Sekumpulan Bandung Photography Triennale menyelenggarakan pameran fotografi kontemporer. Pameran seni fotografi berlokasi di Galeri Pusat Kebudayaan, Braga, Kota Bandung berjudul 'Land/Escpae'.
Untuk tema dari pameran ini adalah mentikberatkan pada isu lingkungan dan kerusakan ekosistem bumi. Kerusakan ekosistem bumi disebabkan intervensi manusia dalam kurun waktu dua abad terakhir yang kemungkinan akan jauh melampaui kerusakan bumi ribuan tahun sebelumnya.
Kurator Henrycus Naptisunargo mengatakan, saat ini telah memasuki era antroposen, kerusakan ekosistem bumi akibat dari intervensi manusia dan lingkungan sekitar semakin mengkhawatirkan. Kehadiran beton dan aspal dalam volume besar sebagai pondasi kinerja mesin-mesin modern, telah mengakibatkan bumi dan penghuninya semakin sulit bernafas. Modernisasi juga telah memicu amnesia kolektif terhadap aspek-aspek memori dan historis pada banyak ekosistem.
Ketika kemajuan teknologi telah menjebak, lanjut dia, sebagian besar manusia dalam praktek simulasi yang mengakibatkan situasi ketika manusia semakin tidak berdaya di hadapan ciptaannya sendiri.
Seluruh karya pada pameran Land/Escape ini merupakan realitas menjadi bercerai berai, tidak lagi bersinergi di antara manusia, lingkungan, dan entitas yang mengelilinginya, melainkan tercecer serta saling berselisih. Logika dan sistematika yang mendominasi pemikiran manusia sejak dimulainya revolusi industri dua abad lalu.
Pameran Fotografi Seni Menampilkan Kondisi Lingkungan yang Berada di Muka Bumi
Salah satu karya pameran foto seni ini penulis tuliskan terdapat pada karya Eka Noviana berjudul Cerita Sungai, menampakkan kondisi sungai yang ada di Jawa Barat kondisinya kritis dan tercemar oleh limbah, baik plastik maupun zat berbahaya lainnya.
Selanjutnya pada pameran foto karya Fauzan Rafli berjudul Optical Unconsciousness (2) Home = Self, karya ini menjelaskan suatu tempat untuk berteduh dan berlindung dari apapun yang dapat mengancam, ternyata tidak selamanya selalu memiliki pengertian yang sama.
Terakhir, penulis sangat menyukai dengan pameran foto karya Asep Saepuloh berjudul Mematung Rasa, menurut pemahaman Fauzan dari konsep fotonya itu 'Mematung Rasa' berawal dari pemahaman tentang sebuah falsafah Jawa, sejatinya manusia adalah rasa namun bukan cita rasa seperti rasa sedih dan senang.
Rasa yang dimaksud adalah nilai dari rasa itu sendiri, jika dianalogikan dalam kegiatan makan, makanan bukanlah persoalan dari rasa yang enak atau tidak, melainkan adalah nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Dari pemahaman tersebut, Fauzan memvisualisasikan empat elemen alam yang ada di sekitar rumahnya.
Menurut dia, dari empat elemen alam ini memiliki andil dalam mempengaruhi terbentunya 'rasa' sejak dalam kandungan maupun setelah di lahirkan.
Rasa adalah sebuah bentuk yang abstrak berupa keteraturan dan ketidakaturan yang indah dan tak terduga. Bentuk dari rasa tidak bisa dikendalikan tetapi bisa diarahkan, karena rasa merupakan nilai batin dari Tuhan kepada manusia.
Hubungan Antara Manusia dan Alam yang Tampak Tak Harmonis Lagi
Perubahan adalah keniscayaan dalam konteks kemajuan, tetapi apabila tidak dibangun dengan kesadaran, tak jarang akan menghasilkan ketidakseimbangan bahkan kerusakan yang radikal, terutama pada ekosistem bumi.
Kerusakan ekosistem bumi yang disebabkan intervensi manusia dalam kurun waktu dua abad terakhir mungkin jauh melampaui kerusakan bumi ribuan tahun sebelumnya.
Ekosistem kehidupan alam yang saling terhubung menjadikan sinergitas positif. Alam yang ramah terhadap penghuninya disebabkan oleh ekosistem yang terjaga dengan baik. Namun, keharmonisan ini tidak akan bertahan lama, jika ada kerusakan alam.
Hal ini bisa terjadi jika eksploitasi manusia terhadap alam semakin brutal seperti pembakaran hutan, alih fungsi lahan hutan, dan penambangan besar-besaran. Eksploitasi terhadap alam di bumi Indonesia mengancam manusia dan makhluk hidup lainnya.
Kurator Galeri, Isa Perkasa mengungkapkan, dengan gelarnya pameran ini bukan mengeksplorasi terhadap alam, namun bagaimana sebagai seorang seniman sadar dan ikut menyuarakan keresahan publik untuk menawarkan solusi.
Pameran fotografi seni berjudul 'Land/Escape' ini dimulai sejak tanggal 11 hingga 21 Maret 2023. Dimulai dari pukul 10.00 WIB hingga 18.00 WIB. Dari program Bandung Photography Triennale, para panitia menampilkan berbagai karya yang dihasilkan oleh 15 peserta dari berbagai daerah diantaranya Solo, Papua, Makassar (Sulawesi Selatan), Maluku, Bandung, dan lain-lain.
Adapun fotografer atau senimannya yaitu Adi Rahmatullah, Albertus Vembrianto Waluya, Asep Saepuloh, Djuli Pamungkas, Eka Noviana, Erzal Umamit, Fauzan Rafli, Feri Arifianto. Kemudian Gyaista Sampurno, Huans Salva Caesarayudha, Michael Binuko, Ragil Joko, Rasyid Ridha, Reksi Muhammad Sidik, dan Wahyu Widyantono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H