Indonesia merupakan negara yang masih rendah dalam hal literasi, yaitu membaca. Perpustakaan Nasional perlu melakukan sosialisasi lebih agar fungsinya sebagai ruang literasi masyarakat bisa berjalan optimal.
Dengan jumlah penduduk yang bisa dikatakan banyak, peminat dalam hal literasi di Indonesia tidak berjalan linier dengan jumlah penduduk tersebut. Menurut berbagai sumber, Indonesia berada di urutan teratas sebagai negara dengan literasi yang rendah.
Padahal, jika melihat lebih jauh ke dalam dunia literasi, Indonesia memiliki sejumlah penulis-penulis hebat, mulai dari generasi lama hingga generasi yang baru. Bicara soal fasilitas pun, Indonesia bukanlah negara yang tertinggal.
Bahkan Indonesia memiliki Perpustakaan Nasional dengan fasilitas gedung dan ketersediaan buku yang bisa dikatakan luar biasa. Tak hanya itu, di berbagai kota pun sudah memiliki perpustakaan daerahnya sendiri.
Meski demikian, hal itu tidak serta merta bisa meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Hal ini dipengaruhi akibat kulturisasi dari aspek pendidikan formal. Di mana dalam sistemnya pendidikan di Indonesia belum mewajibkan muridnya untuk menumbuhkan minat baca.
Meski fasilitas yang dipunya sudah dikatakan lebih dari cukup, tetapi sosialisasi dan pendidikan yang mengarah kepada minat baca masih jauh dari kata cukup. Pada akhirnya menyebabkan nihil fungsi atas fasilitas baca yang sudah tersedia tersebut.
Salah satu pegiat literasi, Mulyani Atmaja mengatakan jika dalam sejarahnya, Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan literasinya. Bahkan membaca dan menulis dijadikan sebagai alat perjuangan bangsa pada saat itu.
Namun, seiring berkembangnya zaman dan globalisasi, gairah literasi tersebut seakan hilang. Penyebabnya, kata Mulyani, ialah pendidikan yang ada di Indonesia tidak didesain untuk muridnya agar mau membaca.
Pendidikan di Indonesia masih berfokus pada tugas dan pemaksaan akan sebuah materi yang harus dikuasai. Padahal membaca adalah kunci utama dari sistem pendidikan yang bagus. Mulyani mengatakan, Perpustakaan Nasional memiliki tanggung jawab atas ini.
Sebagai ruang minat membaca, Perpustakaan Nasional harus bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat agar mau berkunjung dan menghabiskan waktunya di sana dengan membaca. Perpustakaan Nasional tidak hanya sebagai penyedia, melainkan sebagai penarik minat.
"Agak miris jika kita tahu faktanya kalau minat baca di Indonesia rendah. Jadi perspektifnya perlu diubah. Lebih-lebih dari sekadar dijadikan minat, membaca harusnya kita dijadikan sebagai kebutuhan," ungkapnya.