Mohon tunggu...
Intan DwiYuliana
Intan DwiYuliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Halo Every One.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketertarikan Generasi Milenial Terhadap Politik di Masa Kampanye Pilpres 2024

8 Januari 2024   10:50 Diperbarui: 8 Januari 2024   11:57 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ABSTRAK

Artikel ini membahas fenomena ketertarikan generasi milenial terhadap politik, khususnya selama masa kampanye Pilpres tahun 2024. Generasi milenial , yang merupakan kelompok usia antara 1981 hingga 1996, telah menjadi fokus perhatian dalam konteks politik global karena peran mereka yang semakin meningkat dalam proses demokrasi. penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan generasi milenial terhadap politik, bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses kampanye Pilpres, dan dampaknya terhadap dinamika politik. Artikel ini menyajikan gambaran komprehensif tentang bagaimana kampanye Pilpres tahun 2024 berhasil menarik perhatian dan keterlibatan generasi milenial, memberikan implikasi penting bagi pengambil kebijakan dan pemimpin politik dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh kelompok demografis krusial ini.

Kata Kunci: Generasi Milenial, Ketertarikan, Politik 

LATAR BELAKANG

Pemilihan umum adalah konsepsi dan gagasan besar yang merupakan proses implementasi dari demokrasi dimana setiap warga negara mempunyai hak dalam menentukan calon pemimpin bagi mereka (Nasir,2020) dimana terdapat kebebasan , keadilan dan kesetaraan pada setiap orang dalam bidang apapun. Pelaksanaan  pemilu merupakan sejarah-sejarah yang akan tercatat sebagai bentuk demokrasi yang di jalani oleh suatu negara dengan sistem demokrasi juga. Partisipasi pemilih milenial atau warga negara yang telah memasuki usia memilih, merupakan sebuah indikator penting untuk mengetahui bagaimana sebuah negara berjalan dengan baik. sebab, semakin rendahnya partisipasi pemilih dalam pemilihan umum di suatu negara menandakan adanya permasalahan yang memerlukan solusi untuk penyelesaian (Sule & Sambo, 2020). Selanjutnya dijelaskan pada generasi milenial.

Generasi Milenial ketika di definisikan secara sederhana bisa di maknai sebagai generasi milenial yang terlahir mulai tahun 1980-an sampai pada akhir 1990-an (Lalo,2018). selain itu Generasi Milenial merupakan generasi yang sudah mengenal kemajuan teknologi, segala kebutuhan informasi telah dapat diperoleh dengan milenial . salah satu kemajuan teknologi di bidang informasi adalah media sosial yang secara praktis, dapat digunakan sebagai media untuk melakukan penyebaran luasan informasi , kampanye politik, pengembangan intelektual, wadah pertukaran suatu informasi, hingga bisa digunakan sebagai pengembangan pada suatu usaha maupun iklan layanan masyarakat maka dari itu generasi milenial telah menjadi kekuatan yang semakin signifikan dalam dinamika politik global. dalam konteks politik, generasi ini tidak hanya diakui sebagai kelompok demografis yang besar, tetapi juga sebagai agen perusahaan dengan kencenderungan berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi. pada khususnya, ketertarikan generasi milenial terhadap politik memegang peranan krusial selama masa kampanye pilpres tahun 2024. 

Pada saat ini, isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial telah menjadi fokus utama perhatian generasi milenial. keberlanjutan dan inklusivitas bukan hanya menjadi aspirasi , tetapi juga kriteria utama dalam menilai para pemimpin politik. Selain itu, perkembangan teknologi informasi, khususnya penggunaan media sosial, memberikan platform yang kuat bagi generasi milenial untuk berpartisipasi, menyuarakan, pendapat dan mendiskusikan isu-isu politik secara terbuka. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang memotivasi ketertarikan generasi milenial terhadap politik selama masa kampanye Pilpres tahun 2024 menjadi penting. melalui penelitian ini, diharapkan dapat terungkap secara lebih jelas mengenai preferensi politik, sumber informasi yang dipercayai, dan pola partisipasi generasi milenial. pada artikel ini menciptakan dasar yang kuat untuk mengidentifikasi strategi efektif yang dapat digunakan oleh pemimpin politik dan pengambilan kebijakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan generasi milenial. sehingga menciptakan partisipasi politik yang lebih aktif dan terinformasi. dari kelompok ini dalam proses demokrasi. 


TINJAUAN PUSTAKA

Peran Generasi Milenial dalam Politik 

generasi milenial telah menjadi kelompok demografis yang sangat diperhitungkan dalam proses politik global. berbagai penelitian menyoroti peran mereka dalam membentuk opini publik, mempengaruhi kebijakan dan meningkatkan partisipasi kelompok.

Isu-isu Prioritas Generasi Milenial  

penelitian sebelumnya menunjukan bahwa generasi milenial memilikin prioritas isu yang unik, seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial . isu-isu menjadi fokus utama ketertarikan mereka dalam konteks publik.

Teknologi dan Media Sosial

Perkembangan teknologi informasi, khususnya media sosial, telah menjadi faktor penting dalam membentuk opini politik generasi milenial. penggunaan aktif media sosial telah memberikan mereka platform untuk menyuarakan pendapat, mendiskusikan isu-isu politik dan berpartisipasi dalam kampanye politik secara daring. 

Partisipasi Politik Online

Studi-studi sebelumnya menunjukan bahwa generasi milenial cenderung berpartisipasi dalam kegiatan politik melalui platform online, termasuk kampanye sosial dan penggunaan tagar(hastag) untuk menyebarkan pesan politik.

Pemilihan dan Preferensi Politik Generasi Milenial

penelitian terdahulu telah  mengidentifikasi preferensi generasi milenial, baik dalam hal kebijakan maupun gaya kepemimpinan. faktor-faktor seperti transparasi keberlanjutan dan inklusivitas telah menjadi poin penting dalam menarik dukungan generasi milenial ini.
Melalui peninjauan literatur ini, artikel ini akan mencoba menyelidiki lebih jauh mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran selama kampanye Pilpres tahun 2024 dan sejauh mana pengaruh generasi milenial dapat membentuk hasil dan dinamika politik dalam konteks tersebut. 


METODE

Metode penelitian melibatkan survei online, wawancara dan analisis data media sosial untuk mengumpulkan informasi tentang tingkat ketertarikan, preferensi politik dan pola partisipasi generasi milenial selama kampanye Pilpres di tahun 2024. hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor seperti isu-isu sosial, lingkungan dan teknologi memainkan peran penting dalam menarik perhatian  generasi milenial terhadap politik. selain itu, keterlibatan online melalui platform media sosial dan teknologi informasi memberikan kontribusi signifikan terhadap partisipasi politik mereka. 


PEMBAHASAN

Ada beberapa faktor yang mendorong meningkatnya ketertarikan gen milenial terhadap politik, antara lain:

  • Peningkatan kesadaran politik. Gen milenial semakin sadar akan pentingnya politik dalam kehidupan mereka. Mereka menyadari bahwa politik dapat mempengaruhi kehidupan mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Pengaruh media sosial. Media sosial telah menjadi sarana yang efektif untuk mengedukasi dan memobilisasi gen milenial. Media sosial memungkinkan gen milenial untuk mendapatkan informasi politik secara cepat dan mudah, serta untuk berinteraksi dengan sesama gen milenial yang memiliki minat politik yang sama.
  • Perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi telah mengubah pola interaksi dan konsumsi informasi masyarakat. Gen milenial yang akrab dengan teknologi lebih mudah untuk mengakses informasi politik dan untuk mengekspresikan pendapat mereka tentang politik.

Peningkatan ketertarikan gen milenial terhadap politik dapat menjadi peluang bagi para calon pemilu untuk meraih dukungan dari kelompok pemilih ini. Namun, para calon pemilu juga harus menyadari bahwa gen milenial memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap para pemimpinnya. Gen milenial menginginkan pemimpin yang jujur, kompeten, dan peduli terhadap isu-isu sosial.

kompas.com
kompas.com

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para calon pemilu untuk menarik dukungan dari gen milenial:

Menyajikan visi dan misi yang jelas. Gen milenial ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh para calon pemilu jika mereka terpilih.

  • Menunjukkan komitmen terhadap isu-isu sosial. Gen milenial ingin pemimpin yang peduli terhadap isu-isu sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup.
  • Menggunakan media sosial secara efektif. Media sosial adalah sarana yang efektif untuk berkomunikasi dengan gen milenial.

Visi dan misi calon pemimpin negara sangat penting karena menjadi arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemimpin tersebut. Dengan adanya visi dan misi yang jelas, pemimpin akan lebih mudah untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuannya. Selain itu, visi dan misi dapat menjadi motivasi bagi rakyat untuk bekerja sama dan mendukung pemimpin. Ketika rakyat mengetahui apa yang ingin dicapai oleh pemimpinnya, mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dan mendukung pemimpin tersebut dalam mewujudkan visi dan misinya.

Visi dan misi calon pemimpin negara juga dapat menjadi alat untuk mengukur kinerja pemimpin. Rakyat dapat menilai kinerja pemimpin berdasarkan sejauh mana visi dan misinya dapat dicapai. Selain itu, visi dan misi juga dapat menjadi alat untuk mempertanggungjawabkan kinerja pemimpin. Pemimpin dapat mempertanggungjawab kan kinerjanya kepada rakyat berdasarkan visi dan misi yang telah dijanjikan. Oleh karena itu, rakyat perlu memperhatikan visi dan misi calon pemimpin negara sebelum menentukan pilihannya. Visi dan misi yang jelas dan realistis akan menjadi indikasi bahwa calon pemimpin tersebut memiliki kemampuan dan komitmen untuk membawa negara ke arah yang lebih baik. Menjangkau gen milenial di luar kampanye. Para calon pemilu dapat membangun hubungan dengan gen milenial di luar kampanye, misalnya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial atau komunitas.

Tantangan bagi para calon pemilu adalah bagaimana memenuhi ekspektasi gen milenial yang tinggi terhadap para pemimpinnya. Gen milenial menginginkan pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas, serta komitmen terhadap isu-isu sosial. Para calon pemilu harus dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas dan integritas untuk menjadi pemimpin yang baik. Peluang bagi para calon pemilu adalah bagaimana meraih dukungan dari kelompok pemilih yang besar dan potensial ini. Gen milenial merupakan kelompok pemilih yang memiliki akses terhadap informasi dan teknologi yang luas.

KESIMPULAN

Dalam konteks masa kampanye Pilpres tahun 2024, generasi milenial menunjukkan tingkat ketertarikan yang tinggi terhadap politik, memainkan peran krusial dalam membentuk dinamika politik dengan preferensi yang jelas terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan teknologi. Hasil penelitian ini menyoroti peran penting media sosial dan teknologi informasi dalam memobilisasi dan membentuk opini generasi milenial.

Temuan ini memberikan pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana kandidat politik dapat lebih efektif berkomunikasi dengan generasi milenial. Keterlibatan online, penekanan pada isu-isu yang dianggap penting oleh generasi ini, dan kemampuan untuk membangun kehadiran yang kuat di media sosial menjadi kunci sukses dalam menarik dukungan.Dalam menghadapi tantangan dan peluang ini, para pemimpin politik dan pengambil kebijakan diingatkan untuk tidak mengabaikan keragaman dalam preferensi politik dan isu-isu yang dianggap penting oleh generasi milenial. Fleksibilitas dalam menyusun kebijakan dan pesan kampanye akan menjadi kunci untuk menjalin hubungan yang kuat dengan kelompok demografis yang berpengaruh ini.

Kesimpulannya, generasi milenial bukan hanya pemilih potensial, tetapi juga kekuatan yang memengaruhi arah politik dan kebijakan. Untuk memastikan representasi yang lebih baik dan melibatkan generasi milenial secara lebih efektif, para pemimpin politik perlu terus beradaptasi dengan perubahan dalam cara generasi ini berinteraksi dengan politik, khususnya melalui penggunaan teknologi dan media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Bennett, W. L., & Segerberg, A. (2013). The Logic of Connective Action: Digital Media and the Personalization of Contentious Politics. Information, Communication & Society, 16(5), 1--24.

Nasir,  I.  (2020). Analisis  Hukum  Penanganan  Pelanggaran  Adminitrasi  Pemilu/Pemilihan. Khazanah Hukum, 2(1), 41--50

Sule,   B.,   &   Sambo,   U.   (2020).   THE   2019   GENERAL   ELECTION   AND   THE   POLITICS   OF INCONCLUSIVE  ELECTION  IN  NIGERIA:  A  REVIEW  OF  THE  AFFECTED  STATES. Khazanah Sosial, 2(3), 105--124

Penulis : Intan Dwi Yuliana, Mahasiwi semester V, Fikom Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 

Dosen Pengampu : Saeful Mujab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun