Mohon tunggu...
INTAN SETYA KARTIKA
INTAN SETYA KARTIKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya sosok biasa-biasa saja yang menyukai banyak hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pro Kontra Mahasiswa Pakai Lingerie ke Kampus, Kebebasan Berekspresi atau Niretika?

15 September 2024   09:21 Diperbarui: 15 September 2024   09:24 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar illustrasi : coppellstudentmedia.com

Topik outfit lingerie baru-baru ini ramai dibicarakan di media sosial X/Twitter. Hal ini dimulai dari unggahan akun @jes**** yang memposting foto dirinya mengenakan lingerie yang dipadukan dengan outer biru tua, disertai cuitan yang mengajak orang-orang untuk berani memakai lingerie ke kampus.

"You only live once, pake lingerie mu ke kampus," tulisnya pada Selasa (10/9/2024). Cuitan tersebut sontak menjadi hit tweet dan menimbulkan perdebatan, dengan banyak komentar pro dan kontra dari warganet.

Banyak pengguna X/Twitter berpendapat bahwa memakai lingerie ke kampus sangat tidak etis. Meskipun ditutupi oleh outer, mereka merasa bahwa pakaian tersebut tidak sesuai untuk lingkungan kampus. Ada juga kekhawatiran bahwa pakaian tak pantas seperti itu akan dinormalisasi oleh masyarakat.

"Kampus itu tempat menuntut ilmu dan tempat orang yang terpelajar, orang terpelajar ga mungkin pake lingerie ke kampus karena itu bukan baju yang bisa dipake ditempat umum, jangan dikit-dikit menormalisasikan hal yang gini mana mana tali [sensor] kelilit tapi ga rapi bener," tulis akun @ex***.

Di sisi lain, ada juga beberapa warganet yang mendukung tindakan tersebut, dengan alasan kebebasan berekspresi. Terlebih, mahasiswa yang memposting cuitan itu adalah mahasiswa jurusan seni, yang memang dikenal sering tampil nyentrik dan bebas berekspresi dalam berbusana. Mereka juga menilai bahwa menghina atau memberikan komentar buruk bukanlah hal yang pantas.

"Mahasiswa yang dibicarakan itu kuliah di ISI, yep kampusnya ga ada aturan ketat soalbaju mahasiswa. Dia jadiin lingerie as a tanktop, ditutup dengan cardigan dan jeas, yep masih sopan. Dia kena [sensor] shame karna ini, yep itu misogini," tulis akun @Vi****.

Namun, cuitan tersebut pun ditanggapi oleh akun @sk*** yang menilai bahwa masalah ini menjadi besar karena unggahan tersebut disertai dengan ajakan yang seolah mendorong orang lain melakukan hal serupa. Hal ini dianggap berbahaya, karena bisa dinormalisasi oleh orang-orang yang terpengaruh tren FOMO (Fear of Missing Out).

"Best believe me she would not get as much exposure if she didn't use encouragement statement such as 'you only live one, pakai lingerie ke kampus' Selain tau tempat berbusana, harus tau tempat mengetik juga. Kita hidup di era fomo, a [sensor] can lead to another [sensor]," cuit akun tersebut.

kebebasan berekspresi adalah hak yang dimiliki setiap individu, termasuk dalam hal berbusana. Terutama di lingkungan akademis, seperti kampus seni, ekspresi diri sering kali menjadi bagian penting dari proses kreatif dan pembelajaran. Namun, kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan pemahaman mengenai konteks sosial dan etika, khususnya di tempat umum seperti kampus. Kampus bukan hanya tempat untuk berekspresi, tetapi juga lingkungan akademis yang memiliki norma tertentu. Mengenakan pakaian yang dinilai tidak sesuai dengan norma umum dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi sebagian orang. 

Dalam kasus ini, menggunakan lingerie, yang umumnya dianggap sebagai pakaian dalam, di tempat umum seperti kampus, dapat dianggap melanggar batas norma berpakaian yang pantas di lingkungan tersebut. Kebebasan berekspresi bukan berearti tidak memiliki batas, melainkan harus tetap menghormati etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. 

Bagi sebagian kalangan, tindakan ini bisa dianggap sebagai bentuk provokasi atau upaya menormalisasi sesuatu yang tak pantas di lingkungan akademis. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tindakan ini adalah bentuk kebebasan berekspresi dan tidak seharusnya dihakimi, terutama jika konteksnya adalah lingkungan seni yang kerap mengedepankan eksperimentasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun