Mohon tunggu...
Intan aura
Intan aura Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gadis kelahiran tahun 2005 yang menyukai game online dan membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pekan Kebudayaan Nasional 2023, Mengeksplor Pojok Baca Danarto sebagai Aset Budaya

29 Oktober 2023   19:09 Diperbarui: 29 Oktober 2023   19:13 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pojok Baca Danarto, sebuah tempat yang tidak hanya terdiri dari rak-rak buku dan kursi-kursi kosong, tetapi merupakan sebuah jendela ke dalam warisan budaya yang kaya dan mendalam. Dalam keanekaragaman kebudayaan suatu negara, Pojok Baca Danarto telah tumbuh menjadi sebuah aset yang tak ternilai harganya. 

Taman baca ini hadir dengan harapan besar untuk menjadi sumber inspirasi yang kuat dalam meningkatkan minat literasi bagi mahasiswa, dosen, dan semua pengunjungnya. Melalui beragam buku yang tersedia, kita berharap taman baca ini dapat membangkitkan minat dan keinginan untuk lebih memahami sosok Danarto, serta menciptakan sebuah lingkungan di mana literasi dianggap sebagai kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan.

Mahasiswa dapat memanfaatkan taman baca ini sebagai ruang di mana mereka dapat aktif mengasah keterampilan membaca dan mengeksplorasi berbagai pengetahuan baru yang mereka peroleh dari taman baca ini, juga dapat menjadi tambahan berharga dalam memperluas pengetahuan dan membuka wawasan mereka. Untuk para dosen, taman baca ini dapat menjadi fasilitas yang penting dalam mendukung proses pengajaran, memfasilitasi pertukaran gagasan, dan memungkinkan pembaharuan pengetahuan. Para dosen dapat menggunakan taman baca ini sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman mereka dan merancang kurikulum yang lebih inovatif. Sementara itu, bagi pengunjung lainnya, taman baca ini menyediakan kesempatan besar untuk mengejar minat literasi, menemukan sumber inspirasi, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Sebelum kita lanjut, kalian tau ga nih sebenarnya siapa sih danarto itu?

Danarto adalah tokoh terkemuka di bidang sastra, dikenal sebagai seniman, pengarang, dramawan, dan sutradara teater. Namanya mendapat tempat penting dalam sejarah warisan sastra Indonesia, dan karya-karyanya telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Ia berperan penting dalam bidang kemajuan sastra Indonesia, menciptakan komposisi yang memikat pembaca. Meskipun sudah dianggap sebagai tokoh legendaris, karya sastranya terus memikat generasi-generasi berikutnya dalam dunia sastra Indonesia.

Danarto lahir pada tanggal 27 Juni 1941 di Sragen, Jawa Tengah. Ayahnya, Jakio Harjodinomo, bekerja sebagai supervisor di sebuah pabrik gula, dan ibunya, Siti Aminah, mencari nafkah sebagai pedagang batik di pasar setempat. Latar belakang keluarga ini memainkan peran penting dalam membentuk pengalaman pribadi dan evolusinya sebagai penulis terkenal. Ada kemungkinan bahwa pendidikan ini menjadi sumber inspirasi, menanamkan karya sastranya dengan gambaran kehidupan yang beragam. Di dunia perfilman, Selain itu, ia meninggalkan jejak yang signifikan sebagai dekorator set di industri film. Portofolionya mencakup karya-karya terkenal seperti "Kelahiran Gatotkaca" (1962), "San Rego" (1971), "Mutiara di Lumpur" (1972), dan "Bandot" (1978).

Ada apa aja sih di Pojok Danarto?

Jadi dalam rangka PESTARAMA#4, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta memilih untuk menghadirkan karya-karya Danarto dalam pertunjukan yang diperankan oleh mahasiswa semester 6. Selama satu semester, selain berlatih untuk pertunjukan, Himpunan Mahasiswa Program Studi PBSI (HMPS PBSI) UIN Jakarta juga mengadakan berbagai kegiatan terkait drama dan karya-karya Danarto. Ini termasuk sesi diskusi tentang pemikiran Danarto dengan tokoh seperti Sapardi Djoko Damono, Radhar Panca Dahana, dan Abdullah Wong, serta peringatan Haul untuk Danarto yang melibatkan Pidato Kebudayaan oleh Acep Zamzam Noer, Doa untuk Pak Dan yang dipimpin oleh Zastrow Al Ngatawi, serta kesaksian dari keluarga, sahabat, dan rekan-rekan Pak Dan seperti Ken Zuraida, Uki Bayu Sejati, Agus Sarjono, dan lainnya di Jakarta.

Setelah acara tersebut selesai, keluarga Danarto menyumbangkan koleksi buku Pak Danarto yang ada di rumahnya di Pamulang ke Perpustakaan Program Studi PBSI FITK UIN Jakarta. Sejak saat itu, Program Studi PBSI memiliki sudut khusus yang dikenal sebagai Pojok Danarto di perpustakaannya. Salah satu hasil dari kolaborasi ini adalah Kumpulan Esai Danarto yang berisi esai-esai yang belum pernah diterbitkan sebelumnya.

Pada tahun 2023, dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional, Komunitas Danarto DKK berkolaborasi dengan Program Studi PBSI untuk menjaga dan merawat warisan Pak Danarto. Bersama Komunitas Danarto DKK, Program Studi PBSI melaksanakan Workshop Inventarisasi Digital Koleksi Komunitas dan juga membuka Taman Bacaan Danarto di Lobi Timur Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta selama berlangsungnya Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) dari tanggal 20 hingga 28 Oktober 2023. Untuk memperkenalkan Taman Bacaan Danarto, Program Studi PBSI juga menjadi bagian dari Ruang Tamu PKN 2023 dan menyelenggarakan kegiatan budaya yang ditujukan untuk warga UIN Jakarta serta berbagai komunitas seni di Ciputat.

Taman Bacaan Danarto menampilkan koleksi karya sastra seperti buku, esai, dan sekumpulan cerpen-cerpen karya Pak Dan. Adapun karya-karya Pak Dan antara lain, Asmaraloka (novel, 1999), Berhala (1987), Goodlab (1975), Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek (drama, 1976), Setangkai Melati di Sayap Zibril (2001), Bel Geduwel Beh (drama, 1976), Gerak-Gerak Allah (kumpulan Esai, 1996). 

Di masa yang akan datang, Pojok Baca Danarto akan menjadi inisiatif utama dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FITK UIN Jakarta dalam mempromosikan literasi sastra dan budaya bagi masyarakat di Tangsel dan sekitarnya. Melalui proses tersebut, taman baca ini akan mendorong perkembangan intelektual, memicu kreativitas, dan merangsang pemikiran kritis, memberikan kontribusi dalam pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman disiplin ilmu.

Dengan beragam peluang yang disediakan, taman baca ini akan menjadi pintu gerbang yang membawa pada peningkatan mutu pendidikan, mendorong kemajuan penelitian akademik di dalam lingkungan kampus, serta memfasilitasi eksplorasi pengetahuan yang luas bagi mahasiswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun