Istilah kurikulum (curriculum) digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Kala itu, kurikulum diartikan sebagai jarak yang perlu ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan.
Kemudian, pengertian itu diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang perlu ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pendidikan untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.Selanjutnya pengertian kurikulum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurikulum diartikan sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.
Perubahan kurikulum merupakan hal yang sudah tak asing terjadi disetiap waktu.Tentu saja hal ini tak hanya berdampak pada murid saja,melainkan juga pada tenaga pendidik bahkan juga pada wali murid.Seperti saat ini kurikulum merdeka sedang mencadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat. Kurikulum merdeka  memberikan  kesempatan pada  siswa  untuk  belajar  lebih  aktif dan  menantang  dengan mengelaborasikan  berbagai  media teknologi  dan  kecakapan  di  abad  21 (Hasim,  2020).Â
Kurikulum  merdeka memberikan  peluang  bagi  siswa untuk  mengoptimalkan  potensi  yang ada, sehingga yang dibutuhkan adalah fasilitas  penunjangnya.Hal  tersebut ditujukkan untuk  mempertajam  daya kreativitas  dan  berpikir  kritis  dari siswa (Indarta et al., 2022).Secara  filosofis,  kurikulum merdeka  bercita-cita  untuk memberikan  kesempatan  kepada sekolah  untuk  melakukan  kegiatan pembelajaran  berdasarkan  potensi dan  keunggulan  yang  dimiliki.Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran yang beragam. Kurikulum Merdeka berfokus pada kontenkonten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.Hal tersebut seperti diungkap Kemendikburistek melansir laman resminya https://kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id/.
"Kurikulum Merdeka berfokus pada konten konten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi," tulis Buku Saku Serba Serbi Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar melansir laman resminya https://ditpsd.kemdikbud.go.id/
Anggapan bahwa kurikulum merdeka dalam kacamata positif akan menunjukkan sikap dan perilaku yang tentu saja mendukung kehadiran kurikulum tersebut. Berbanding terbalik dengan mereka yang tidak terbuka dengan kehadiran kebijakan yang ada. Secara teoretis, bentuk kebijakan yang baik akan melahirkan dampak baik bagi masyarakat, sama seperti filosofi dasar dari kurikulum merdeka ini yang ingin memuliakan siswa dan seluruh elemen di sekolah sebagai bagian yang tak terpisahkan. Seperti yang disampaikan oleh beberapa penelitian tentang pentingnya kurikulum pendidikan yang baik dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat (Chao et al., 2015; Dewi, 2021; Zhang et al., 2020).
Tantangan terbesar dalam proses impelementasi kurikulum merdeka ini diantaranya berasal dari kesiapan guru sebagai pembawa perubahan di kelas, dukungan sekolah dalam memberikan fasilitas penunjang baik bersifat materil maupun non-materil, hingga keragaman siswa dalam suatu kelas. Sementara itu, cara terbaik yang dilakukan saat ini adalah terus bersama-sama mengoptimalkan sisi baik dari kurikulum merdeka ini, serta berusaha memperbaiki kekurangan yang mungkin dirasakan. Secara umum, keberadaan kurikulum merdeka ini menjadi tolak ukur baru tentang semakin berkembangnya proses pembelajaran yang terjadi di sekolah, sehingga bisa menjadi evaluasi bersama untuk terus mengembangkan potensi siswa yang ada.
Adapun berbagai tantangan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka bagi guru adalah sebagai berikut.
- Keluar dari Zona Nyaman dalam Sistem Pembelajaran
Baik dari pihak siswa maupun guru pengajar.Mereka yang telah nyaman dengan model pembelajaran metode awal dan harus diganti dengan kurikulum merdeka.
- Tidak Memiliki Pengalaman Program Merdeka Belajar
- Dalam Kurikulum Merdeka, terdapat sebuah program bernama Merdeka Belajar. Kebanyakan guru justru tidak memiliki pengalaman mengajar dengan program tersebut. Selain tidak memiliki pengalaman mengajar, siswa juga sudah terbiasa mendengarkan penjelasan dari guru ketika di sekolah harus mengganti metode belajar yakni siswa yang harus aktif.
- Keterbatasan Referensi
Belum banyaknya referensi terkait metode penyampaian materi juga membuat guru merasa kesulitan saat mengajar. Akibatnya, fasilitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa menjadi kurang efektif.
Jadi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di tingkat sekolah dasar hendaknya dari guru sendiri maupunsiswa harus bisa keluar dari zona nyaman dalam proses belajar mengajar dengan metode yang digunakan sebelumnya.Lalu bagi seorang tenagan pendidikan terlebih juga harus memiliki pengalaman untuk program merdeka belajar untuk mebiasakan siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif.Serta bagi seorang guru juga harus banyak banyak mencari referensi guna memberikan kepada siswa pembel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H