Mohon tunggu...
Intan Sakinah
Intan Sakinah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi silat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

7. Teori empati dari Martin Hoffman

19 Januari 2025   08:03 Diperbarui: 19 Januari 2025   10:04 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empati merupakan salah satu kualitas sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain tidak hanya mendukung hubungan interpersonal yang sehat tetapi juga berkontribusi pada perkembangan moral dan emosional individu. Salah satu teori yang banyak dipelajari dalam konteks perkembangan empati adalah teori empati yang dikemukakan oleh psikolog Martin Hoffman. Dalam teorinya, Hoffman menguraikan bagaimana empati berkembang sejak masa kanak-kanak dan mengidentifikasi berbagai tahap yang dilalui oleh anak-anak dalam memahami dan merasakan emosi orang lain.

Mulai Menulis

Lihat ke Halaman Asli

Kurniawati

Mahasiswa

MENGIKUTI

Teori Empati Martin Hoffman: Memahami Proses Perkembangan Empati pada Anak

    

18 Januari 2025 22:30 |Diperbarui: 18 Januari 2025 23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Empati Martin Hoffman: Memahami Proses Perkembangan Empati pada Anak

Empati merupakan salah satu kualitas sosial yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain tidak hanya mendukung hubungan interpersonal yang sehat tetapi juga berkontribusi pada perkembangan moral dan emosional individu. Salah satu teori yang banyak dipelajari dalam konteks perkembangan empati adalah teori empati yang dikemukakan oleh psikolog Martin Hoffman. Dalam teorinya, Hoffman menguraikan bagaimana empati berkembang sejak masa kanak-kanak dan mengidentifikasi berbagai tahap yang dilalui oleh anak-anak dalam memahami dan merasakan emosi orang lain.

Apa itu Empati Menurut Martin Hoffman?

Martin Hoffman mendefinisikan empati sebagai kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, yang mencakup dua aspek utama: afektif (merasakan) dan kognitif (memahami). Hoffman percaya bahwa empati bukanlah kualitas bawaan, melainkan hasil dari perkembangan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal sepanjang hidup seseorang. Dengan kata lain, empati berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan lingkungan sosial, terutama pada masa kanak-kanak.

Hoffman menyatakan bahwa empati berkembang melalui serangkaian tahap yang dimulai sejak bayi dan terus berkembang hingga dewasa. Proses perkembangan ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individu seperti temperamen dan kemampuan kognitif, tetapi juga oleh pengalaman sosial dan hubungan dengan orang lain, terutama orang tua dan pengasuh.

Tahapan Perkembangan Empati

Menurut Hoffman, perkembangan empati pada anak-anak dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yang dimulai pada usia dini dan berlanjut seiring dengan pertambahan usia. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:

Empati Refleksif (Usia Dini)

Pada tahap pertama ini, yang terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun, anak mulai menunjukkan respon empatik yang bersifat refleksif. Misalnya, ketika seorang bayi mendengar suara bayi lain menangis, ia mungkin akan merespons tangisan tersebut juga, meskipun tidak sepenuhnya memahami alasan di balik tangisan tersebut. Pada tahap ini, empati belum sepenuhnya sadar atau terarah pada orang lain, melainkan lebih kepada reaksi emosional yang bersifat instingtif.

Empati Kognitif (Usia 2 hingga 3 Tahun)

Seiring pertumbuhan anak, pada usia 2 hingga 3 tahun, anak mulai berkembang menuju empati yang lebih terarah dan sadar. Pada tahap ini, anak mulai dapat membedakan antara perasaan dirinya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka mungkin mulai menyadari bahwa orang lain merasa berbeda dari mereka, meskipun pemahaman ini masih sangat sederhana. Contohnya, anak mungkin menyadari bahwa teman mereka sedih karena kehilangan mainan, dan mereka dapat merespons dengan memberikan mainan mereka sendiri.

Program

Terpopuler

Terbaru

Headline

Topik Pilihan

Komunitas

Event

Video

K-Rewards

LAGI RAME!

Timnas Indonesia Lebih Meroket di Tangan Patrick Kluivert

Menanti Efek Instan Patrick Kluivert

Akankah Patrick Kluivert Sukses bersama Indonesia?

Anak Susah Makan Jadi Tantangan Utama Program MBG

Makan Bergizi Gratis: Tidak Habis, Tidak Suka, Rasanya Aneh, Pahit

Makan Bergizi Gratis dan Jiwa Besar

Kurniawati

Mahasiswa - Mahasiswa

🌻

FOLLOW

 

KIRIM PESAN

ILMU SOSBUD

Teori Empati Martin Hoffman: Memahami Proses Perkembangan Empati pada Anak

18 Januari 2025   22:30 Diperbarui: 18 Januari 2025   22:30 28 3 0

+

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Lihat foto

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Empati Emosional yang Terkoordinasi (Usia 4 hingga 6 Tahun)

Pada usia 4 hingga 6 tahun, anak mulai mengembangkan empati yang lebih terkoordinasi dan terstruktur. Pada tahap ini, anak tidak hanya merasakan perasaan orang lain, tetapi mereka juga mulai memahami bahwa perasaan tersebut dapat dipengaruhi oleh situasi dan konteks tertentu. Anak-anak di tahap ini dapat merasakan kebahagiaan orang lain ketika melihat mereka tertawa atau merasakan kesedihan saat orang lain menangis. Mereka juga mulai menunjukkan dorongan untuk membantu, misalnya dengan menghibur teman yang sedang sedih.

Empati Moral (Usia 7 Tahun ke Atas)

Pada usia yang lebih besar, sekitar usia 7 tahun dan seterusnya, empati anak berkembang menjadi lebih kompleks dan mencakup pemahaman yang lebih mendalam tentang moralitas dan keadilan. Pada tahap ini, anak tidak hanya memahami perasaan orang lain, tetapi juga mulai mengaitkan perasaan tersebut dengan prinsip-prinsip moral seperti kebaikan, keadilan, dan rasa hormat. Mereka dapat mengidentifikasi ketidakadilan dan merasa terdorong untuk bertindak dengan cara yang mendukung kesejahteraan orang lain.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati

Proses perkembangan empati tidak hanya bergantung pada usia anak, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, antara lain:

Interaksi Sosial

Interaksi dengan orang tua, keluarga, dan teman sebaya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan empati. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan perhatian cenderung memiliki kemampuan empatik yang lebih tinggi. Misalnya, orang tua yang menunjukkan perhatian terhadap perasaan anak dan mengajarkan tentang pentingnya menghargai perasaan orang lain akan membantu anak mengembangkan kemampuan empati yang lebih baik.

Pengalaman Emosional

Pengalaman pribadi yang dialami oleh anak juga dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk memahami perasaan orang lain. Anak yang sering mengalami empati atau dihadapkan pada situasi di mana mereka melihat orang lain mengalami penderitaan atau kesulitan akan lebih cenderung mengembangkan rasa empati yang lebih dalam. 

Pengaruh Budaya

Budaya juga memainkan peran besar dalam pembentukan empati. Nilai-nilai budaya yang mengutamakan kepedulian terhadap orang lain atau yang mengajarkan pentingnya berperilaku baik terhadap sesama dapat mempengaruhi cara anak belajar tentang empati.

Teori empati Martin Hoffman memberikan wawasan yang berharga mengenai bagaimana empati berkembang sejak usia dini hingga dewasa. Proses ini melibatkan sejumlah tahapan yang mempengaruhi cara anak merasakan dan memahami perasaan orang lain. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan empati, seperti interaksi sosial, pengalaman emosional, dan budaya, kita dapat lebih memahami pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perkembangan empati pada anak. Sebagai salah satu komponen penting dalam hubungan sosial dan moral, empati memainkan peran yang krusial dalam membentuk indivi

du yang peduli dan berperasaan terhadap sesama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun