Kota Yogyakarta sebagai destinasi wisata yang tepat untuk merefresh kembali pikiran dan tubuh setelah sibuk bekerja, belajar atau beraktivitas lainnya. Kota Yogyakarta atau yang sering disebut kota Jogja. Merupakan kota yang sangat Istimewa. Bagaimana tidak kota Jogja memiliki banyak keunikan dengan berbagai tradisi dan budaya Jawa yang begitu melekat di kota ini dan masyarakatnya, seperti batik (kain dengan corak khusus yang dibuat dengan tangan, dilukis atau dicetak), pertunjukan wayang, musik tradisional atau gamelan, bahkan makanan khas Jogja yang sering disebut Gudeg.
Jogja juga dikenal sebagai kota pelajar karena banyak terdapat Universitas. Hal inilah yang membuat kota ini memiliki jumlah mahasiswa yang besar, yang berasal tidak hanya dari area Jawa tetapi juga dari luar Jawa , bahkan dari luar Indonesia.Â
Selain itu, kota Jogja di kenal sebagai kota pariwisata karena Jogja memiliki beraneka ragam destinasi wisata menarik yang dapat dikunjungi. Itulah alasan mengapa kami sekeluarga berlibur ke Jogja. Rasanya tidak akan pernah bosan jika harus kembali ke sana. Seperti itulah yang kami rasakan.
Berawal dari liburan semester tahun ini saya dan keluarga berencana akan berlibur ke Jogja selama 3 hari 2 malam. Liburan kali ini memang sudah kami rencanakan jauh-jauh hari. Tentunya semua ini harus penuh dengan perencanaan. Mulai dari transport berangkat, penginapan, transport pulang dan pastinya destinasi mana aja yang akan kami kunjungi.
Kami berangkat ke Jogja pada hari kamis menggunakan kereta yang telah kami pesan secara online, kami berangkat dari stasiun gambir sekitar pukul 21.45. Entah kenapa setiap mau pergi ada saja drama yang terjadi, kali ini kami hampir ketinggalan kereta karena perjalanan dari rumah ke stasiun Gambir cukup macet. Padahal jarak dari rumah ke stasiun Gambir hanya sekitar 25 menitan.
Pada akhirnya kami tiba di jogja pukul 06.00, kami turun di stasiun Tugu Yogyakarta karena paling dekat dengan jalan Malioboro. Sesampainya di sana kami di jemput oleh paman. Paman mengajak kami sarapan pagi di sekitar jalan Malioboro.Â
Dan sampailah kami disalah satu angkrinan dan memesan beberapa makanan. Setelah selesai makan saya sedikit kaget ternyata total harga yang kami makan sekitar Rp. 105.000 saja untuk 6 orang. Tentunya Ini lumayan murah dengan makan sebanyak itu jika dibanding di Jakarta, pantas saja angkringannya ramai.Â
Setelah sarapan pagi, paman mengajak kami sebentar ke rumahnya. Kenapa kami tidak langsung ke hotel karena kami baru bisa masuk atau checkin di jam 12.00. Kami menginap di hotel Whiz dekat dengan Malioboro. Sekitar pukul 11.30 paman mengantarakan kami ke hotel untuk checkin.
Setelah sholat dzuhur kami lanjut ke tujuan pertama untuk makan siang di Heha Sky View. Perjalanan dari hotel ke Heha Sky View sekitar 40 menit. Heha Sky View ini sangat populer, lokasinya berada di Gunung Kidul.Â
Heha Sky View merupakan restaurant yang terdiri dari empat lantai yang menawarkan pemandangan alam di atas kota Jogja. Selain itu, Heha Sky View juga memiliki banyak spot foto yang aesthetic dan instagramable. Untuk harga tiket masuk Rp. 15.000 perorang.Â
Untuk harga tiket masuk berbeda pada hari-hari dan waktu tertentu. Sesampainya disana kami langsung memesan beberapa makanan. Menurut saya untuk makanannya cukup enak dan terjangkau. Setelah dari Heha sky view kami langsung balik ke hotel.
Malamnya kami lanjut ke Malioboro, menikmati suasana malam yang ramai sambil menyusuri jalan Malioboro dengan menaiki becak. Kami pun minta di antarkan ke Teras Malioboro yang baru saja jadi. Malioboro sekarang sudah berbeda, yang dimana para pedagang kaki lima Malioboro yang dulunya berjualan di trotoar sekarang mereka sudah pindah ke tempat baru. Mereka pindah ke lokasi yang disebut sebagai Teras Malioboro.
Teras Malioboro adalah bangunan baru yang didirikan di bekas lahan bioskop Indra dan bekas Kantor Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Teras Malioboro menjadi lokasi pusat belanja barang-barang khas kota Jogja dan beragam jenis, kerajinan tangan, batik, kaos oblong khas Jogja, oleh-oleh, hingga kuliner.
Teras malioboro terbagi menjadi dua yaitu Teras Malioboro 1 yang terletak di jalan Margo Mulyo, persis di selatan jalan di Maliboro. Teras Malioboro 1 ini berada di barat jalan berhadap-hadapan dengan pasar Beringharjo. Teras Malioboro 1 terdiri dari 3 lantai dengan konsep indoor bertemakan industrial modern yang dilengkapi dengan fasilitas lift dan eskalator.
Sedangkan, Teras 2 yang terletak di sebelah selatan hotel Inna Malioboro. Konsep dari Teras Malioboro 2 ini lebih ke outdoor. Menurut saya, Teras Malioboro 2 ini lebih ramai pengunjung yang datang untuk membeli oleh-oleh dan kulineran. Disana kami juga membeli beberapa oleh-oleh.
Walaupun tidak ada pedang kaki lima, jalan Malioboro sekarang masih tetap seperti yang dulu-dulu. Di kiri kanan jalan masih ada bangunan zaman dulu yang bisa disinggahi. Masih ada jam antik berdiri di tengah jalan, masih ada Gedung Agung atau Istana Presiden. Masih ada benteng Vredeburg dan Pasar Beringharjo, serta masih ada andong (dokar) dan becak.
Setelah puas berkeliling Malioboro tidak berasa waktu sudah menunjukan pukul 11.00 malam kami pun kembali ke hotel. Keesokan harinya, tujuan selanjutnya yang kami kunjungi yaitu Hutan Pinus Tengger, kami berangkat sekitar pukul 09.00 pagi, perjalanan dari hotel menuju kesana sekitar 1 jam. Untuk harga tiket masuk dikenai Rp.3.000 perorang.Â
Begitu memasuki kawasan Hutan Pinus Tengger kami di sambut dengan rindangnya pohon pinus serta semilir angin yang membuat suasana menjadi adem dan sejuk. Sambil menikmati pemandangan alam kami berfoto-foto di spot foto yang instagramable. Tak terasa waktu semakin siang, kami memutuskan mencari tempat makan yang tidak jauh dari Hutan Pinus Tengger. Setelah makan siang, kami langsung balik ke hotel.
Malamnya kami ke alun-alun selatan atau alun-alun kidul (alkid), yang menarik dari alun-alun selatan ini adalah adanya pohon beringin kembar yang mitosnya bahwa siapa saja yang berhasil berjalan diantara dua beringin kembar dengan mata tertutup maka keinginnya akan terkabul.Â
Disana kami menyewa sepeda tandem yang di hiasi dengan lampu warna-warni. Setelah mengayuh sepeda mengelilingi alun-alun selatan kami makan di angkringan sambil duduk lesehan di atas tiker sambil menikmati segelas wedang ronde hangat.
Besoknya menjadi hari terakhir kami di Jogja. Sebelum pulang ke Jakarta, pagi harinya kami menyempatkan berkunjung ke pasar Beringharjo untuk membeli gudeg dan menikmati beberapa kuliner seperti es dawet, pecel senggol, dan jajanan pasar lainnya.Â
Selesai makan, kami pun langsung bergegas ke hotel untuk mengemas barang bawaan dan langsung ke stasiun Tugu Yogyakarta. Kereta pun tiba, kami segera naik dan meninggalkan kota Jogja, berharap bisa berjumpa lagi di kota yang istimewa ini. Dan akhirnya kami pun sampai di Jakarta dengan selamat.
Sekian cerita perjalanan yang berkesan bagi saya,
Terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H