Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai pengolahan sampah dapur menjadi bahan yang bermanfaat, membuat bahan kaya nutrisi bagi tanah ini menjadi terbuang sia-sia. Seringkali sampah dapur tidak dimanfaatkan dengan baik dan berakhir di tempat sampah yang bisa menyebabkan bau busuk hingga pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi hal ini, tim PKM Rumpun Biologi telah melakukan pelatihan pembuatan kompos Metode Takakura berbahan sampah dapur untuk pupuk organik bagi Ibu-Ibu PKK Perumahan Grand Surya Buduran Sidoarjo. Tim ini terdiri dari Dra. Herlina Fitrihidajati, M.Si. sebagai ketua dengan beberapa anggota yaitu: Reni Ambarwati, S.Si., M.Sc., Dr. Tarzan Purnomo, M.Si., Prof. Dr. Fida Rachmadiarti, M.Kes., dan Putut Rakhmad Purnama, S.Si., M.Si.
Kegiatan ini bertujuan diantaranya untuk melatih ibu-ibu PKK Perumahan Grand Surya Buduran Sidoarjo dalam membuat kompos metode Takakura berbahan sampah dapur untuk pupuk organik, mendampingi warga dalam membuat kompos, mengetahui respon dari peserta terhadap kegiatan pelatihan , dan mengidentifikasi kendala-kendala selama kegiatan pelatihan dan pendampingan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, 9 Juni 2024 bertempat di kediaman Ketua RT. 03 yang dihadiri sejumlah 23 Ibu-Ibu PKK, terdiri dari Ibu RW, Ibu-Ibu RT. 01, RT.02, dan RT. 03. Kegiatan diawali dengan pemaparan materi tentang upaya pengelolaan sampah dan proses pembuatan pupuk organik melalui pengomposan metode Takakura. Selanjutnya dilakukan demo oleh tim PKM dan implementasi pelatihan oleh Ibu-Ibu PKK. Implementasi dilakukan pada 3 kelompok dengan masing- masing kelompok didampingi oleh tim PKM.
Setelah implementasi, selanjutnya Ibu-Ibu PKK melakukan pengamatan terhadap proses pengomposan secara mandiri di rumah. Pengamatan mandiri bisa dilakukan dengan cara mengecek suhu maupun menambahkan bahan pupuk dari sampah dapur maupun penambahan mikrobia sebagai inovasin. Indikator pengamatan adalah suhu, apabila suhu terasa hangat menunjukkan bahwa proses pengomposan sedang berjalan karena ada aktivitas mikroba. Apabila tidak ada maka dapat dilakukan penambahan air cucian beras dengan cara menyemprotkan hingga kondisi cukup lembab.
Hasil angket respons peserta pelatihan menunjukkan bahwa pelaksanaan implementasi dapat diterima baik oleh peserta.
“Harapannya pelatihan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya ibu-ibu peserta pelatihan agar ke depannya semua sampah dapur bisa terolah dengan baik” Tutur Ibu Dra. Herlina Fitrihidajati, M.Si. sebagai ketua Tim KPKM Biologi Unesa. (id)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H