Bojonegoro adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Jawa timur, Indonesia. Bojonegoro berbatasan dengan kabupaten Tuban di sebelah utara, kabupaten Lamongandi sebelah timur, kabupaten Nganjuk, Ngawi, dan Madiun di sebelah selatan. Serta kabupaten Blora dan Cepu di sebelah barat. Bojonegoro merupakan salah satu sumber deposit minyak bumi terbesar di Indonesia. Selain itu Bojonegoro jugamempunyai lahan pertanian yang subur, adanya produksi kayu jati yang berkualitas dan masih banyak kekayaan alam lainnya di Bojonegoro.
Bojonegoro merupakan sebuah daerah yang kaya akan sumber daya alam, budaya, kuliner, serta hasil kerajinan tangan rakyat Bojonegoro yang begitu mempesona. Dalam bidang kesenian, khususnya kerajinan tangan, Bojonegoro mempunyai banyak hasil kerajinan tangan yang menjadi cirri khas di Bojonegoro, misalnya adalah kerajinan onix, ukir-ukiran dari kayu jati (mebel), batik jumput, serta masih banyak hasil kerajinan masyarakat Bojonegoro lainnya, yang mampu menunjukkan keunggulan lokal Bojonegoro di mata daerah-daerah lain.
Batik telah dikenal sebagai ciri khas orang Indonesia, namun orang-orang melihat batik dalam lingkup yang sempit, yaitu batik tulis. Padahal batik di Indonesia itu bukan hanya batik tulis. Di Bojonegoro misalnya, ada salah satu jenis kerajinan batik khas Bojonegoro yang cukup sederhana namun unik. Batik itu dikenal sebagai ‘Batik Jumput’, kain batik sederhana ini memang tampak biasa saja, hanya ada motif-motif bulat, kembang, atau bintang. Namun disitulah letak keindahan dan keunikan seni batik itu terpancar dari kain ini.
Batik jumput, sungguh nama yang sangat unik dengan adanya ‘embel-embel’ jumput di belakang kata batik. Batik ini mendapatkan nama seperti itu lantaran proses pembuatannya, yaitu , kain putih polos, bagian belakang dari kain itu diletakkan biji-bijian kecil (biji jagung), kemudian dijumput dengan ujung jari dan biji ditali menggunakan karet gelang. Setiap satu kain bahkan bisa mencapai ratusan biji yang diikat dengan karet gelang itu. Tahap selanjutnya dalam pembuatan batik jumput ini adalah pemberian warna, kain tadi bisa diberi warna sesuai selera, dan hasilnya setelah dilakukan pewarnaan, bekas biji-bijian kecil yang dijumput dan diikat tadi tidak terkena warna, sehingga jadilah motif batik yang unik dan penuh pesona dalam setiap motif ‘jumputan’ tadi.
Batik jumput sendiri sebenarnya tidak hanya di produksi di Bojonegoro, tapi juga diproduksi di daerah lain seperti Yogyakarta dan Solo. Namun di Yogyakarta dan Solo, batik jumput ini belum berkembang dengan baik, karena di dua daerah tersebut, pesona batik jumput hanya dianggap seperti namanya yaitu hanya sejumput saja, sehingga penjualan batik jumput disana masih kalah dengan penjualan batik tulis yang memang telah menjadi kebanggaan di daerah itu. Maka dari itu, salah satu pengusaha batik jumput di Bojonegoro mengatakan bahwalantaran ketatnya persaingan di pasar kain, Dia harus memutar otak bagaimana caranya agar batik jumput tetap eksis dan tidak kalah dengan kain batik lainnya. Saat ini dia berusaha membuat corak khas yang berbeda dari batik lainnya. Kekhasan itu diantaranya terletak pada warna batik jumput, yang lebih mengandalkan ketajaman warna untuk menonjolkan pesona yang luar biasa, warna-warna yang dipilih untuk mengangkat pesona batik jumput itu misalnya adalah warna merah menyala, hijau matang, biru, dan juga ungu.
Sebenarnya sekarang ini, penjualan batik jumput adalah aset berharga yang harus dikembangkan. Hal itu disebabkan karena batik jumput dinilai bisa untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Bojonegoro. Walaupun harga batik jumput tidak begitu mahal namun ini cukup untuk membantu perekonomian masyarakat Bojonegoro. Bahkan saat ini batik jumput telah menjangkau pasar di beberapa daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain itu harga dari batik jumput ini sendiri berkisar antara Rp. 15.000,00 sampai Rp. 100.000,00 per lembarnya. Dan untuk pakaian jadi harganya bisa mencapai Rp. 200.000,00 per buahnya. Hal ini membuktikan bahwa batik jumput telah memiliki pesona tersendiri dimata pecinta batik dibandingkan dengan batik-batik lainnya. Dan pesona batik jumput memang bukan sejumput.
Batik jumput khas Bojonegoro ini memang mulai menggeliat di pasaran, ini adalah pertanda baik untuk pengusaha batik jumput. Ini dikarenakan sampai saat ini penjualan batik jumput telah menembus pasar internasional, hal ini merupakan suatu kebanggan seta bukti bahwa pesona batik jumput itu tidak hanya sejumput, tapi batik jumput juga mempunyai daya tarik tersendiri dari motif-motifnya yang unik. Saat ini pemasaran batik jumput telah mencapai Negara-negara lain seperti Singapura. Ini sebenarnya merupakan sebuah jalan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Bojonegoro, karena omzet penjualan batik jumput ini hampir mencapai Rp. 50 juta per bulan, ini adalah jumlah yang cukup besar untuk membawa Bojonegoro lebih maju.
Batik jumput merupakan aset berharga bagi Bojonegoro, karena pesona batik jumput mampu membawa Bojonegoro lebih maju. Apalagi dengan omzet penjualan yang mencapai puluhan juta rupiah. Jadi, batik jumput adalah potensi yang harus dikembangkan, keunggulan yang harus lebih diunggulkan, hasil kerajinan yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Karena batik jumput adalah milik kita bersama yang harus kita jaga bersama untuk membawa Bojonegoro menuju BOJONEGORO MATOH. *iCa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H