi perbincangan di kalangan pecinta film. Fyi, akan ada satu adegan dengan ledakan bom paling besar selama film ini berlangsung. Yang oleh Nolan dihighlight begitu keren dengan visualisasi, sound, dan dramatisasi dari berbagai perspektif dan angle para karakter yang ada di sana.
Jangan lupa untuk siapkan badan, mata, telinga, dan mungkin tisu karena bisa saja adegan ini membuat anda menitikkan air mata. Berkat segala keindahan audio dan visual yang diramu begitu apik. Serta pesan tentang apa yang dirasakan oleh seorang J. Robert Oppenheimer yang tersampaikan dengan sangat baik lewat akting Cillian Murphy.
Siap-siap dibikin merinding sama sound effectnya!
Ludwig Goransson adalah nama di balik penciptaan dan racikan suara yang begitu indah, megah, dan menyentuh yang mewarnai film Oppenheimer. Sudah bukan rahasia jika Nolan memang sangat suka memberikan sensasi tersendiri lewat suara-suara megah yang mengiring setiap adegan. Adapun ambisinya tersebut selalu didukung oleh piawainya komposer suara yang ia gaet. Hal ini dirasakan begitu memiliki efek tersendiri bagi penonton. Setiap adegan, apapun itu, selalu berhasil diberi treatment suara latar yang pada akhirnya ikut berperan dalam menyampaikan pesan dalam setiap adegan.
Itu dia beberapa tips panduan untuk kalian yang belum menonton Oppenheimer dan mungkin berencana untuk menontonnya di bioskop. Sekedar saran, akan lebih memuaskan lagi jika Oppenheimer ditonton di bioskop dengan fitur IMAX dan Dolby Atmos. Dan yang pasti, jangan lupa fokus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H