Di pagi yang masih malu-malu,
Secangkir kopi membisikkan rahasia.
Aroma harumnya, menyapa lembut,
Menyentuh hati, seperti sentuhan masa.
Biji kopi yang merangkak di tanah,
Menjadi kisah, di setiap serbuk halus.
Dalam cangkir, tercipta dunia,
Puisi tergores, dalam setiap teguk.
Cairan hitam, menyatu dalam getir,
Seperti puisi yang ditulis dengan hati.
Di sana, di sudut cangkir yang sederhana,
Tersembunyi kata-kata, indah dan bernyanyi.
Dalam goresan sentuhan air panas,
Bijiku menari, mengisahkan perjalanan.
Pagi yang sepi, kopi menyapa,
Dalam kehangatan, cerita terbentang.
Ada senyuman dalam setiap sedutan,
Seakan kopi mengajak bercerita.
Menghilangkan dingin, menyapu sepi,
Puisi secangkir kopi, penuh makna.
Seperti peluk hangat dari sahabat lama,
Kopi, penyair yang tak kenal kata berhenti.
Di setiap sips, rasa getir dan manis,
Mengalir dalam puisi, tak henti-hentinya.
Jadi, mari kita bersama,
Menikmati secangkir puisi dalam kopi.
Dalam cangkir kecil yang sederhana,
Terukir kenangan, di setiap detik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H