Mohon tunggu...
Intan Septiyowati
Intan Septiyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sosiologi FIS UNJ

Saya suka menulis tetapi jarang dipublikasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Replika

2 April 2022   05:00 Diperbarui: 2 April 2022   05:03 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu sudah masuk tahun ajaran baru lagi, entah rencana apa yang dibuat Tuhan. Tepat saat pertama kali masuk sekolah tahun ajaran baru, naik pangkat menjadi kelas XII. Upacara serentak seraya temu kangen dengan teman-teman. Justru mataku kehilangan kontak dengan dirimu. Entah hilang ke mana jasadmu saat itu. Ku menunggu hingga keesokan harinya. Namun hasil yang aku dapati tetap sama saja, tak ada kontak mata sama sekali. Di pelosok gedung hijau itu pun kau tidak menyembunyikan diri.

Dengan rasa amat sangat penasaran akan keberadaan dirimu. Aku pun memberanikan diri membuka obrolan melalui media sosial denganmu, mungkin beberapa orang bertanya-tanya dari mana aku mendapat kontakmu. Kebetulan aku mendapatkannya dari teman dekatmu. Aku memulai interaksi dengan obrolan bodoh dan tak masuk akal. Beruntungnya walaupun dengan ketidakjelasan yang ada, kau masih mau meladeni orang sepertiku. Bertanya secara tidak langsung pun berlanjut hingga suatu fakta benar-benar membuatku mundur dari pendirianku. Fakta bahwa pisau ini benar-benar menyayat tuannya sendiri. Fakta bahwa engkau benar-benar telah hilang dari pandanganku. Saat itu juga, aku merasa itu hanya mimpi dan khayalan. Namun faktanya itu nyata dan benar adanya. Engkau telah meninggalkan sekolah, sudah bukan lagi sebagai siswa di sekolah ini. Kau pergi dengan meninggalkan banyak kenangan yang ditangkap mataku. Pergi meninggalkan teman dan sahabat seperjuangan selama satu tahun bersama. Entah alasan apa yang membuatmu pergi. Apakah karena aku atau karena hal lain.

Dan saat ini aku tau ke mana tujuanmu selanjutnya berkat teman dekatmu, kau memilih sekolah itu. Di sana yang dekat dengan deru kereta dan ramainya lalu lalang kendaraan. Aku tidak menyayangkan akan pilihanmu. Hanya saja yang aku sayangkan adalah kenapa pergi dengan ukiran kenangan yang telah tercetak. Seolah menyuruhku untuk terus mengingat keberadaanmu di sekolah ini.

Dan sekarang, inilah aku. Aku yang duduk di bangku kelas XII semester 1 akhir. Yang telah berusaha menyimpan rapat-rapat memori akan kehadiranmu dalam duniaku. Aku yang sedang bekerja keras menyelesaikan tugas organisasi yang sangat menyita waktu, pikiran, dan tenaga. Maka dari itu sejenak aku melupakan tentang dirimu yang telah menghiasi masa putih abu-abu ini. Aku yang saat ini telah fokus akan ujian-ujian dan jenjang pendidikan selanjutnya yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan keringat sendiri. Mulai lupa oleh masa-masa indah pada masa itu.

Terimakasih telah mengisi kekosongan kenangan masa SMA ini. Tanpa kehadiranmu, mungkin masa putih abu-abu ini sangatlah monoton. Mungkin juga sudah rencana Tuhan bahwa engkau hanyalah pengisi dan pelengkap, bukan pemeran utama dalam masa mudaku. Mungkin juga sudah takdir bahwa engkau tidak dipertemukan dengan seseorang yang nyata mirip denganmu. Mungkin engkau ditakdirkan hanya sebagai replika dan pengganti dalam kurun waktu satu tahun itu. Tapi bagiku engkau bukanlah pengganti ataupun replika, kau lah nyata adanya.

Ini adalah sedikit kisah tentang engkau sebagai replikanya. Maka aku pun akan menceritakan kisah tentang dia. Dia yang masih menjadi misteri identitasnya. Mungkin kisahnya tidak sesimpel kisah kau yang telah pergi. Kisahnya sangatlah kompleks karena kepergian dan kembalinya dia sangat merubah kelompok sosialku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun