Mohon tunggu...
Intan fatmasari
Intan fatmasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sains Indonesia

Bio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Guru Menjadi Konten Kreator: Dampak dan Tantangan bagi Pendidikan Anak di Era Digital

24 Desember 2024   13:08 Diperbarui: 1 Januari 2025   19:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena guru yang merangkap sebagai konten kreator semakin marak, terutama dengan meningkatnya popularitas platform media sosial. Fenomena ini memunculkan berbagai pertanyaan terkait dampaknya pada pendidikan anak-anak, terutama generasi Alpha, serta persoalan etika yang perlu diperhatikan.

Salah satu isu utama yang muncul adalah kemunduran belajar siswa. Ketika guru lebih banyak terlibat dalam proses pembuatan konten video, waktu dan perhatian yang seharusnya dialokasikan untuk pembelajaran menjadi berkurang. Situasi ini menciptakan distraksi yang mengganggu proses belajar-mengajar. Lebih buruk lagi, siswa sering kali digunakan sebagai talent dalam konten tanpa pertimbangan yang matang, mengorbankan waktu belajar mereka.

Generasi Alpha, yang tumbuh di lingkungan serba digital, membutuhkan metode pembelajaran yang fokus dan terarah. Ketika pembelajaran terganggu oleh aktivitas di luar kurikulum, mereka tidak hanya kehilangan fokus tetapi juga menjadi bingung dalam memahami prioritas mereka.

Penggunaan Anak sebagai Talent: Antara Etika dan Eksploitasi

Penggunaan siswa sebagai talent untuk konten media sosial menjadi topik perdebatan hangat. Secara hukum dan etika, anak-anak memiliki hak privasi yang harus dijaga. Tanpa persetujuan eksplisit dari orang tua, melibatkan mereka dalam konten media sosial dapat dianggap sebagai bentuk eksploitasi.

Lebih dari itu, tekanan untuk tampil di depan kamera bisa menjadi beban emosional bagi anak-anak, terutama jika konten tersebut berulang kali diambil ulang atau melibatkan aktivitas yang tidak nyaman bagi mereka. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak.

Sumber: dokumentasi penulis 
Sumber: dokumentasi penulis 

"Aku suka main sama teman-teman di sekolah, tapi kalau ada kamera, aku bingung harus ngapain." Ujar Hasyi murid kelompok A ( 20/12/24)

Ungkapan lain oleh Sheza murid kelompok B "Aku nggak mau disuruh ngomong terus di depan kamera, aku lebih suka main balok." ( 20/12/2024)

Dampak Jangka Panjang pada Generasi Alpha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun