Hari itu tanggal 25 Agustus 2023, hari Jumat yang sering disebut orang yang percaya "TGIF" "Thanks God It's Friday". Dalam perjalanan karir, di tahun dan bulan ini saya harus mempercepat pengajuan naik pangkat yang tertunda karena sakit dan solusinya saya harus mendapatkan penilaian dari suatu tim yang berwenang mengusung angka kinerja terhadap diri saya untuk naik pangkat dan keberadaan tim tersebut ada di RS dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. Â
Setelah menyelesaikan beberapa keperluan bekerja, kemudian saya mulai persiapan untuk berangkat ke Bogor dan betapa terkejutnya saya melihat jam tangan sudah menunjukan pukul 10.15 menit. Padahal saya berjanji dengan teman disana yang akan membantu urusan naik pangkat saya pukul 11.00. Saat itu saya juga telah melakukan pengecekan jika naik kendaraan mobil sewa online akan menghabiskan waktu satu jam empat puluh lima menit.Â
Situasi saya masih dalam ruangan kerja dan saya cerita pada teman-teman seruangan ternyata lama juga waktu yang harus ditempuh untuk sampai di Bogor. Di peta perjalanan si Mbah G juga terlihat beberapa titik merah dan kuning. Otak saya masih berkeliling-keliling berpikir naik apa ya? Posisi saya di RS Ketergantungan Obat, Jakarta yang berlokasi di Cibubur dan sudah dekat dengan jalan raya Bogor lama.Â
Ketika saya cek ongkos yang harus saya bayarkan untuk sampai di RS MM Bogor dari RSKO sejumlah 156 ribu rupiah. Lumayan menguras isi kantong. Tetiba seorang teman nyeletuk "kenapa gak naik kereta commuter aja bu?", itu sekarang harus pakai kartu ya kalau naik kereta? beli dulu ya di stasiun? (sambil mengenang pengalaman beberapa tahun lalu). Spontan juga menjawab "repot tidak ya?". Tidak bu! kata teman saya, sekarang bisa pakai "tap cash".Â
Mikir lagi gak punya Tap cash, sampai akhirnya teman yang helpfull itu mengeluarkan kartu dari suatu Bank M, sambil berkata, gunakan aja mbak, supaya tidak perlu beli kartu buat naik kereta. Begitu melihat kartu itu ternyata saya punya tapi saya menyebutnya e-money. Beginilah Gen X dibanding dengan Gen Y (kaum milenial) yang lebih cepat menerima perubahan.
Akhirnya saya menerima anjuran teman-teman karena pada menyebutkan "betul bu, naik kereta komuter aja lebih cepat", segeralah saya memesan kendaraan bermotor sewa online menuju stasiun Pondok Cina, supaya lebih mempercepat saya memilih stasiun terdekat menuju stasiun Bogor. Ditengah perjalanan dengan motor saya juga menyempatkan diri menberitahukan kepada teman bahwa saya akan telat sekitar 30 menit.Â
Untungnya teman saya itu masih ada rapat juga di kantornya (RS MM, Bogor). Di perjalanan menuju stasiun Pondok Cina terasa matahari sangat menyengat panas karena memang masih dalam situasi musim kemarau ditambah lagi info wilayah Jabodetabek terdampak polutan dari berbagi penyebab, ditambah lagi jalan menuju stasiun yang sudah berubah dan kami memutar dua kali (karena tidak tau jalan masuk motor) barulah tiba di stasiun Pondok Cina.
Dengan percaya dirinya saya langsug masuk menuju pintu masuk yang ada tempat menempelkan kartu dan ketika saya agak bingung kemana kartu ditempelkan, petugas KAI Commuter dengan sigap membantu mengarahkan kemana kartu e-money saya ditempelkan dan ketika sudah tertempel maka terlihat lampu warna hijau dan tangan petugas menunjukan pintu besi yang harus dilalui untuk masuk ke area keberangkatan kereta.Â
Kisah salah jalur terjadi saat saya menunggu di stasiun yang salah jurusan, dengan tenangnya saya ikutan menunggu di rel yang menuju Jakarta bukan ke Bogor. Inilah akibat tidak bertanya hanya berdasarkan "sepertinya dulu di jalur ini kalau menuju Bogor", namun sempat juga berpikir kenapa kereta yang ke Bogor agak lama tidak masuk jalur.Â
Mungkin karena saya Gen X yang biasanya "tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri", memutuskan tidak perlu bertanya pada siapapun. Karena takut terlambat sampai di Bogor sayan akhirnya bertanya kepada seseorang dan jawabnya tentu saya berada di jalu yang salah. Setengah berlari saya menyebrangi barisan rel sambil lihat kiri kanan, takut tetiba ada kereta, padahal tidak mungkin ya, pasti ada aba-aba sebelumnya.
Hanya sekitar dua menit berdiri pada jalur yang benar menuju Bogor si gerbong besi pun muncul dan saya tergesa-gesa jalan seperti orang yang takut ditinggal, karena pengalama kereta tidak berhenti lama menaikan penumpangnya. Saat saya berhasil masuk kedalam gerbong, terasa dingin menyegarkan tubuh, hati dan pikiran saya karena tertempa dinginnya AC yang mengalir dalam gerbong, membuat saya sangat terhiburkan dari rasa panas yang menyengat tadi di perjalanan menuju stasiun.Â
Kebetulan gerbong sepi penumpang jadi saya bisa memilih tempat duduk yang diinginkan. Begitu duduk sambil memegang map yang berisi usulan naik pangkat saya, tetiba HP berbunyi dan teman saya malah menginformasikan akan menjemput saya di stasiun kereta Bogor.Â
Saya agak bingung menjawab kira-kira berapa menit saya menempuh waktu untuk tiba di stasiun Bogor. Saat itu ada petugas kereta yang lewat dan saya pun bertanya "berapa lama kira-kira sampai di stasiun Bogor"dan dijawab dengan ramahnya "sekitar 40 menit an bu.
Saya melewati sekitar delapan stasiun jika tidak salah hitung, sampai akhirnya di stasiun Bogor, sesampainya disana mau keluar pintu kembali lagi menempel kartu dilakukan dan seorang petugas disini juga sigap membantu mengarahkan penempelan kartu yan sesuai. Begitu keluar saya harus mencari lagi jalur yang "keluarnya alun-alun"sesuai sebutan teman yang akan menjemput, dan ternyata sudah ada panah yang menunjukan, sehingga saya tidak salah jalur keluar.Â
Saya pun berjalan dengan gagahnya karena rasanya pada saat di perjalanan saya merasa sangat nyaman dan aman dan rasanya waktu tempuh tidak sampai 40 menit-an. Kemungkinan rasa nyaman membuat saya ingin tinggal lebih lama lagi di dalam gerbong kereta yang begitu bersih dan tidak bising juga. Apa ada larangan berisik ya?Â
Sayapun akhirnya bertemu dengan teman yang sudah menantikan saya di parkir dan dengan semangatnya saya menceritakan betapa enjoynya saya ke Bogor menggunakan KAI Commuter. Perjalanan pintar yang telah saya lakukan hari ini, ongkosnya murah, cepat sampai dan tepat waktu juga karena bisa memprediksi waktu ketibaan saya.Â
Sempat juga saya sampaikan jika tadi saya naik kendaraan mobil sewa mungkin pertemuan kami akan delay hampir sejam. Teman saya menjawab memang naik kereta komuter pilihan pintar mengejar waktu. Dokumen naik pangkat pun pindah tangan ke teman saya untuk diproses.
Akhir cerita yang semula saya khawatir repot terjawab mudah dan simpel, murah sudah pasti karena kartu e-money saya hanya berkurang  empat ribu rupiah, copet dan orang usil masih banyak kah berkeliaran di kereta ternyata aman yang saya bayangkan tidak ada sama sekali, sempat terpikirkan karena dulu sebenernya pengguna setia KRL sekitar tahun 1998-2000, 2005-2007 (kuliah S1 dan S2 di Universitas Indonesia).Â
Saya hanya menempuh perjalanan dari stasiun Pocin ke Bogor selama 40 menit (cepat sekali menurut saya) yang sudah lama tidak naik kereta. Tempat duduk yang lega, bersih dan perasaan tenang membuat "feeling happy" dan enjoy/ nyaman di perjalanan ini. Terjawab sudah KAI Commuter sekarang Mudah, Murah, Cepat, Aman dan Nyaman. Terima kasih KAI Commuter, keberadaanmu membuat perjalanan saya yang tadinya meresahkan menjadi menikmatkan.
Intan Endang
Salam Sehat Raga dan Jiwa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI