Mohon tunggu...
Intan Reylita Febriyanti
Intan Reylita Febriyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa di Universitas Brawijaya

Saya Intan Reylita Febriyanti seorang mahasiswa di Universitas Brawijaya yang sedang menempuh program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ibu : Simbol Keterkaitan Manusia dengan Alam

7 Oktober 2023   12:30 Diperbarui: 7 Oktober 2023   14:56 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghormatan terhadap alam telah menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah manusia. Sebagai makhluk hidup tentu kita tidak dapat memisahkan diri dari alam. Segala sesuatu yang kita konsumsi berasal dari sumber daya alam. Salah satu simbol yang mencerminkan keterkaitan manusia dengan alam ialah konsep “Ibu Bumi”. Konsep ini ada dalam berbagai budaya dan mitologi di seluruh dunia, terutama Indonesia. Kebudayaan sebagai basis nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lain dan manusia dengan alam yang direpresentasikan oleh sosok ibu (Aurora Ponda, 2017). Namun jika dilihat dari konteks kebudayaan, keberadaan ibu berubah seiring berkembangnya zaman serta pengaruh dari kondisi sosial lingkungan sekitar.

Mengilustrasikan pandangan bahwa bumi adalah ibu yang memberi kehidupan yang harus dijaga serta dihormati (Sutinah, 2016). Secara universal, keberadaan seorang ibu disatukan oleh sikap motherhood (keibuan). Seorang wanita dikarunia rahim sebagai pembeda dengan pria sehingga wanita dapat mengandung dan melahirkan anak. Hal tersebut menjadikan ibu sebagai sosok penting dalam proses berlangsungnya peradaban manusia. Menurut Shari L. Thurer (1994), sikap motherhood dalam tiap budaya bisa saja berbeda sebab tiap daerah memiliki suatu kepercayaan yang berkembang sejak dahulu dari para nenek moyangnya. Masyarakat dalam daerah tersebut memiliki ideologinya sendiri, biasanya disertai dengan berbagai ritual, simbol-simbol ibu dan norma-norma.

Beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi, adat, bahkan bangunan menggambarkan ibu dengan bumi. Seperti yang ada di Desa Wologai Tengah Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Disana terdapat rumah adat yang jarang kita tahu. Bagi masyarakat setempat, rumah adat memiliki gambaran sebagai rahim seorang ibu (Aurora Ponda, 2017). Gambaran tersebut bermakna bahwa penghuni rumah tersebut akan merasa tenang dan terlindungi. Bahkan, setiap setahun sekali masyarakat Desa Wologai melakukan sebuah ritual yang dinamakan ritual syukur panen raya. Ritual ini ditujukan sebagai bentuk penghormatan warga pada ibu bumi yang masih menghasilkan hasil panen. Ada suatu ungkapan masyarakat sekitar yaitu “Duli uhe, pali ara” yang memiliki arti “tanah itu ibu, emas adalah penopangnya”. Masyarakat Ende percaya bahwa tak seorangpun boleh merusak tanah sebab itu akan merusak kehidupan.

Selain di Nusa Tenggara Timur, mitos tentang eksistensi sosok ibu juga tersebar dibeberapa daerah di Indonesia dengan berbagai versi. Tak terkecuali kepercayaan yang dipercayai mayarakat Suku Dayak Iban Sui Utik di Kalimantan. Eksistensi ibu sebagai perempuan yang memiliki kekuatan berhubungan dengan tanah tempat manusia hidup. “Tanah to indai kitai” istilah tersebut biasa disebutkan oleh mereka, dimana istilah itu memiliki arti bahwa “tanah adalah ibu kita”. Masyarakat Papua juga menganggap jika tanah layaknya ibu yang memberi kehidupan dan tidak boleh disakiti ataupun dirusak.

Disamping mitos kepercayaan tentang ibu dan bumi yang sampai saat ini dipercayai oleh beberapa suku masyarakat yang telah dipaparkan di atas, mitos ibu yang berkaitan dengan alam juga dijelaskan dalam cerita rakyat yang ada di Indonesia. Contohnya seperti cerita rakyat Malin Kundang yang berasal dari masyarakat Padang yang menceritakan tentang suatu perjalanan hidup seorang anak laki-laki yang berasal dari keluarga miskin, lalu pergi merantau dengan tujuan untuk memperbaiki nasib. Takdir membawa anak itu menuju kesuksesan di tanah rantau, namun berubahlah sifat dan sikap anak itu terhadap ibu yang telah membesarkannya. Malin merasa malu untuk mengakui ibunya sendiri yang sudah tua renta dan hidup melarat sehingga ia tak mau mengakui ibunya sendiri. Ibunya yang sakit hati pun menjatuhkan sumpah kutukan yaitu mengutuk anaknya menjadi batu.

Sosok ibu yang digambarkan dalam cerita rakyat Malin Kundang memiliki sifat yang penuh kasih sayang terutama dalam hal membesarkan dan merawat anak. Tampak betapa penting dan memiliki penagaruh yang besar bagi kehdupan anaknya seperti yang telah dijelaskan pada bagian akhir cerita. Bagian tersebut menunjukkan bahwa berkat kekuatan doa sang ibu yang tersakiti oleh sikap dan sifat sang anak yang tak menganggapnya membuatnya mampu mengutuk anaknya menjadi batu. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan doa ibu memiliki konektivitas yang kuat dengan kekuatan sang pencipta sehingga sebagai anak kita tidak boleh durhaka kepada ibu. 

Eksistensi ibu juga memiliki keterkaitan dengan alam, dimana ibu sama halnya dengan bumi dan tanah sebagai pusat kehidupan yang sangat dihargai. Dengan kearifan lokal yang dimiliki berbagai daerah di Indonesia seperti cerita rakyat, memberi bukti bahwa eksistensi ibu memiliki kaitan dengan kekuasaan dan kekuatan yang dapat memengaruhi kehidupan keluarganya bahkan territorial pemerintahan. Karena ibu memainkan peran utama di dalam kegiatan keterikatan, berbagi, dan berpartisipasi secara harmonis dengan alam dan semuanya yang berorientasi dengan keberlangsungan hidup. Alam adalah teman dan sebagai penjaga keberlagsungan hidup alam serta pemangku reproduksi kehidupan, perempuan juga adalah teman (Tong, 2004: 80).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun