Mohon tunggu...
Intania Rahma Defita
Intania Rahma Defita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Seorang mahasiswa Sosiologi yang suka memotret setiap momen.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hustle Culture di Kalangan Pelajar: Analisis Dampaknya dalam Perspektif Sosiologi

9 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   17:54 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fenomena Hustle Culture di Kalangan Pelajar

Hustle culture atau budaya kerja keras adalah ketika seseorang terdorong untuk bekerja lebih keras melebihi batas jam kerja biasa mereka untuk mencapai tujuan tertentu, meskipun harus mengorbankan waktu pribadi mereka (Ulfah dan Nurdin, 2022). Gaya hidup yang sangat menekankan kerja keras tanpa henti ini kini telah diadopsi oleh para pelajar. Anak-anak sering kali mendapat tekanan dari berbagai pihak seperti orang tua, guru, dan lingkungan sosial mereka untuk terus mencetak prestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Pelajar saat ini memiliki jadwal yang sangat padat, dimulai dari kegiatan sekolah, les tambahan, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Banyak dari mereka yang merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi, sehingga mereka sering mengabaikan waktu untuk beristirahat dan bermain yang penting bagi kesehatan fisik dan mental. Selain itu, pengaruh media sosial yang sering menggambarkan gaya hidup produktif sebagai ukuran keberhasilan juga memperburuk keadaan ini. Anak-anak cenderung membandingkan diri dan prestasi teman-teman mereka yang ditunjukkan di media sosial, sehingga tekanan untuk mengejar hal serupa pun meningkat.

Dampak Hustle Culture pada Kesehatan Mental Pelajar

Tekanan ini berdampak negatif pada kesehatan mental anak, antara lain seperti berikut:

1. Stres dan Kecemasan Berlebih

Pelajar seringkali merasa cemas karena harus memenuhi ekspektasi tinggi yang diberikan oleh orang tua atau sekolah, sehingga keadaan ini dapat menyebabkan gangguan seperti kecemanan berlebihan, stress atau bahkan depresi.

2. Ketidakseimbangan Hidup

Akibat dari tekanan, anak-anak menjadi semakin sulit untuk mengimbangi waktu belajar dan aktivitas pribadi mereka. Waktu untuk bersantai, bermain dan bersosialisasi menjadi sering tergeser yang pada akhirnya membuat mereka terisolasi dari kehidupan sosial.

3. Burnout

Anak-anak yang terjebak dalam hustle culture sering merasa tidak puas dan terus mengejar tujuan baru, meskipun telah mencapai berbagai tujuan awal mereka. Kondisi ini dapat menyebabkan burnout yang ditandai dengan kelelahan emosional, hilangnya motivasi, dan ketidakmampuan untuk menikmati aktivitas yang mereka lakukan.

Dampak Hustle Culture pada Kesehatan Fisik Pelajar

Selain mental, fenomena ini juga berdampak pada kesehatan fisik mereka, seperti:

1. Kurang Tidur

Padatnya jadwal kegiatan pada anak sekolah membuat waktu tidur mereka berkurang secara drastis. Hal tersebut dapat menyebabkan kekebalan tubuh menjadi lebih lemah sehingga berpotensi meningkatkan resiko penyakit dan menghambat proses pemulihan tubuh.

2. Kelelahan Fisik

Kegiatan akademik dan non-akademik yang tidak ada hentinya dapat menguras energi anak. Kondisi ini sering menyebabkan masalah kesehatan seperti sakit kepala, gangguan tidur dan penurunan daya tahan tubuh.

Analisis Hustle Culture pada Pelajar Berdasarkan Perspektif Sosiologi Kesehatan

Dalam Sosiologi Kesehatan, Perspektif Interaksionisme Simbolik dapat digunakan untuk menganalisis hustle culture di kalangan pelajar dengan menyoroti bagaimana interaksi sosial membentuk persepsi mereka tentang kesuksesan. Teori Interaksionisme Simbolik yang diperkenalkan oleh George Herbert Mead menunjukkan bagaimana identitas seseorang dibentuk melalui interaksi sosial, termasuk melalui simbol-simbol tertentu yang dipahami bersama (Octavina, Harianto dan Jacky, 2024). Dalam konteks ini, simbol-simbol seperti nilai rapor, medali, atau jumlah "like" di media sosial dapat dianggap sebagai representasi dari keberhasilan. Pelajar seringkali menginternalisasikan simbol tersebut melalui interaksi dengan orang tua, guru, dan teman sebaya. Akibatnya, kebutuhan dasar pelajar seperti tidur, kesehatan fisik dan hubungan sosial sering diabaikan, sehingga mereka merasa nilai diri mereka bergantung pada pencapaian yang diakui secara sosial.

Fenomena ini berdampak pada kesehatan pelajar. Dalam Sosiologi Kesehatan, kondisi ini menunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan sosial dan biologis. Hal ini tentunya dapat menyebabkan masalah fisik seperti kelelahan atau gangguan imun, serta masalah mental seperti kecemasan berlebihan hingga burnout. Redefinisi simbol keberhasilan diperlukan untuk mengatasi dampak ini. Menanamkan nilai-nilai yang lebih humanis seperti pentingnya menjaga kesehatan, menjalani kehidupan yang seimbang dan membangun hubungan sosial yang positif dapat membantu untuk mengubah persepsi anak-anak. Selain itu, sangat penting bagi orang tua dan institusi pendidikan untuk membantu menciptakan lingkungan yang menghargai kesejahteraan pelajar, bukan hanya tentang produktivitas mereka.

Referensi:

Metris, D., Sulaeman, M., & Wakhidah, E. N. (2024). Hustle Culture: Mencermati Tren Perilaku yang Mendorong Kesuksesan Tanpa Henti. Jurnal Komunikasi Bisnis dan Manajemen, 11(1), 111-131.

Octavina, M. T., Harianto, S., & Jacky, M. (2024). Ketimpangan Pendidikan dan Peluang Kerja: Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik. TAKZIR: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan KeIslaman, 10(1), 50-63.

Ulfah, M. N., & Nurdin, M. F. (2022). Hustle Culture: A New Face of Slavery. Aliansi: Jurnal Politik, Keamanan dan Hubungan Internasional, Special Edition, 226-233.

Zonic, A. (2024). 5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnout. IDN Times. Diakses dari https://www.idntimes.com/life/career/akromah-zonic-6/dampak-negatif-mengadopsi-hustle-culture-c1c2?page=all

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun