Mohon tunggu...
Intan Arsyaranti
Intan Arsyaranti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Mencoba berkreasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedih! Kisah Tragis Stadion Kanjuruhan yang Meninggalkan Bekas Luka Mendalam

9 Juni 2024   17:45 Diperbarui: 9 Juni 2024   19:45 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/aremamedia

Malang, Jawa Timur - 1 Oktober 2022 menjadi hari kelam bagi sepak bola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menelan korban jiwa lebih dari 130 orang dan ratusan lainnya terluka. Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi olahraga terburuk di dunia dan meninggalkan luka mendalam bagi para korban, keluarga, dan seluruh masyarakat Indonesia.

Kronologi Kejadian

Pertandingan sepak bola antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 berjalan sengit. Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya sehingga memicu kekecewaan para suporter Arema FC. Tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan ini terjadi saat tak lama setelah pertandingan sengit Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1. Kekalahan Arema dengan skor 2-3 memicu kekecewaan para suporter sehingga mendorong sekelompok penonton untuk mendobrak masuk ke lapangan hijau.

Setelah pertandingan selesai, beberapa suporter masuk ke lapangan untuk memprotes hasil pertandingan. Aparat keamanan kemudian menembakkan gas air mata ke arah suporter untuk membubarkan kerumunan. Gas air mata yang ditembakkan secara berlebihan dan ke arah tribun menyebabkan kepanikan dan banyak suporter yang terinjak-injak.

Situasi semakin kacau dan banyak suporter yang terjebak di pintu keluar stadion yang terkunci. Pintu keluar darurat pun tidak berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan banyak suporter yang sesak napas dan meninggal dunia.

Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, menjelaskan kronologi bahwa "Pertandingan berjalan tanpa masalah dan selesai sesuai dengan prosedur," ujar Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10).

"Namun, kekecewaan muncul dari para suporter yang melihat tim kesayangannya, Arema FC,kalah setelah 23 tahun tak terkalahkan di kandang sendiri." Kekecewaan ini mendorong para suporter turun ke lapangan untuk melampiaskan rasa kecewa mereka.

“Petugas keamanan berusaha mencegah dan mengalihkan mereka agar tidak masuk ke lapangan dan menyerang para pemain," jelas Nico.

Namun, situasi semakin memanas dan para suporter melakukan aksi anarkis. "Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk meredakan kerusuhan," kata Nico.

Akibat kejadian tersebut jumlah korban jiwa dalam tragedi Kanjuruhan terus bertambah. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg Wiyanto Wijoyo, mengkonfirmasi bahwa hingga Minggu (2/10) pukul 10.40 WIB, jumlah korban meninggal dunia mencapai 130 orang. Korban tewas terdiri dari para suporter dan anggota polisi. Dua anggota polisi yang turut menjadi korban dalam tragedi maut Kanjuruhan adalah Briptu Fajar Yoyok Pujiono dari Polsek Dongko, Trenggalek, dan Brigadir Andik Purwanto dari Polsek Sumbergempol, Tulungagung.

Tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa masih menyisakan banyak pertanyaan dan pro kontra. Salah satu yang paling disorot adalah penyebab kematian para korban. Pada konferensi pers 10 Oktober 2022, Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedy Prasetyo, berdasarkan penjelasan para ahli dan dokter yang menangani korban, menyatakan bahwa tidak ada satupun korban yang meninggal akibat gas air mata. Penyebab utama kematian adalah kekurangan oksigen akibat desak-desakan dan terinjak-injak di pintu keluar 13, 11, 14,dan 3.

Namun, pernyataan ini tidak sepenuhnya sejalan dengan fakta di lapangan. Para saksi mata dan korban yang selamat menceritakan bahwa gas air mata ditembakkan ke arah tribun dan menyebabkan kepanikan massal. Hal ini diyakini berkontribusi pada kekacauan dan desak-desakan yang berujung pada kematian. Masyarakat pun mempertanyakan validitas klaim polisi dan menuntut investigasi yang lebih mendalam.

Tragedi Kanjuruhan merupakan peristiwa tragis yang membutuhkan investigasi independen dan transparan. Semua pihak,termasuk polisi, harus bekerja sama untuk mengungkap kebenaran dan memberikan keadilan bagi para korban.
Penting untuk mendengarkan semua kesaksian dan bukti untuk memastikan penyebab kematian yang sebenarnya.Investigasi yang menyeluruh dan terbuka akan membantu membangun kepercayaan publik dan mencegah tragedi serupa terulang kembali.

Dampak Tragedi

Tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan nyawa pada 1 Oktober 2022 meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia. Kejadian ini berdampak pada masa depan sepak bola Indonesia, tetapi juga menimbulkan trauma psikis bagi para korban dan keluarga

Presiden Joko Widodo langsung menginstruksikan penundaan Liga 1 2022 selama satu minggu pasca tragedi. Penundaan ini bisa diperpanjang tergantung hasil evaluasi menyeluruh yang diminta Presiden kepada semua pihak terkait. Dampak penundaan ini tak hanya dirasakan di Liga 1. Beberapa daerah, seperti Banten, juga menunda pelaksanaan Liga 3.

Selain itu Tragedi Kanjuruhan tak hanya berdampak pada kelangsungan liga domestik, tetapi juga membayangi masa depan sepak bola Indonesia di kancah internasional. FIFA berpotensi memberikan sanksi atas tragedi ini, termasuk pembekuan seluruh pertandingan sepak bola di Indonesia. Sanksi ini tentu menjadi pukulan telak bagi sepak bola Indonesia. Mimpi menjadi tuan rumah Piala Asia 2023 pun terancam pupus.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah dari psikologi pun menjelaskan bahwa peristiwa besar seperti tragedi Kanjuruhan dapat menciptakan trauma berkepanjangan. Para korban dan keluarga, baik yang selamat maupun yang kehilangan orang terkasih, mengalami guncangan jiwa yang mendalam. Kematian mendadak akibat tragedi ini menimbulkan stres yang besar dan membutuhkan waktu lama untuk pulih. Tiga bulan pertama pasca tragedi menjadi masa paling sulit dalam proses penyembuhan trauma. Diperlukan waktu 1-3 tahun bagi seseorang yang mengalami trauma untuk pulih sepenuhnya.

Pesan yang dapat diambil

Tragedi ini menimbulkan kemarahan dan kecaman dari berbagai pihak. Masyarakat mempertanyakan kelalaian dan prosedur keamanan yang tidak memadai di Stadion Kanjuruhan. Sehingga ini menjadi momen kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia.

Di balik duka dan luka mendalam, tragedi ini menjadi momentum untuk introspeksi dan melakukan perbaikan menyeluruh dalam tata kelola sepak bola nasional. Penting untuk mengevaluasi sistem pengamanan, regulasi pertandingan, dan peran semua pihak terkait. Keselamatan para suporter dan pemain harus menjadi prioritas utama.

Tragedi Kanjuruhan harus menjadi pengingat bahwa sepak bola haruslah diwarnai dengan sportivitas dan rasa kemanusiaan. Tragedi ini tak boleh terulang kembali dan masa depan sepak bola Indonesia harus diselamatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun