Saya Intan Tresna Andriani Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 7 dari SDN Pamedarharti kecamatan Sindangkerta kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat.
Saya akan mengulas tugas 1.4.a.8 koneksi antar materi modul 1.4.
Menciptakan budaya positif di sekolah merupakan tugas kepala sekolah, guru, murid dan bahkan seluruh warga sekolah. Saya selaku calon guru penggerak juga memiliki kesempatan untuk membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik peran ini tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi control restitusi, keyakinan sekolah atau kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak serta visi guru penggerak.
Dalam menumbuhkan budaya positif ini saya tetap memegang teguh visi guru penggerak yang telah saya buat sebelumnya yaitu mewujudkan karakter murid yang mencerminkan profil pelajar Pancasila serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah.
Dengan bekal filosofi nasional Ki Hajar Dewantara mengenai murid saya memiliki tugas among atau mengemban maka guru diibaratkan seorang pengasuh atau fasilitator yang berperan mengatur membimbing sang anak dengan ikhlas sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki maka guru hendaknya mencermati garis kodrat kemampuan murid agar jiwanya merdeka lahir dan batin. Anak-anak mempunyai kodratnya masing-masing guru mempunyai tugas mulia menuntun kodrat anak tersebut. Melalui pendidikan guru akan menuntun anak yang sudah memiliki kodrat tadi dengan baik dan menjadi lebih baik lagi. Dalam melaksanakan posisi selaku calon guru penggerak saya memiliki kewajiban dalam mengelola segala sisi dan harapan guru dengan memperhatikan filosofi Ki Hajar Dewantara serta nilai guru penggerak berupa nilai karakter mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Di setiap pembelajarannya serta peran guru penggerak seperti mendorong peningkatan prestasi akademik murid mengajar dengan kreatif mengembangkan diri secara aktif mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, menjadi mentor bagi rekan guru lainnya serta menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.
Refleksi dari pemahaman saya atas keseluruhan materi modul budaya positif selama menjalani kegiatan pada modul 1.4 ini yaitu saya semakin memahami bagaimana budaya positif dikembangkan dan dijadikan kebiasaan di kelas atau sekolah, agar visi guru dan sekolah menjadi selaras serta mendukung murid menjadi pribadi yang bahagia mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara.
Hal yang menarik bagi saya dalam modul ini adalah peran guru yang sebenarnya merupakan dasar perjalanan pelajaran yang dibutuhkan murid dalam mencetak budaya positif dalam diri dan lingkungan sehari-hari. Selain itu menjadi sesuatu yang mengejutkan bagi saya karena dari pengalaman belajar ini saya memahami bahwa memberikan motivasi yang saya lakukan dan dipraktekkan siswa untuk mengimplementasikan budaya positif sedikit banyak memiliki niat yang hanya untuk menghindari hukuman saja bukan karena ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Selanjutnya saya akan memastikan dasar niat murid dalam penerapan budaya positif ini agar menjadi betul-betul diimplementasikan karena dari hati sehingga akhirnya cara berpikir saya pun menjadi berubah dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah.
Pengalaman dianggap biasa dan bahkan ditolak pun pernah dialami saya saat berusaha menerapkan konsep-konsep inti dalam modul budaya positif baik di lingkungan kelas maupun di sekolah seperti halnya melakukan budaya positif namun dengan niat hanya agar tidak menerima teguran dan lain-lain.
Perasaan sedih sempat saya rasakan namun perlahan akan saya coba menanamkan budaya positif ini dengan baik agar betul-betul diimplementasikan dengan ikhlas oleh para murid atau bahkan seluruh keluarga sekolah dalam penerapan konsep-konsep tersebut banyak hal baik yang telah tercipta mulai dari murid yang dengan baik mencontoh dan mulai mengikuti budaya positif yang ditanamkan hingga memberi contoh melakukannya kepada adik kelas atau teman sebayanya. Ke depan tentu akan ada tantangan sehingga hal yang perlu ditingkatkan adalah kondisi menjaga budaya positif ini agar tidak menjadi hal yang berat dilakukan dan tetap menjadi kebiasaan yang tercipta dari diri sendiri dan berimbas kepada orang lain.
Dalam interaksi dengan para murid ada banyak hal yang terjadi dalam penerapan budaya positif ini posisi kontrol guru menjadi dasar yang membentuk karakter murid seperti penghukum, membuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer.
Posisi yang saya sering pakai sebelumnya adalah guru sebagai teman kadang dengan posisi ini saya kesulitan dalam menampung keinginan murid karena kadang harus menjadi seseorang yang selalu diharapkan solusinya namun dengan merubahnya menjadi posisi manager saya dapat mendampingi murid dalam pengambilan keputusan dan bersama mencari solusi saat tengah ada masalah atau hal yang butuh perbaikan.
Sebelum mengenal materi saya belum pernah menerapkan segitiga restitusi sehingga menyelesaikan masalah akan menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang guru. Saat tengah dibutuhkan dalam sebuah penyelesaian namun saat ini posisi kontrol sebagai seorang manajer begitu bermanfaat karena semua penyelesaiannya dilaksanakan bersama dan dengan kesepakatan bersama selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini ada hal-hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah seperti menanamkan kesadaran diri murid dalam menjalani bentuk budaya positif yang ada sehingga menjadi terbiasa dan baik dalam menjalankannya. Peran guru, lingkungan dan orang tua menjadi sangat dibutuhkan dalam terealisasinya proses ini sehingga tetap berjalan beriringan sesuai dengan harapan bersama.
Berikut merupakan rancangan tindakan untuk aksi nyata modul 1.4-Budaya Positif:
Latar belakang masalah
Banyak murid yang menggunakan sepatu berwarna selain hitam, tidak sesuai dengan peraturan dan tata tertib sekolah.
Tujuan
Menciptakan budaya positif berupa disiplin positif dan menciptakan murid yang merdeka dengan meyakini nilai-nilai kebajikan dengan syarat utamanya adalah disiplin yang kuat yang ditanamkan dalam pribadi para murid.
Tolok ukur perubahan yang dilakukan oleh murid menciptakan keyakinan kelas menghindarkan keyakinan yang dipercaya.
Lini masa tindakan yang akan dilakukan
- menghadap kepala sekolah menjelaskan pentingnya budaya positif dan pembuatan keyakinan sekolah serta meminta izin untuk mensosialisasikannya melalui wali kelas dalam sebuah keyakinan kelas.
- berkolaborasi dengan wali kelas untuk membuat keyakinan kelas di masing-masing kelas.
- memantau dan mengevaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat.
Dukungan yang dibutuhkan
- Dukungan kepala sekolah dalam mengizinkan guna memberikan waktu dalam satu jam pelajaran untuk membuat keyakinan kelas bersama.
- Dukungan warga kesiswaan dalam membantu menanamkan semangat menjalankan keyakinan kelas dengan bantuan OSIS untuk diingatkan dalam bentuk tulisan atau himbauan dalam mading.
Demikian tugas 1.4.a.8 Koneksi Antar Materi-Modul 1.4. Mari perbaiki diri dengan budaya positif yang ada agar menjadi contoh baik bagi sesama. Salam guru penggerak, guru bergerak Indonesia maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H