Oleh : Intan milenia
Email: mileniaintan@gmail.com
Sastra merupakan sebuah karya mengandung seni, yang mana sastra ini lahir dari perenungan penciptaanya tentang kehidupan. Sementara puisi adalah hasil bentuk karya sastra yang memiliki ungkapan pikiran bahkan bahasa perasaan yang penyair tuangkan dalam bentuk kata.Â
Hadirnya sebuah puisi tak lain merupakan pernyataan seorang penyair dimana pernyataannya itu berisi pengalaman batinnya sebagai bentuk proses kreatif terhadap objek seni.
Dalam teorinya puisi itu terbagi dalam dua jenis, yakni puisi lama dan puisi baru/modern. Di dalam puisi lama ada beberapa ciri yang terikat antara lain jumlah tiap bait, rima, persamaan bunyi atau irama dan lain-lain.Â
Beberapa yang termasuk dalam puisi lama ini yakni ada mantera, pantun, talibun, syair dan gurindam. Sementara pada posisi puisi modern dimana puisi ini tidak lagi terikat oleh aturan-aturan seperti yang ada dalam puisi lama.
Puisi menjadi jalan paling menyenangkan tatkala seseorang dapat meluapkan isi hati entah hal itu terkait kegundahannya, kekhawatirannya, kegalauan atau kegirangan tertentu. Dari puisi pula seseorang dapat menyampaikan pesan yang simbolik untuk tujuan tertentu, tanpa mengurangi kesucian puisi itu sendiri.Â
Dalam perjalanannya sampai saat ini, puisi sama sekali tak pernah mati  akan tetapi puisi itu akan tetap abadi.
Bagaimana mungkin? Tentu mungkin.
Kita bisa lihat buktinya, banyak sekali masyarakat Indonesia bahkan dunia yang menyukai puisi sebagai bagian dari kehidupan mereka, sekalipun mereka bukan sebagai penulis atau penyair, yang mana hanya sebagai penikmat kata-kata yang terhimpun dalam puisi penuh makna.Â
Puisi bisa menjadi sarana untuk menuangkan segala bentuk perasaan yang sedang dirasakan, sebagai contoh puisi karya penyair terkenal yakni Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Aku Ingin":
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu