Mohon tunggu...
Kelompok 19 KKN UMD UNEJ
Kelompok 19 KKN UMD UNEJ Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa-Universitas Jember

Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hidden Gem: Rumah Rajut di Lereng Gunung Argopuro

2 Februari 2024   11:00 Diperbarui: 2 Februari 2024   11:18 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Merajut di Rumah Rajut Klungkung (Dokpri)

Salah satu desa di lereng Gunung Argopuro, Desa Klungkung, menyimpan banyak kekayaan alam maupun buatan. Berbagai kebudayaan, kuliner, dan sumber daya alam dapat ditemukan di dalamnya. Selain itu, UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) juga tersebar luas di kawasan ini. Salah satu yang menarik adalah usaha Rumah Rajut.

Merajut merupakan suatu kegiatan membuat kerajinan dari sehelai benang yang saling dikaitkan menggunakan jarum sehingga saling berhubungan dan dapat membentuk kerajinan. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari merajut adalah tas, baju, jaket, selimut, topi, kaos kaki, gelang, sepatu, dan lain-lain.

Rumah rajut yang terletak di Desa Klungkung dikelola langsung oleh pemiliknya yaitu Ibu Supiani. Rumah Rajut ini telah berdiri sejak tahun 2021. Rumah Rajut merupakan salah satu UMKM yang hingga kini masih berproduksi. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari UMKM ini di antaranya adalah tas, sepatu, dan strap mask.

Sepatu Hasil Produksi Rumah Rajut (Dokpri)
Sepatu Hasil Produksi Rumah Rajut (Dokpri)

Tas Hasil Produksi Rumah Rajut (Dokpri)
Tas Hasil Produksi Rumah Rajut (Dokpri)

Ditemui pada Senin (29/01), Ibu Supiani mengatakan bahwa Rumah Rajut sudah berdiri semenjak tahun 2021. Merajut menjadi kegiatan utama yang dilakukan yang membutuhkan keterampilan, kesabaran, ketekunan, dan kemauan. Hal ini dikarenakan Rumah Rajut hanya memproduksi rajutan yang 100% handmade. Sehingga tidak semua orang dapat menekuni kegiatan ini sebagai usaha untuk mendapatkan pendapatan yang baru.

Kesabaran dan ketekunan menjadi salah satu kunci kegiatan merajut. Hal ini dikarenakan dibutuhkan waktu minimal 2 hingga 3 hari untuk dapat menghasilkan satu pasang sepatu rajut. Sehingga Ibu Supiani dalam menjalankan bisnis rajutannya ini menggunakan sistem penjualan Pre Order.

Selain merajut Ibu Supiani juga memproduksi makanan olahan yaitu abon lele. Usaha abon lele ini berdiri dari tahun 2021 dan telah memiliki Brand yaitu Bayfara Food. Menurut Ibu Supiani, pembuatan abon lele ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya tahan lele di mana abon lele memiliki daya tahan penyimpanan yang lebih lama yaitu sekitar 8 bulan. Untuk harga setiap kemasan yang berisi 100 gram abon lele yaitu sekitar Rp 30.000 sedangkan untuk kemasan kecil yang berisi 50 gram abon lele yaitu berkisar Rp 15.000.

Abon Lele Bayfara Food (Dokpri)
Abon Lele Bayfara Food (Dokpri)

Menurut informasi yang didapatkan pada Rabu (31/01), Ibu Supiani mengatakan bahwa 10 kg ikan lele dapat menghasikan 1 kg abon lele. Oleh karena proses pengolahan inilah harga abon lele termasuk mahal. Akan tetapi rasa abon lele ini tidak kalah dari abon sapi, abon ayam, abon ikan tuna dan abon-abon yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun