Mohon tunggu...
intan_97
intan_97 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menghitung Rugi Bencana Asap

27 Oktober 2015   19:55 Diperbarui: 27 Oktober 2015   20:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah lebih dari satu bulan kabut asap yang melanda kota Palangkaraya Kalimantan Tengah,dan Sumatera. Keadaan tersebut semakin hari semakin parah. Hingga saat ini penderita ISPA meningkat 40 %. Padahal Presiden Jokowi telah melakukan kunjungan ke lokasi, namun pemerintah setempat lamban dalam menangani kasus ini,sehingga masalah kabut asap belum bisa terselesaikan. Di bagian Kalimantan tengah maupun Kalimantan Barat kurang lebih sudah 40.000 hektar lahan gambut telah terbakar terbakar. Laju kerusakan hutan di Kalimantan Tengah merupakan yang terparah yakni mencapai 256 ribu hektar/ tahun.

Padahal seluas 3,37 juta hektar lahan perusahaan berada di kawasan hutan. Diperkirakan 30 tahun mendatang, hutan di Kalimantan Tengah akan habis, jika laju kerusakan hutan sebesar 256 ribu hektar/tahun tidak dapat diatasi. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa negara tetangga (Singapura) sebaiknya juga membantu mengatasi masalah kebakaran hutan di Indonesia,karena Indonesia sebagai pemilik lahan yang membantu memproduksi oksigen,jadi jika Indonesia mengalami masalah,negara lain yang terkena dampaknya patut turut serta membantu mengatasi masalah tersebut.

Selain berdampak pada negara tetangga, kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan juga berdampak pada perekonomian Indonesia. Kualitas udara yang menurun menyebabkan ancaman terhadap kesehatan terutama ISPA,selain itu keadaan kabut asap juga mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat. Menurut Pak Mukri,wahana lingkungan hidup mengatakan bahwa lahan gambut sangat mudah terbakar ,apalagi jika disengaja. Dibawah lahan gambut terdapat batu bara, walaupun disiram berkali-kali tidak akan mengurangi bara yang ada di bawahnya,sehingga tetap terjadi asap.

Menurut Firmansyah, seorang analis ekonomi dampak dari El nino selain kekeringan yaitu peluang terjadinya kebakaran hutan atau lahan. Untuk kerugian ekonomi tahun 2015 lebih besar jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kerugian ekonomi mencapai 20 trilliun,eskalasi yang jauh lebih kecil dibanding tahun ini, kerugian tersebut tidak memasukkan kerugian keanekaragaman hayati,lingkungan hidup yang rusak karena kebakaran hutan. Oleh karena itu, permasalahan mengenai kebakaran hutan dan lahan harus segera ditangani. Jika hal ini dibiarkan maka akan mengganggu perekonomian daerah, bahkan perekonomian nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun