Mohon tunggu...
intan_97
intan_97 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perasaan yang Tak Terduga (Cerpen Part 2)

15 Oktober 2015   19:22 Diperbarui: 15 Oktober 2015   19:42 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

***

Setahun berlalu. Dan itu terasa sangat singkat. Dan gak terasa pula minggu depan aku udah ujian. There’s no motivator for me except my parents. Sahabatku udah jauh, Evan pun begitu. Dia mulai menjauhiku, karena tugasnya semakin banyak. Aku paham dengan keadaan mereka. Tapi, apa segitu mudahnya melupakan sebuah persahabatan?? Aku selalu mencoba untuk posthink aja, siapa tau mereka benar-benar sibuk. Ya udah deh lalui sendiri aja. Toh motivasi yang terbesar itu berasal dari diri sendiri kan??

Sejak saat itu aku berusaha untuk memotivasi diriku sendiri. Yang penting aku bisa semangat lagi. Come on guys, keep our spirit!! Dan besok pagi adalah hari ujian. Aku berusaha mempersiapkan yang terbaik untuk besok pagi. Ini adalah ujian yang paling menentukan untuk ke masa depan. My last exam sebelum jadi mahasiswa. ‘drrtdrrrt’ hapeku bergetar lagi. Dari tadi aku memang belum sempat buka hape. Aku udah niat off dulu main hape,main facebook dan teman-temannya facebook pastinya. Aku pun sengaja tidak isi ulang pulsa. Ya biarin aja deh, biar istirahat dulu hapenya. Aku membuka semua pesan di hapeku yang belum sempat aku baca. Ternyata ada banyak sms dari teman-teman. Banyak doa-doa yang mengalir dan juga motivasi-motivasi sukses. Diantara sms-sms yang masuk ada pula sms dari sahabatku Rei dan juga dari Evan. Mereka sama-sama memberiku motivasi sukses dan juga doa-doa sukses. Aamiin. Semoga doa kalian untukku dikabulkan oleh Alloh SWT. Gak kusangka mereka masih ingat padaku. Tapi maaf ya teman, aku belum bisa balas pesan dari kalian sekarang. Mungkin lusa kalau ujiannya udah kelar. Terimakasih sahabatku. Kalian udah kasih support buat aku. Aku gak akan pernah melupakan kalian, gak akan pernah. Aku sayang kalian. Tanpa kalian aku orang yang lemah. Tapi karena kalian aku bisa menjadi orang yang tegar. Air mataku tak bisa kutahan lagi. Air mata itu dengan sendirinya mengalir membasahi pipiku. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat ini. ’Ayo Kinan, kamu pasti bisa!!’ kata-kata itu selalu ada di dalam pikiranku, aku ingin dia mengucapkannya lagi di depanku saat ini. Dulu saat aku akan ikut lomba, Evan mengatakan kata-kata itu di depanku. Sahabatku Rei juga begitu.

Keesokan harinya aku benar-benar menghadapi ujian nasional yang terakhir. Rasanya senang bisa menghatamkan sekolahku, walau baru sampai SMA. Tapi entah kenapa rasanya senang. Hari ini aku benar-benar bebas dari pelajaran. Doa-doa yang mengalir dari orang tuaku, dan juga sahabat-sahabatku begitu berarti bagiku. Berkat doa merekalah aku bisa lancar menghadapi ujian kali ini. Sampai hari ketiga pun alhamdulillah Alloh memberiku kelancaran dan kemudahan. Tapi setelah ujian selesai rasanya bosan. Tak ada hal yang aku kerjakan untuk mengisi kekosonganku. Sedang asiknya bermain laptop tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar. Aku segera membukakan pintu. Grrt. Betapa kagetnya aku, ternyata yang datang adalah Reina. Aku langsung memeluknya erat-erat. ‘heii Rei..kapan kamu kesini?’tanyaku pada Reina. ‘kayaknya seminggu yang lalu deh’ jawab Reina. ‘kamu jahat banget ya sama sahabat sendiri, datang udah lama baru berkunjung ke rumahku sekarang. Kemarin-kemarin kemana aja kamu?’ tanyaku. ‘hmmm...ada deh. Kamu kan kemarin-kemarin ujian. Aku gak mau kedatanganku malah ganggu konsentrasi kamu.’ Jawab Reina. Aku banyak bercerita pada Reina. Aku menceritakan semua yang aku rasakan sejak kepindahannya dari desaku.

Tak ada kegiatan lain untuk saat ini. Aku biasa menghabiskan waktuku dengan menulis apapun yang aku alami di laptopku. Aku mencoba menyalurkan hobiku menulis cerpen. Karena aku gak punya someone yang spesial, so hari-hariku kosong banget. Ada sih salah satu teman yang mengutarakan perasaannya padaku. Tapi mau gimana lagi?? Aku tidak ada rasa apapun sama dia, aku gak mau dia jadi pelarian aku. Aku gak boleh egois. Mungkin hati Evan belum terbuka untukku. Aku yakin suatu saat pasti dia menyadari perasaannya sendiri. Entah pada siapa hatinya akan berlabuh?? Aku mencoba sms Evan. “Me : hai kakak gimana kabarnya, baik-baik saja kan? Evan: hai Kinan. I’m fine now. Me : syukurlah..aku bingung kak, aku gak ada teman curhat sekarang. Aku mau curhat sama kakak tapi... Evan: tapi kenapa Kinan?? Me : gak kenapa-kenapa kak, gak penting juga. Aku tau kakak udah gak care lagi sama aku, kamu beda sekarang kak. Evan : beda gimana kinan, aku sama aja. Aku Evan, sahabat kamu. Me : statusnya aja sahabat, tapi kakak gak pernah peduliin aku, kamu gak pernah ada waktu buat aku kak, jangan-jangan kakak.. Evan : aku kenapa?? Jangan berpikiran yang macem-macem deh, aku gak suka. Aku emang udah deket sama seseorang, tapi bukan berarti aku nglupain kamu kan. Aku sayang sama kamu kinan.” Aku gak membalas smsnya lagi. Aku terlalu sakit hati. Memang benar sih, aku bukan siapa-siapa buatnya. Aku gak boleh nuntut dia buat care terus sama aku. Tapi aku bimbang dengan perasaanku sendiri. Aku seperti tak tau rasanya sakit hati, atau memang aku yang tak pernah merasakannya. Tapi entah kenapa saat ini hatiku benar-benar sakit, aku gak mau tau apa pun tentang Evan.

Di matamu aku tak bermakna, tak punyai arti apa-apa. Mungkin itulah posisiku saat ini di hati Evan. Sudah tak ada ruang kosong untukku. Semuanya hanya untuk dia. Sebesar apapun rasa sukaku padanya, itu gak akan berarti apa-apa untuk Evan. Hanya dia yang ada di hati Evan saat ini. Kehadiranku selalu dikalahkan jika ada dia di samping Evan. Aku gak tau apa aku berhak marah atau tidak.? Toh aku hanya sahabatnya aja gak lebih. Tapi menjadi sahabatnya aja aku udah seneng. Aku lebih senang dengan posisiku menjadi sahabat, tapi terkadang aku menginginkannya lebih. Aku memang egois. “heyy..jangan melamun aja kerjaannya.” Tegur Reina yang kebetulan belum kembali ke kotanya. “ehh..iya Rei. Aku gak ngelamun ko, aku lagi mikirin masa depanku aja.” Jawabku. “hmm..kinan kinan, slow aja kali. Takdir itu udah di atur oleh Alloh, kita sebagai manusia hanya wajib berdoa, berusaha dan bertawakkal.” Sambung sahabatku. “iya bu ustadzah..” jawabku sambil meledeknya. Ahahaha . Hari ini Reina akan nginep di rumahku. Katanya besok ia harus kembali ke luar kota, jadi hari ini dia ingin melepas rindunya. Karena entah kapan dia akan kembali ke tempat tinggalku lagi. Sebenernya sedih juga sihh L.

Malam ini suasana haru. Entah kenapa aku meneteskan air mata. Aku gak tahan dengan perasaanku saat ini. Rasanya sedih banget. “hey..ada apa kinan, kenapa kamu nangis,?” tanya rei yang baru saja selesai solat isya. Aku hanya terdiam. Aku gak mau menjawab pertanyaan Rei. “Kinan..jawab pertanyaanku? Ada apa, siapa yang membuatmu nangis?” tanya Rei lagi. Reina mendekatiku dan memelukku erat. Aku menangis di pelukan Reina. Dia menenangkanku. Dan aku pun sedikit lega sekarang. Reina mendesakku untuk menceritakan semua beban dan masalahku. Aku menceritakan semuanya pada kinan. Semuanya. Tentang Evan pun aku ceritakan. “ada apa dengan Evan kinan?” tanya Reina. “katanya dia udah deket sama seseorang Rei, apa aku egois jika aku marah gara-gara itu. Aku gak tau Rei, rasanya hatiku sakit banget pas tau dia deket sama orang lain. Dan orang lain itu bukan aku Rei..” jawabku. “semua orang berhak egois, tapi gak kaya gitu juga kinan..dia di sana sendiri Kinan, begitupun dengan kamu, Evan butuh teman sedangkan kamu jauh dari dia. Kamu gak mungkin kan bolak-balik nemuin Evan” kata Rei. “iya juga sih Rei, tapi dia gak berhak kaya gitu kan, dia gak seharusnya berterus terang sama aku, jika memang dia benar-benar sayang sama aku. Dia pasti bisa dong jaga perasaan aku. Aku cape Rei kaya gini terus, status aku gak jelas..dia Cuma perhatian-perhatian aja,tapi ujung-ujungnya dia nyakitin aku juga Rei.” Jawabku. Reina terus berusaha menenangkanku. Dan akhirnya berkat nasihat Reina aku agak sedikit tenang. Dan akhirnya aku tertidur.

Keesokan harinya,aku bangun dan menyiapkan sarapan pagi. Reina menyusulku ke dapur, ia membantuku menyiapkan sarapan. Sesudah itu kami menyantap makanan yang sudah kami siapkan bersama. “kinan, aku mau mandi dulu ya, aku harus berangkat pagi nih.” Kata Reina. “iya Rei, nanti aku bantu kemas baju-bajumu.” Sahutku. “iya makasih ya,kamu emang sahabat terbaikku Kinan. Aku sayang banget sama kamu.” Kata Rei. “gak usah lebay deh lu..hehehe” ujarku. Reina langsung pergi ke kamar mandi, dan aku membantu beres-beres baju yang akan di packing. Reina masuk ke kamar dan langsung memelukku erat. Sebenarnya aku gak mau dia pergi, tapi mau bagaimana lagi. Dia harus pulang hari ini. Setelah aku menyiapkan barang-barang yang harus dibawa Reina, Reina berpamitan denganku. Aku mengantarnya sampai di jalan raya. Aku menungguinya sampai ia naik bus. Tidak perlu menunggu terlalu lama, bus yang ditunggu pun datang. Reina memelukku dan kemudian ia naik bus itu, ia melambaikan tangan padaku sebagai tanda perpisahan. Tapi suatu saat nanti pasti Rei akan mengunjungiku. Aku membalikkan badan dan melangkah perlahan menuju rumah. Sampai di langkah ketiga, tiba-tiba ada bus yang berhenti tepat di sampingku. Dan seseorang keluar dari dalam bus itu. DEEEGGGG. Jantungku serasa berhenti berdetak. Aku seakan berada di alam bawah sadarku. Seseorang berdiri disampingku, mencoba menahan langkah kakiku. Betapa terkejutnya setelah aku tau ternyata yang berdiri di sampingku adalah Evan. Dia mengunjungiku liburan kali ini. Aku berusaha menghindarinya, tapi dia memegang erat tanganku. Seakan aku tak boleh melangkahkan kakiku selangkahpun.. “kamu jangan marah lagi ya..” kata Evan. Aku hanya terdiam.

Dan sesaat aku speechless, aku salah tingkah di depannya. ‘Kinan apa yang terjadi pada dirimu,jangan tunjukkan hal ini di depan Evan’ batinku. “aku tidak marah padamu, tapi aku kecewa padamu kak, kakak tega sakitin hatiku” jawabku. “aku gak bermaksud gitu kinan,” bantah Evan. “cukup kak, aku sudah terlalu sakit. Apa kurang jelas semuanya kak? Kakak tau kalau aku menyukai kakak, tapi kakak malah happy-happy dengan perempuan lain. Aku sudah menolak orang yang benar-benar sayang padaku, itu semua demi kamu kak.” Sahutku. ‘tapi..’ bela Evan. “coba kakak posisikan diri kakak di posisiku, apa yang akan kamu lakukan kak?” kataku sambil melangkah pergi. kinan!!’ sahut Evan. “aku sayang sama kamu,jangan pernah kamu bilang kamu kecewa sama aku. Aku Cuma sayang sama kamu kinan. Tolong jangan marah lagi sama aku” kata Evan. Aku berhenti . aku gak bisa menahan air mataku lagi. Evan mendekatiku, dia memelukku dan membiarkanku menangis di pelukannya. Sesekali ia mengusap air mataku.

***

Hari ini aku harus ke luar kota karena ada panggilan dari sekolah kedinasan yang kudaftari. Dan aku lolos tahap terakhir. Itu artinya aku harus melakukan pemberkasan. Bye my beloved village. Aku seneng banget, karena akhirnya hasilnya tidak mengecewakan. “selamat ya, kamu memang pantas untuk berhasil” kata Evan. Aku berterima kasih dan juga berpamitan dengannya. Aku harus berangkat sore ini ke Jakarta. Maafkan aku Van, kamu jauh-jauh mengunjungiku malah akunya pergi. Demi impianku aku rela berpisah dengan Evan, lagipula minggu depan Evan juga berangkat ke Depok buat kuliah kedokteran💉. Semoga kamu juga berhasil ya Van.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun