Mohon tunggu...
Intan Endang
Intan Endang Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Profesi: Fungsional Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku/Health Promotion Specialist

Hobi membaca berbagai literatur, pernah menjadi Kader Tim Penggerak PKK, Konten Favorit mengenai promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pernah mendampingi beberapa organisasi kemasyarakatan di bidang kesehatan masyarakat seperti Dewan Masjid Indonesia (DMI), PGI, PHDI, TP.PKK Pusat dll

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Naik Pangkat Pinter dengan KAI Commuter

4 September 2023   12:24 Diperbarui: 4 September 2023   12:48 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Dalam Gerbong KAI Commuter, Dok.detiknews dan Dokpri

Hari itu tanggal 25 Agustus 2023, hari Jumat yang sering disebut orang yang percaya "TGIF" "Thanks God It's Friday". Dalam perjalanan karir, di tahun dan bulan ini saya harus mempercepat pengajuan naik pangkat yang tertunda karena sakit dan solusinya saya harus mendapatkan penilaian dari suatu tim yang berwenang mengusung angka kinerja terhadap diri saya untuk naik pangkat dan keberadaan tim tersebut ada di RS dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor.  

Setelah menyelesaikan beberapa keperluan bekerja, kemudian saya mulai persiapan untuk berangkat ke Bogor dan betapa terkejutnya saya melihat jam tangan sudah menunjukan pukul 10.15 menit. Padahal saya berjanji dengan teman disana yang akan membantu urusan naik pangkat saya pukul 11.00. Saat itu saya juga telah melakukan pengecekan jika naik kendaraan mobil sewa online akan menghabiskan waktu satu jam empat puluh lima menit. 

Situasi saya masih dalam ruangan kerja dan saya cerita pada teman-teman seruangan ternyata lama juga waktu yang harus ditempuh untuk sampai di Bogor. Di peta perjalanan si Mbah G juga terlihat beberapa titik merah dan kuning. Otak saya masih berkeliling-keliling berpikir naik apa ya? Posisi saya di RS Ketergantungan Obat, Jakarta yang berlokasi di Cibubur dan sudah dekat dengan jalan raya Bogor lama. 

Ketika saya cek ongkos yang harus saya bayarkan untuk sampai di RS MM Bogor dari RSKO sejumlah 156 ribu rupiah. Lumayan menguras isi kantong. Tetiba seorang teman nyeletuk "kenapa gak naik kereta commuter aja bu?", itu sekarang harus pakai kartu ya kalau naik kereta? beli dulu ya di stasiun? (sambil mengenang pengalaman beberapa tahun lalu). Spontan juga menjawab "repot tidak ya?". Tidak bu! kata teman saya, sekarang bisa pakai "tap cash". 

Mikir lagi gak punya Tap cash, sampai akhirnya teman yang helpfull itu mengeluarkan kartu dari suatu Bank M, sambil berkata, gunakan aja mbak, supaya tidak perlu beli kartu buat naik kereta. Begitu melihat kartu itu ternyata saya punya tapi saya menyebutnya e-money. Beginilah Gen X dibanding dengan Gen Y (kaum milenial) yang lebih cepat menerima perubahan.

Akhirnya saya menerima anjuran teman-teman karena pada menyebutkan "betul bu, naik kereta komuter aja lebih cepat", segeralah saya memesan kendaraan bermotor sewa online menuju stasiun Pondok Cina, supaya lebih mempercepat saya memilih stasiun terdekat menuju stasiun Bogor. Ditengah perjalanan dengan motor saya juga menyempatkan diri menberitahukan kepada teman bahwa saya akan telat sekitar 30 menit. 

Untungnya teman saya itu masih ada rapat juga di kantornya (RS MM, Bogor). Di perjalanan menuju stasiun Pondok Cina terasa matahari sangat menyengat panas karena memang masih dalam situasi musim kemarau ditambah lagi info wilayah Jabodetabek terdampak polutan dari berbagi penyebab, ditambah lagi jalan menuju stasiun yang sudah berubah dan kami memutar dua kali (karena tidak tau jalan masuk motor) barulah tiba di stasiun Pondok Cina.

Dengan percaya dirinya saya langsug masuk menuju pintu masuk yang ada tempat menempelkan kartu dan ketika saya agak bingung kemana kartu ditempelkan, petugas KAI Commuter dengan sigap membantu mengarahkan kemana kartu e-money saya ditempelkan dan ketika sudah tertempel maka terlihat lampu warna hijau dan tangan petugas menunjukan pintu besi yang harus dilalui untuk masuk ke area keberangkatan kereta. 

Kisah salah jalur terjadi saat saya menunggu di stasiun yang salah jurusan, dengan tenangnya saya ikutan menunggu di rel yang menuju Jakarta bukan ke Bogor. Inilah akibat tidak bertanya hanya berdasarkan "sepertinya dulu di jalur ini kalau menuju Bogor", namun sempat juga berpikir kenapa kereta yang ke Bogor agak lama tidak masuk jalur. 

Mungkin karena saya Gen X yang biasanya "tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri", memutuskan tidak perlu bertanya pada siapapun. Karena takut terlambat sampai di Bogor sayan akhirnya bertanya kepada seseorang dan jawabnya tentu saya berada di jalu yang salah. Setengah berlari saya menyebrangi barisan rel sambil lihat kiri kanan, takut tetiba ada kereta, padahal tidak mungkin ya, pasti ada aba-aba sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun