Mohon tunggu...
Intan Yuliati
Intan Yuliati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Statistika Universitas Airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menuju Kesetaraan: Menantang Konsep Patriarki dalam Masyarakat

12 Juni 2024   16:16 Diperbarui: 12 Juni 2024   16:33 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks masyarakat yang semakin maju, penting untuk kita mengevaluasi dan menggali secara kritis tentang patriarki yang telah lama menjadi bagian dari tatanan sosial yang ada. Konsep patriarki, yang memberikan peran laki-laki yang lebih dominan dalam keluarga dan masyarakat, ini telah membentuk pandangan terhadap peran gender dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat. Untuk  mengupayakan kesetaraan gender, kita perlu siap untuk mempertanyakan dan mengubah perspektif yang ada.

Salah satu faktor munculnya patriarki dalam masyarakat yaitu melalui proses sosialisasi dalam keluarga yang menunjukkan bahwa anak-anak menginternalisasikan nilai-nilai, norma, dan peran yang telah diterapkan dalam lingkungannya sejak dini. 

Dalam keluarga yang didominasi oleh patriarki, dapat mempengaruhi anak-anak oleh peran gender yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan, sementara perempuan mungkin diarahkan untuk memainkan peran yang lebih terbatas. Hal ini akan mempengaruhi pembentukan identitas gender yang sesuai. Oleh karena itu, perlu terbentuknya kesetaraan gender dalam lingkup keluarga maupun masyarakat.

Kesetaraan gender bukan hanya sekedar aspirasi atau bukan hanya tentang memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan, melainkan sebuah keharusan moral dan sosial. Konsep dari patriarki telah lama mengakar dalam masyarakat kita. 

Patriarki, dengan segala norma dan struktur hierarkinya, telah menjadi landasan bagi ketidaksetaraan gender yang merugikan, membatasi potensi dan kemerdekaan bagi tiap individu. Ini juga mencakup pengakuan-pengakuan bahwa setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin mereka, memiliki potensi yang sama dalam berkontribusi dan mencapai kesuksesan.

Untuk mengatasi hal tersebut, kita perlu melepas stereotip yang membatasi peran dari setiap gender. Kesetaraan gender bukanlah sebuah kompetisi antara pria dan wanita. Tetapi tentang menciptakan sebuah masyarakat di mana semua orang dapat memiliki kesempatan yang sama tanpa memandang jenis kelamin untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara merata dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. 

Dibandingkan hanya memperdebatkan dominasi Patriarki, akan lebih baik jika kita membuka ruang untuk mengeksplorasi keberagaman pengalaman dan kontribusi yang bisa ditawarkan oleh setiap individu. Dengan demikian, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan, di mana setiap individu dapat memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan turut berkontribusi dalam masyarakat tanpa ada batasan gender.

Lalu, bagaimana cara masyarakat berkontribusi dan menciptakan kesetaraan gender? ini bisa kita mulai dari kelompok terkecil, yaitu menghilangkan pandangan patriarki, terutama dalam pengasuhan anak-anak. 

Contohnya, dalam lingkup pendidikan, pengajar harus bisa memperlakukan siswa laki-laki dan perempuan secara adil dan setara. Ini mencakup memberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelas, memberikan pujian dan penghargaan secara merata tanpa memandang jenis kelamin, dan menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam setiap aspek pembelajaran. 

Dengan mengimplementasikan pendekatan ini, lingkungan pendidikan dapat menjadi tempat yang mendorong kesetaraan gender dan menghasilkan individu yang memahami pentingnya keseimbangan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Inilah langkah awal yang dapat diambil oleh masyarakat untuk menciptakan perubahan yang berarti dalam mengatasi ketidaksetaraan gender dan membangun dunia yang lebih adil bagi semua individu.

Dalam proses menciptakan kesetaraan, pria juga memiliki peran dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf diatas mengenai pelepasan stereotip, pria dapat membantu dengan melepaskan stereotip maskulinitas yang membatasi ekspresi emosi dan peran-peran non tradisional, seperti menjadi pengasuh anak atau terlibat dalam pekerjaan yang biasanya dilakukan untuk perempuan, seperti bidang keperawatan atau pendidikan anak usia dini. 

Pria juga harus memberi dukungan aktif terhadap pasangan dan rekan wanita. Pria juga dapat menjadi advokat kesetaraan gender dengan menyebarkan kesadaran dan mendidik orang lain terhadap pentingnya isu-isu tersebut. Dalam lingkungan profesional, pria dapat menjadi mentor dan pendukung perempuan, memperjuangkan kesetaraan karier dan bayaran yang setara. 

Pria dapat memberikan dukungan terhadap partisipasi politik perempuan dan memperjuangkan kebijakan yang mengutamakan kesetaraan, dengan begitu pria juga mempunyai peran sebagai agen perubahan yang mendorong menuju masyarakat yang lebih adil dan terbuka terhadap semua individu.

Dalam Mengejar kesetaraan gender, kita tidak bisa  hanya mengandalkan harapan dan tindakan nyata. Setiap langkah kecil yang kita ambil, setiap suara yang kita angkat, setiap advokasi yang kita lakukan memiliki potensi untuk menciptakan suatu perubahan. Kesetaraan gender bukanlah sebuah hal yang mustahil, namun sebuah keadaan yang bisa diwujudkan jika kita bersatu dalam tekad dan juga tindakan. 

Dengan terus memperjuangkan hak-hak dan kesempatan yang setara bagi individu, kita tidak hanya menciptakan masa depan yang lebih adil bagi generasi selanjutnya, namun dengan memperjuangkan kesetaraan gender ini juga dapat dianggap sebagai penghormatan terhadap hak asasi manusia yang sama bagi setiap individu. mari kita bersama-sama menjadikan kesetaraan gender bukan hanya sebagai tujuan yang diucapkan, namun sebagai kenyataan yang kita bangun bersama setiap saat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun