Mohon tunggu...
Intan charisma
Intan charisma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kata pereda rasa

Seorang ibu satu anak, yang masih berusaha untuk menjadi ibu yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Ketika Keadilan Tidak Bisa Didapatkan di Pengadilan

13 Februari 2020   16:39 Diperbarui: 13 Februari 2020   16:45 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari berlalu, ada kabar dari Ian. Dia menyampaikan jika ternyata keluarga besarnya keberatan dnegan nominal yang saya ajukan. Saya sudah duga dari awal, namun saya harus bagaimana lagi, saat itu saya tidak mempunyai upaya apa-apa. Itu suatu bentuk tanggung jawab saya akan uang yang tidak pernah saya makan sama sekali.

Sejak hari itu, ternyata keluarga besar Ian membawa masalah ini ke ranah hukum, dia menyewa pengacara untuk mengurusi masalah ini. Saya mendapatkan surat undangan klarifikasi ke kantor pengacara yang disewa keluarga besar Ian. Pada tanggal 10 mei 2017 saya mendapatkan undangan dalam rangka Klarifikasi kepada saya untuk menjelaskan penjelasan terkait presentasi bagi hasil yang telah di perjanjikan. Saya diminta menjelaskan kronologis ceritanya. Sampai akhirnya saya diminta untuk menaikkan nominal kesanggupan saya, tapi tidak bisa saya penuhi, karena memang hanya segitu kemampuan saya saat itu. Sampai akhirnya bulan berikutnya selama 2 bulan mereka melayangkan surat somasi kepada saya.

Dan sampai pada 20 April 2018 saya mendapatkan surat pemberitahuan mengenai pemberitahuan wanprestasi yang saya lakukan menurut mereka. Dalam arti kata, mereka mau meneruskan masalah ini ke ranah pengadilan. Saya hanya bisa pasrah saat itu, karena tidak mampu apa-apa dengan tidak memilikinya saya saat itu. Anak yang dulu berada didalam kandungan saya telah lahir saat ini sudah berusia 8 bulan. Saya selalu merasa bersalah dengan anak saya ini, karena semasa saya hamil saya tidak selalu memperhatikan kondisi perkembangan anak saya, karena pikiran saya terkuras dengan pikiran masalah saya dengan ian.
Sampai pada akhirnya, pada tanggal 11 Juli 2018 saya menghadiri sidang pertama saya. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pengadilan. Sidang ini adalah sidang penunjukan hakim mediasi.

Dan pada tanggal 19 Juli 2018 saya mengahadiri sidang mediasi dengan pihak keluarga ian serta beberapa pendamping pengacaranya. Sebelum berkas naik ke meja persidangan, semua pihak yang berperkara akan masuk ke tahap mediasi terlebih dahulu, jika dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan maka berkas tidak akan naik ke meja persidangan dan begitupula sebaliknya. Namun ternyata saya dan pihak ian tidak menemukan titik terang dari suatu mediasi yang dilakukan. Ian menuding saya, mengatakan bahwa semua ini salah saya dan saya harus bertanggung jawab akan hal ini.

Dan karena itu saya harus melewati sidang demi sidang ini sendiri. Menghadapi hakim, jaksa, dan para pengacara ian. Satu persatu dokumen peradilan saya susun sndiri. Mulai dari eksepsi, duplik, kesimpulan, bukti-bukti persidangan, kesaksian saksi. Semua saya susun dan saya buat sendiri. Karena saya tidak mampu membayar pengacara. Sempat saya ingin menggunakan jasa LBH, namun tidak focus membantu dan terakhir saya terkesan mengejar orang LBH tersebut dan saya akhirnya mengurungkan niat saya. Saya menjalankan semua sidang sedari 1 Agustus 2018 sampai dengan 31 Oktober 2018 adalah dimana hari pembacaan putusan yang dibacakan oleh hakim.

31 Oktober 2018, hari ini, hari yang entah mungkin saya tunggu-tunggu atau saya takuti. Karena saya tidak tau lagi apa yang harus saya lakukan. Dengan harapan Allah mau mendengar doa-doa saya selama ini. Dengan harapan bukti-bukti yang saya lampirkan dapat menjadi bahan pertimbangan hakim. Dengan harapan ketidak mampuan saya untuk membayar pengacara ini dapat mengetuk hati sang hakim karena saya maju seorang diri.

Ternyata saya salah, Allah menyuruh saya untuk lebih bersabar, karena apa yang saya utarakan dan lampirkan secara apa adanya tidak mempengaruhi kenyataan yang harus saya terima. Saya dinyatakan kalah,.. saya harus membayar tuntutan yang semula diajukan oleh pengacara ian sebesar Rp.700.000.000 menjadi Rp. 352.768.000.

Saat itu air mata saya tidak dapat keluar, kering sudah rasanya.. hari yang ditunggu-tunggu ini ternyata seperti ini. Dan saya mencoba upaya hukum lain, yaitu banding ke tingkat PT (Pengadilan Tinggi).

7 November 2018 permohonan banding ini saya buat dengan melampirkan memori banding. Saya mengajukan keberatan akan putusan dari Pengadilan Negeri dan meminta untuk Pengadilan Tinggi memeriksa kembali. Bulan berbulan saya tunggu putusan dari banding saya ini. Saya sempatkan untuk berkala ke pengadilan. Namun selalu dikatakan belum oleh petugas. Dan petugas blg, jangan khawatir, jika sudah ada pasti akan dikabari ke alamat domisili saya.

Namun ternyata, saya baru tahu hari selasa, 21 Januari 2020 lalu. Pengacara Ian SMS ke saya, menanyakan apakah saya telah menerima surat putusan banding dari pengadilan. Saat itu kondisi saya sedang menjaga ibu saya yang sakit dirumah sakit. Tapi saya sempatkan untuk kepengadilan sebentar karena saya sangat menunggu-nunggu kabar ini. Berharap akan ada keajaiban untuk saya kali ini. Namun hasilnya nihil, saya ke pengadilan tidak dapat mendapatkan berkas maupun relas banding saya. Akhirnya saya meminta nomer HP yang memegang berkas saya.

Setelah hari itu saya tidak kembali lagi ke pengadilan. Karena harus merawat orang tua saya yang masih sedang sakit. Dan sampai seminggu berlalu, ibunda saya dipanggil oleh yang kuasa. Mama saya meninggal dunia karena riwayat sakit gula darahnya yang sempat tinggi saat itu. Hidup saya sedang tidak karuan saat itu. Saya tidak focus memikirkan pengadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun