Mohon tunggu...
Intan Rachmita
Intan Rachmita Mohon Tunggu... Dokter - Pengabdi Masyarakat

Dokter Umum

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada DBD: Cegah dengan 4M Plus, Bukan Dengan Fogging!

15 Januari 2016   17:01 Diperbarui: 15 Januari 2016   17:45 3408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal tahun 2016 tercatat bahwa jumlah kasus Demam Bedarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta sudah mencapai 49,36 kasus/ 100.000 penduduk per 12 Januari 2016. Kondisi ini sangat memungkinkan, mengingat hujan yang hampir terjadi setiap hari di awal tahun yang mana hujan merupakan kondisi yang kondusif bagi nyamuk Aedes aegypti (penyebab penularan penyakit DBD) untuk berkembang biak. Hal ini diperparah dengan perilaku masyakat yang masih kurang menyadari pentingan pencegahan penyakit DBD.

Pencegah DBD melalui pemberantasan nyamuk  Aedes aegypti secara efektif dan efisien dibutuhkan, demi penurunan kasus DBD secara signifikan dan kosisten. Strategi awal yang harus dilakukan adalah memberikan edukasi masyarakat mengenai penyakit DBD dan pencegahannya. Selain itu, persepsi masyarakat juga perlu diluruskan terkait metode pencegahan yang paling efektif dan efisien.

Salah satu bentuk pencegahan penyakit DBD adalah melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang secara rutin dilakukan seminggu sekali. Pemerintah DKI Jakarta melalui Perda No. 2 Tahun 2007 secara jelas mewajibkan warganya untuk melakukan kegiatan PSN secara rutin dalam rangka memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. PSN adalah kegiatan pencegah penularan penyakit DBD melalui kegiatan 4M Plus. Empat M Plus artinya menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, dan memantau jentik nyamuk seminggu sekali. Plus disini artinya menghindari gigitan nyamuk menggunakan repelen anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, melakukan larvasidasi, dan menggunakan kelambu.

Kegiatan PSN merupakan metode pencegahan penularan penyakit DBD yang paling mudah dilakukan masyarakat dan tidak membutuhkan biaya. Jika dibandingan dengan PSN, biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali kegiatan fogging sangatlah besar yaitu kurang lebih 2 juta rupiah, mahal sekali bukan?. Selain itu, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, sedangkan telur dan larva nyamuk tidak ikut terbunuh. Hal ini memungkinkan telur atau larva nyamuk yang tidak mati, berkembang biak menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 3-6 hari. Sedangkan PSN, yang diberantas adalah telur dan jentik dari nyamuk, sehingga mencegah kemungkinan berkembangbiaknya telur atau jentik menjadi nyamuk dewasa. Efek samping fogging terhadap kesehatan kerap terjadi yang berupa iritasi kulit atau iritasi saluran pernapasan. Sehingga sebelum fogging, warga harus diinformasikan terlebih dahulu untuk menutup makanan atau minuman dan menggunakan masker atau menjauh pada saat kegiatan fogging berlangsung.

Resistensi bahan fogging sudah terjadi di beberapa wilayah, terutama pada wilayah yang sering dilakukan fogging, sehingga muncul kekebalan nyamuk terhadap bahan aktif fogging. Alhasil, banyak nyamuk yang tidak berhasil diberantas. Selain itu, hasil penelitian di India didapati bahwa nyamuk Aedes aegypti memiliki kemampuan menghindar pada saat fogging, sehingga tidak banyak nyamuk yang mati pada saat fogging dilakukan, dan 3-5 hari kemudian nyamuk datang dan menginfeksi kembali warga yang tinggal di wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemberantasan nyamuk dengan fogging hanya bersifat sementara dibanding dengan PSN yang dilakukan rutin setiap minggu.

Edukasi mengenai PSN harus terus digalakkan di seluruh wilayah, masyarakat hendaknya paham bahwa PSN merupakan metode pemberantasan nyamuk yang lebih efektif dan efisien dibandingankan dengan fogging yang masih banyak kekurangan dan kendalanya di lapangan. Tentunya pekerjaan ini harus dilakukan bersama-sama, melibatkan seluruh elemen masyakat, agar jumlah kasuk DBD tidak bertambah dan Kejadian Luar Biasa tidak terjadi.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun