Mohon tunggu...
Intan Rachmita
Intan Rachmita Mohon Tunggu... Dokter - Pengabdi Masyarakat

Dokter Umum

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Outbreak Response Immunization Difteri"

11 Desember 2017   14:14 Diperbarui: 11 Desember 2017   14:30 15072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Outbreak Response Immunization (ORI) adalah salah satu upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit dengan pemberian imunisasi. ORI merupakan strategi untuk mencapai kekebalan individu dan komunitas hingga sebersar 90-95%. Sehingga KLB difteri bisa diatasi.

Tahun 2017, Indonesia mengalami KLB difteri di 20 provinsi. Hingga November 2017, terdapat 593 kasus dan 32 kematian yang dilaporkan. Sehingga, menempatkan Indonesia di posisi nomor dua dengan kasus difteri terbanyak di Dunia setelah India.  Berbeda pada tahun sebelumnya, rentang usia penderita difteri dari usia 3,5 tahun hingga usia 45 tahun yang tertua pada tahun 2017. Data Ditjen P2P Kemenkes, disebutkan bahwa 66 persen dari jumlah prevalensi tidak melakukan imunisasi, tiga puluh satu persen melakukan imuniasi, tetapi status imunisasinya tidak lengkap. Padahal, untuk terbebas dari difteri, setidaknya harus mendapatkan tiga kali penyuntikan.

Difteri merupakan penyakit menular yang disebakan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, penyakit ini ditularkan melalui percikan ludah atau dahak penderita difteri. Bakteri ini menyerang selaput hidung, tenggorok atau kadang kulit. Toksin yang dikeluarkan dapat mematikan sel-sel hidup di tenggorok sehingga menghasilkan lapisan membran yang dapat menyumbat saluran pernapasan. Selain itu, jika toksin menyebar ke pembuluh darah, dapat menyebar dan merusak jaringan lain seperti saraf, jantung dan ginjal, sehingga risiko kematian tinggi pada penderita difteri. Terlebih jika pasien difteri terlambat ditangani.

Penyakit difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DTP (Difteri Tetanus Pertusis) sebanyak empat kali untuk anak sampai usia 18 bulan. Dan, diulang saat anak di kelas 1, 2 dan 5 sekolah dasar (BIAS) agar anak mendapatkan perlindungan yang optimal.

Saat ini, ORI dikhususkan untuk wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Ketiga provinsi tersebut dipilih karena tingginya prevalensi dan kepadatan penduduknya. Individu yang mendapatkan ORI adalah anak usia 1 - < 19 tahun. Untuk anak usia 1 - < 5 tahun mendapatkan DPT-HB-HIB, anak usia 5 - < 7 tahun mendapatkan DT, dan usia 7 - < 19 tahun mendapatkan imunisasi Td, serta dilaksanakan sebanyak 3 putaran dengan interval 0-1-6 bulan, yaitu pada Desember 2017 (putaran pertama), Januari 2018 (putaran kedua), dan Juli 2018 (putaran ketiga). Dan, pemberian imunisasi ini diberikan tanpa melihat status imunisasi sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun