Mohon tunggu...
Intan Friska Permatasari
Intan Friska Permatasari Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Jember. Fakultas Teknik. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Berisi tentang artikel secara dasar dan singkat ataupun review tentang lingkungan, sosial dan ekonomi dari pengelihatan mahasiswa perencanaan wilayah dan kota

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alih Fungsi Lahan Berkaitan Erat dengan Sistem Pertanian Suku Baduy, Benarkah?

8 Desember 2019   09:39 Diperbarui: 8 Desember 2019   09:48 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suku Baduy merupakan suku yang berasal dari ujung barat Pulau Jawa yang tepatnya adalah wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Suku baduy sendiri merupakan salah satu suku di Indonesia yang mengisolasikan diri dari dunia luar dan tabu untuk didokumentasikan segala kegiatannya terutama untuk Suku Baduy Dalam.

Selain hal tersebut, banyak hal -- hal unik yang dimiliki oleh Suku Baduy ini. Salah satunya adalah kepercayaan mereka atau penghormatan mereka terhadap roh kekuatan alam, penghormatan ini dilakukan dengan cara mempunyai sikap yang menjaga dan melestarikan lingkungan alam, dan juga merawat serta menjaga hutan sebagai salah satu cara untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Dalam prakteknya, hal tersebut memiliki aturan adat yang disebut Pikukuh yang memiliki inti terpenting berupa konsep " tanpa perubahan apapun " ataupun perubahan sesedikit mungkin.

Panjang tidak bisa/ tidak boleh dipotong. Pendek tidak bisa.tidak boleh disambung, merupakan isi dari Pikukuh tersebut. Pikukuh tersebut telah dilaksanakan dalam kegiatan bercocok tanam atau bertani masyarakat Suku Baduy.

Hal ini dilakukan dengan cara tidak merubah kontur lahan baik tidak dengan cara membajak ataupun dengan tidak membuat terasering, sehingga cara berladang Suku Baduy sangatlah sederhana yaitu hanya menanam dengan tugal yaitu sepotong bambu yang diruncingkan.

Hal lain yang menjadi kepercayaan bagi Suku Baduy dalam sistem pertaniannya adalah adanya Kompleks Arca Domas yang menyimpan batu lumpung. Mereka percaya apabila batu lumpung tersebut saat pemujaan berisi penuh air dalam keadaan jernih, maka pertanda bahwa hujan akan banyak turun tahun tersebut dan panen akan berhasil.

Adapula kearifan lokal yang mereka miliki dengan cara melihat posisi bintang tertentu untuk membaca cuaca atau musim untuk menghitung perubahan -- perubahan cuaca yang akan dihadapi saat bercocok tanam. 

Sementara itu, pada saat memulai bercocok tanam atau memulai penanaman padi di ladang, mereka tidak lupa menancapkan batang daun pelah yang mempunyai bau khas, bau khas yang dimiliki daun batang ini berguna untuk memanggil burung hantu atau pemangsa tikus lainnya. Pestisida -- pestisida yang mereka gunakaanpun berupa bahan -- bahan yang ramah lingkungan.

Banyaknya hal -- hal yang berkaitan dengan sistem pertanian yang digunakan Suku Baduy ini yang masih tidak menggunakan sistem pertanian yang modern serta hanya mengenal sistem perladangan sebagai sistem pertanian yang mereka anut, dimana sistem perladangan merupakan sistem pertanian yang memiliki usia paling purba.

Meskipun begitu, dengan sistem pertanian yang sederhana ini dan Pikukuh yang mereka miliki,dengan begitu Suku Baduy memiliki kearifan lokal yang sangat mengagumkan, dengan mereka tetap menjaga ekosistem alam yang mereka miliki.

Tetapi, jika kembali lagi membahasa Pikukuh yang ada pada Suku Baduy ini, ada beberapa larangan yang mereka percayai dan mereka hindari saat bertani, seperti halnya larangan untuk menebang hutan yang memiliki tujuan untuk melestarikan atau menjaga kelestarian lahan dan air di wilayah mereka.

Air hujan pun akan mengalir dan meresap menuju akar -- akar tanaman yang ada di hutan tersebut. Hal ini juga meminimalisir tanah agar tidak cepat terdegredasi kesuburannya akibat dari erosi.

Jika peraturan tersebut dilihat dari kaca mata seorang perencana wilayah. Hal berikut jelas memiliki banyak sisi postif.

Bagaimana masyarakat Suku Baduy menghargai alam atau ekosistem disekitar mereka dengan tidak membuka lahan pertanian baru yang berasal dari hutan tertutup dapat menjadi contoh bagi " masyarakat -- masyarakat modern " yang saat ini sering di temui permasalahan alih fungsi lahan, yang pada akhirnya hanya menguntungkan sebagian orang saja.

Tidak hanya kawasan pertanian yang menjadi lahan pengganti yang mulanya hutan, tetapi banyak pula kasus lain alih fungsi lahan hutan yang ada di Indonesia, seperti halnya alih fungsi lahan hutan yang akan dirubah menjadi areal pertambangan, areal perkebunan ataupun pemukiman.

Walaupun hal tersebut didasari oleh latar belakang atau fakta bahwa semakin hari, semakin tingginya keperluan atau kebutuhan masyarakat selain lahan hutan tersebut, tetapi alih fungsi lahan yang terjadi ini memiliki cukup banyak kerugian yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat itu sendiri, seperti hilangnya ekosistem di dalam hutan tersebut, berkurangnya kemampuan untuk menyerap emisi karbon yang akan berdampak pada pemanasan global hingga masalah sosial yang paling sering terjadi adalah kemiskinan.

Dengan melihat sistem pertanian yang dianut Suku Baduy, yang notabennya masih jauh dari teknologi ataupun hal -- hal modern lainnya. Diharapkan masyarakat -- masyarakat modern dapat menyeimbangkan antara kebutuhan yang harus mereka hadapi setiap hari tanpa harus memberikan dampak negatif bagi ekosistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun