Juina-5 kimberlite di Brasil, itu merupakan tempat dimana berlian mentah berasal . ribuan berlian mentah diperiksa untuk mengidentifikasi batu yang mengandung mineral dari mantel bumi bagian dalam.
Berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan di “science” minggu lalu, lempeng tektonik ternyata dapat menyelam jauh ke dalam mantel bumi yang lebih rendah dan muncul kembali kemudian, ini bisa berarti bahwa siklus karbon bawah tanah ternyata jauh lebih luas daripada yang telah diperkirakan sebelumnya. Kerak bumi sendiri terdiri dari banyak lempeng tektonik yang terus mengalami pergeseran antara satu dengan yang lain. Sampai sekarang, para ilmuwan masih tidak bisa menentukan apa yang menyebabkan pergeseran pada lempeng tektonik bumi ini.
Sebuah tim peneliti internasional yang mempelajari partikel mineral yang terperangkap di dalam berlian dari Juina, Brasil, telah menemukan bukti bahwa ternyata lempeng tektonik dapat tenggelam lebih dari 640 km di bawah permukaan bumi, dan kemudian bergerak muncul lagi ke permukaan bumi.
“Informasi yang terdapat dalam berlian sangat berguna untuk mempelajari bagian-bagian yang tidak dapat diakses dari bagian dalam Bumi,” kata ketua tim penulis studi, Michael Walter dari University of Bristol dalam siaran pers.
“Ini sedikit terasa seperti mempelajari fosil nyamuk yang terdapat di dalam batu amber. Meskipun kita tidak dapat mengekstrak DNA dan menciptakan dinosaurus (seperti dalam film Jurassic Park), namun kita dapat mengekstrak komposisi kimiawi mereka dan mengetahui di mana mereka terbentuk berdasarkan pertumbuhan mineral yang terjadi di laboratorium pada kondisi ekstrim.”
Tim menemukan bahwa komposisi mineral yang terkandung di dalam berlian menunjukkan permukaan batuan yang telah meleleh dan rekristalisasi di bawah kondisi ekstrim di dalam mantel bumi yang lebih dalam.
Para ilmuwan berpendapat bahwa asal-usul bawah tanah dari spesimen Juina ini tergolong unik. Kebanyakan berlian ditambang dari permukaan bumi yang berasal dari kedalaman 200 km di bawah tanah. Sedangkan berlian Juina ini, berasal dari kedalaman hingga 640 km di bawah tanah, sungguh sesuatu yang unik bukan.
Selain itu seorang tim penulis yang bernama Simon Coln berkata “Hal yang menakjubkan tentang berlian dari Juina adalah bahwa setiap butir berlian yang kita pelajari seakan selalu menyediakan sesuatu yang tidak terduga,”
”Kami terus menyelidiki mereka secara lebih terperinci dengan berbagai teknik baru, dan mereka terus memberikan lebih banyak rahasia yang luar biasa.” Lanjut simon Coln.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa beberapa specimen dalam Juina mengandung jumlah karbon 13C yang sangat rendah, dan biasanya yang memiliki kadar karbon 13C rendah ini merupakan kerak samudera atau lempeng tektonik dasar laut.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa siklus karbon meluas hingga ke mantel bumi bagian bawah dan bukan hanya pada mantel atas seperti yang sebelumnya diyakini.
“Ini benar-benar menarik untuk dicermati, bahwa berlian Brasil berperan penting dalam hal terobosan ilmiah,” kata Debora Araujo, profesor di Universidade de Brasilia, dalam rilis. “Sampel dari daerah ini (Juina) telah diteliti selama beberapa tahun, dan kami seakan tidak pernah kehabisan penemuan-penemuan baru yang menarik.” Tambahnya.
Tim penulis berspekulasi bahwa berlian-berlian tersebut dibawa kembali ke kerak bumi bagian luar seiring dengan bergerak naiknya lempeng tektonik mantel-dalam pada sekitar 90 juta tahun yang lalu selama Periode Cretaceous. (Ginger Chan/Epochtimes/osc) *iCa
Sumber : era baru news
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H