Mohon tunggu...
Intanfd
Intanfd Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Trauma Healing Bagi Mereka: Anak-anak Korban Bencana

6 April 2017   13:01 Diperbarui: 6 April 2017   13:11 7933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa Indonesia rawan sekali terjadi bencana alam? Mungkin itulah pertanyaan yang sering muncul dibenak kita setiap melihat berita akhir-akhir ini. Dan yang terbaru adalah bencana tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Hingga saat ini masih ada 25 orang tertimbun longsor.

Indonesia menjadi daerah rawan bencana karena beberapa alasan. Diantaranya karena disebabkan oleh faktor alam dan iklim yang ada di Indonesia. Indonesia berdiri diatas pertemuan lempeng-lempeng tektonik. Akibatnya negeri ini berada di atas jalur gempa. Selain rentan dengan bencana gempa bumi, saat ini Indonesia tercatat memiliki 127 gunung berapi aktif. Hal inilah yang membuat Indonesia menjadi bagian dari Cincin Api Pasifik. Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga memudahkan terjadinya pelapukan juga menyebabkan bencana alam seperti longsor dan banjir bandang. Bahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selama tahun 2017 telah terjadi 654 bencana di seluruh Indonesia.

Bencana alam selain menelan korban jiwa, juga menghancurkan sebagian besar infrastruktur, pemukiman, bangunan-bangunan pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial dan ekonomi serta mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk kondisi psikologis dan tingkat kesejahteraan.

Salah satu kelompok yang paling rentan terhadap bencana alam adalah anak-anak karena secara fisik dan mental masih dalam masa pertumbuhan dan masih tergantung dengan orang dewasa. Mengalami kejadian traumatis dan mengerikan akibat bencana dapat mengakibatkan stress dan trauma mendalam bagi anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun. Pengalaman trauma yang dialami anak apabila tidak segera diatasi maka akan berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial anak hingga dewasa.

Tidak mudah memulihkan kesehatan psikis ataupun mental anak-anak korban bencana. Perlu waktu panjang serta metode yang tepat untuk menangani mereka. Namun, yang masih menjadi polemik adalah penanganan anak-anak korban bencana dari trauma berkepanjangan masih diwarnai dengan kepentingan politik dan ego masing-masing lembaga atau organisasi yang menangani. Bahkan tak jarang ada lembaga atau organisasi mengklaim hanya merekalah yang boleh menanganinya. Seharusnya penanganan anak-anak korban bencana dilakukan tanpa batas dan diberi kebebasan seluas-luasnya.  

Dampak trauma mental yang dialami anak-anak lebih besar dibandingkan dengan dampak secara fisik. Anak-anak tidak saja kehilangan orangtua, tetapi juga kehilangan pendidikan, teman, saudara, keceriaan, kehilangan lingkungan tempatnya bermain dan yang paling mencemaskan adalah kehilangan masa depan mereka.

Salah satu cara untuk menghilangkan traumatis pada anak-anak korban bencana adalah dengan cara trauma healing. Trauma healing sangatlah penting bagi anak-anak yang mengalami peristiwa mengerikan itu. Trauma healing sendiri dapat dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa. Tentunya dengan cara yang berbeda. Terhadap anak-anak, program trauma healing dapat dilakukan dengan membangun kelompok bermain atau kegiatan-kegiatan bermain, belajar, membaca, melukis dan kegiatan seni lainnya. Dengan cara seperti ini maka anak-anak akan dapat mengekspresikan emosi yang ada di dalam dirinya. Pada orang dewasa, trauma healing dilakukan dengan cara konseling dan berbagi cerita.

Dalam konteks trauma healing, lingkungan sosial menjadi saah satu faktor dalam membantu seseorang dari trauma. Dukungan dan dorongan sangat dibutuhkan dan hal ini akan lahir ketika seeorang mampu membangun komunikasi sosial yang pada akhirnya akan menghilangkan perasaan sepi, terasing, terisolasi dan sebagainya. Selain itu pula, proses pemuihan trauma juga tergantung pada faktor internal individu sendiri yang berupa persepsi dan keyakinan.

Anak-anak merupakan harta yang berharga, maka marilah kita hargai mereka dengan memberikan yang terbaik bagi perkembangan jiwa dan mental mereka agar kehidupan masa depan mereka terjamin dan kelangsungan kehidupan dapat terus berjalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun