“Harga minyak di minimarket itu lagi promo lho.”
“Belanja di supermarket aja, lebih bersih terus lebih keren lagi.”
“Saya nggak biasa belanja di pasar tradisional, desak-desakan sama harus tawar menawar gitu.”
Mungkin kita pernah mendengar kata-kata di atas. Untuk sebagian orang memang merasa lebih nyaman berbelanja di supermarket atau minimarket. Mereka tergoda dengan diskon sekian persen dari beberapa produk. Padahal jika kita perhatikan pun tidak sedikit produk yang harganya jauh lebih mahal dibanding di pasar tradisional.
Life style. Ya, itulah kata kuncinya. Kita seakan-akan merasa lebih pede ketika berbelanja di pasar modern. Atau kalau kita meminjam istilah anak-anak muda, kita akan menjadi lebih kekinian ketika berbelanja di supermarket atau minimarket. Alasan itu kita tutupi dengan dalih ketika berbelanja di pasar modern, tempatnya lebih bersih, nyaman dan nggak harus tawar menawar.
Jika kita perhatikan, yang terjadi sekarang, geliat pasar rakyat seakan meredup. Kebanyakan orang hanya menjadikannya pilihan kedua. Bahkan yang lebih menyedihkan, tidak sedikit pasar tradisional yang tidak bisa bertahan lagi. Mereka tenggelam oleh pesona pasar modern yang lebih memikat.
Hal seperti ini sebenarnya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintahan kita. Harus ada usaha untuk memperbaikinya. Kita memang tidak bisa meninggalkan kemajuan zaman dan tekonologi. Saat ini, memang pasar modern lebih banyak dinikmati. Tapi, di sisi lain, kita pun tidak bisa menghapus keberadaan pasar tradisional.
Bagaimanapun juga, proses jual beli yang sesungguhnya ada di pasar rakyat. Mulai dari adanya interaksi satu sama lain sampai proses tawar menawar antara penjual dan pembeli. Sisi kekeluargaan terasa lebih kental di pasar tradisional. Dan, tentu saja, ekonomi masyarakat menengah ke bawah akan sangat terbantu ketika pasar rakyat bisa terus menggeliat.