Perkenalkan nama saya Syahdillah Intan Tomagola, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan. Disini saya akan bercerita tentang pengalaman saya ketika berlibur di Ora beach. Sebuah Pantai yang terletak di Daerah Saleman, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Pada 2 tahun lalu saya beserta keluarga melakukan perjalanan untuk berlibur ke Ora beach, kami berangkat dari rumah pada pukul 10:00 WIT, waktu yang di butuhkan untuk sampai ke desa Saleman sekitar 2 jam.
Setibanya di desa Saleman kami rehat sejenak sambil makan siang, setelah makan siang tak sengaja saya bertemu dengan teman sekolah saya yang merupakan penduduk asli desa Saleman. Selepas dari situ dia pun mengajak kami berjalan mengelilingi desa serta melihat acara adat yang kebetulan sedang di laksanakan, pada kesempatan itu mereka sedang melakukan Tari Lenso, yang di mana Tari Lenso adalah tarian khas masyarakat Maluku.
Tari Lenso terdiri dari 6 orang wanita yang menari menggunakan lenso atau yang biasa di sebut sapu tangan. Tidak lama setelah kami melihat Tari Lenso, kami berpamitan dan langsung bergegas pergi ke Ora beach menggunakan speat boat karena letaknya bersebelahan pulau dengan desa Saleman.
Setibanya di Ora beach kami langsung beristirahat di penginapan yang sebelumnya sudah di pesan, setelah beristirahat kami langsung melakukan Snorkeling di sore hari nya, pemandangan dasar laut yang indah sangat memanjakan mata kami, tak terasa kami pun sudah berada di penghujung hari, saatnya kami bersiap untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib berjama'ah, setelah sholat kami memutuskan untuk makan malam di restoran terdekat, hidangan ikan bakar dengan sambal Colo-colo menjadi menu makan malam kami saat itu.
Sambal Colo-colo merupakan sambal khas Maluku yang terbuat dari cabe rawit, tomat, dan lemon ciu. Sehabis makan malam bersama kami memutuskan untuk beristirahat karena besok pagi masih ada perjalanan panjang.
Pagi pun tiba, kami bergegas untuk bersiap dan melakukan perjalanan berikutnya yaitu ke Mata Air Belanda, kenapa di sebut Mata Air Belanda? Konon katanya Mata Air dan sungai ini ditemukan oleh para prajurit Belanda. Mereka sering kali menggunakan tempat ini sebagai tempat untuk mandi dan melepas lelah. Disana kami melihat pemandangan yang sangat indah. Satu hal yang menarik di tempat ini adalah dimana air asin dari lautan dapat berbaur dengan air tawar dari aliran sungai. Ada satu titik dimana keduanya bercampur dan memunculkan fenomena unik yang tidak banyak di temui di wilayah pesisir. Tidak hanya dari rasa tawar dan asin, suhu air laut yang hangat dan air sungai yang dingin pun bercampur pada satu titik dan menghasilkan panduan yang begitu unik. Tempat ini seperti surga yang terpencil.
Sekitar 15 menit kami menikmati segarnya Mata Air Belanda yang dingin, kami pun bergegas untuk melanjutkan ke tempat berikutnya. Tetapi sebelum kami beranjak, kami mampir ke sebuah warung yang di miliki warga setempat untuk membeli air minum. Kami duduk sebentar sambal menikmati pemandangan yang begitu indah. Sebuah pantai kecil, jauh dari keramaian dengan sungai air tawar dan hamparan pasir yang lembut. Kami pun sepakat, tempat ini adalah surga kecil yang terpencil.
Selama perjalanan kami tidak lupa untuk mengabadikan moment indah bersama, setelah kami merasa cukup untuk mengambil gambar, kami kembali ke penginapan pada pukul 14:00 WIT, sesampainya di sana kami harus bersiap untuk melakukan perjalan pulang ke rumah.
Di Ora beach kami menghabiskan waktu 2 hari 1 malam, yang dimana itu merupakan waktu yang sangat singkat jika ingin menikmati indahnya Ora Beach, setelah semuanya sudah siap waktu menunjukan pukul 17:00 WIT, kami segera menuju speat boat dan kembali ke desa Saleman.
Sesampainya di Saleman kami langsung menaikki mobil dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan kami tidak pernah berhenti bercerita tentang indahnya pemandangan Ora Beach dan Mata Air Belanda, jika ada kesempatan ingin sekali kami kembali kesana untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan menikmati surga dunia di desa yang kecil itu.