"Nduk, aku berangkat dulu ya" Pamit Mas Bam, padaku. Dia kecup hangat keningku. Kebiasaan dia bila berangkat kerja atau kemana pun jika pergi tanpa ku, pasti mengecup keningku. 'Nduk' adalah panggilan kesayangan nya padaku. Sejak awal kenal, dia sudah memanggilku 'nduk'. Karena dia senang sekali melihat ku yang mungil dan amat sangat manja.
Mas Bam bekerja di salah satu perusahaan tekstil milik Jepang terbesar di kota Pandaan, Pasuruan. PT. Easterntex, nama perusahaan nya. Mas Bam adalah teknisi semua utility kantor. Dia adalah Manager di Departemen Utility. Karier nya terus meningkat setelah menikah denganku.
Mas Bam memelukku, "baik baik di rumah yah sayang, nanti kalau berangkat ngajar hati hati di jalan ya" Bisik nya lembut pada ku. Aku tersenyum manja padanya. Dia mencubit gemas hidung ku. Lalu dia beranjak pergi, naik motor Mega Pro hijau nya.
Ini adalah tahun kelima usia pernikahan kami. Hari hari ku dan Mas Bam amat indah. Sama seperti saat kami masih awal kenal dulu. Segalanya kami bicarakan berdua, hal kecil atau besar, pasti kami selesaikan berdua. Bahkan kami berdua di jadikan contoh terbaik di keluarga besar kami.
Kami sudah di anugerahi seorang putra. Usia nya baru beranjak 2 tahun. Namanya Rakha. Rakha di rawat mama ku sejak usia 40 hari. Karena saat itu Rakha mengalami hernia, yang di haruskan operasi di usia 40 hari. Rakha adalah cucu pertama di keluarga kami. Apalagi di keluarga ku, Rakha benar benar kesayangan papa dan mamaku.
Papa meminta ku agar Rakha di rawat oleh mereka berdua. Karena papa dan mama tidak punya hiburan, hanya hidup berdua, sementara ketiga adikku sudah ada yang menikah, ada yang bekerja juga kuliah. Mereka punya kesibukan masing masing. Dan tidak satupun mereka hidup serumah dengan mama.
Setelah dioperasi hernia di usia 40 hari Rakha di rawat papa dan mama ku. Hingga hari ini.
Aku segera masuk ke dalam rumah, mulai membersihkan rumah. Ku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.50 wib. Secepat kilat aku mulai membersihkan rumahku, karena pukul 07.30 wib aku sudah harus berangkat ke SD.
Iya, aku seorang guru TK dan SD di salah satu SD Swasta di kota Malang. TK dan SD Ummu Aiman namanya. Aku sudah mengajar disana, baru menginjak 3 tahun. Selain itu aku juga pengajar les privat, setelah pulang dari SD jadwalnya setiap hari.
Tepat pukul 07.20 wib, semua sudah selesai. Rumah kontrakan kami tidaklah terlalu besar. Iya, kami setelah menikah memutuskan untuk mandiri. Setelah menikah, kami langsung hidup terpisah dengan keluarga masing masing. Hingga hari ini. Ketika rumah sudah rapih dan harum, aku segera mandi. Dan mulai siap siap untuk berangkat mengajar.
Berkali kali aku berkaca, memastikan kerudung ku tak miring posisi nya, memastikan baju ku pas dan warna nya cocok dengan kerudung ku.
Iya, aku sangat perfectionist dalam urusan penampilan. Mungkin karena aku seorang guru ya, semua harus seindah mungkin di depan mata murid muridku. Agar mereka selalu semangat belajar denganku di kelas. Setelah kurasa semua lengkap, aku ambil tas mengajarku di atas meja kecil tepat di sebelah ranjang kasur ku.
Aku tersadar, loh HP mas Bam. Ketinggalan.
Hampir 3 tahun ini HP mas Bam tak pernah ketinggalan. Bahkan tak pernah keluar dari saku celananya. Kemanapun dia, mulai dari makan, ke kamar mandi, sampai sholat pun, HP ini tak pernah keluar dari saku celananya. Bisa di bilang, aku tak pernah melihat HP suamiku sendiri. Dan aku tak pernah berprasangka buruk pada Mas Bam. Aku sangat mempercayainya, karena aku tau, Mas Bam sangat mencintai ku.
HP itu ku masukkan dalam tas ku, aku tak punya waktu untuk memikirkan soal HP mas Bam. Ku bawa saja, siapa tau nanti ada yang telpon. Segera aku berangkat ke sekolah, dengan motor Honda Supra Fit hijau milikku..
'Bismillah' doa ku pelan. Lalu berangkat. Jarak sekolah dan rumah kami hanya 10 menit saja di tempuh menggunakan motor.
Tepat 07.40 wib aku sampai sekolah. Terlambat 10 menit. Hehehehe. Untungnya hari ini tidak ada jadwal mengajar, karena minggu lalu ulangan kenaikan kelas di laksanakan. Begitu masuk kantor, ku temui Bu Wiwik. Beliau adalah Kepala Sekolah TK. Kami saling bersalaman dan menyapa. "Kok, tumben Bu Rara baru datang" Sapa Bu Wiwik. Aku tersenyum. "Bapak nya masuk pagi Bu, jadi agak sibuk pagi tadi" Jawabku. "Hmmm..iri deh lihat Bu Rara sama Pak Bam, tiap hari seperti pengantin baru terus" Goda Bu Wiwik padaku. Wajahku bersemu merah.
Tak lama Bu Wiwik berpamitan padaku, akan ada rapat IGTKI di Kota Batu. Kami berbincang sebentar, lalu beliau kemudian berangkat.
Aku kemudian merapikan file dokumen kesiswaan di meja kerjaku. Tak lupa HP ku juga aq keluarkan, Ohh iya, HP mas Bam juga aq taruh di meja kerjaku, berdampingan dengan HP ku.
"Assalamu'alaikum Bu Rara" Seseorang mengetuk pintu kantor. "Wa'alaikumussalam, Ohh mama Cinta, mari masuk, ada yang bisa saya bantu?" Jawabku pada wali muridku. "Bu, maaf, boleh tidak, minta bantuannya, cinta agak manja tidak mau turun dari mobil. Ayahnya mau berangkat kerja. Mau mintanya sama Bu Rara" Lanjut mama Cinta. "Oh boleh, dengan senang hati..hehehe.. Cinta" Ujarku sambil berdiri dan keluar dari kantor bersama mama cinta. Menuju mobil mereka.
Cinta, adalah salah satu murid TK ku. Dia amat manja padaku. Ini adalah kebiasaan dia, jika ada ayahnya pulang, tidak mau turun mobil dan manjanya hanya padaku. Ayah cinta seorang pilot. Tidak bisa pulang setiap hari. Seperti biasa aku harus membujuknya turun dari mobil, diiringi tangis manja karena sang ayah harus kembali bertugas.
Tak lama, cinta pun mau ku tuntun turun dari mobil. Ayah cinta sangat berterima kasih padaku karena bisa membujuk putri kecilnya.
Setelah ku antar ke kelasnya, bermain sebentar dengan nya di kelas. Aku kembali ke kantor. Aku ingat, HP ku dan HP mas Bam ada di atas meja kantor.
Aku buru buru ke kantor, karena lupa juga tadi pintu kantor tak ku tutup.
Ohh..syukurlah, HP ku dan mas Bam masih di tempat yang sama.
Tak lama HP mas Bam berdering. Ku lihat ada 20 panggilan tak terjawab.
Kontak yang menelpon nya bernama "Pak Robbi". Aku ragu, angkat atau tidak. Karena aku tak pernah melakukan itu. Tapi ini sudah yang ke 21 kali dia menelpon.
Badanku bergetar, ada apa kah. Mas Bam baik baik saja kah, apa kah ada sesuatu hingga menelpon berulang ulang.
Tapi...jika terjadi sesuatu dengan dia di kantor, kenapa tidak menelpon ke nomorku.
Ragu sekali aku mau terima telpon itu. Aku takut Mas Bam marah padaku, karena berani angkat telpon orang lain di HP nya.. Tanpa seizin dia.
Tapi aku juga takut, terjadi sesuatu pada Mas Bam.
Akhirnya, ku beranikan mengangkat telpon itu. "Bismillah" Ucapku pelan. Belum aku berbicara, kudengar suara lembut seorang perempuan di balik nama Pak Robbi di HP Mas Bam. Seketika badan ku seperti di setrum listrik.
"Halo sayang, kemana aja sih, di telpon bolak balik ga diangkat. Jadi kan malam ini kita jalan,,sebel deh diajak ngomong malah diem ajah.. Sayang.. Kamu denger ga sih" Suara lembut itu terus ku dengar. Aku tak berkata sepatah pun. Pikiran ku kemana mana,
hatiku.. Hancur. Hancur dan Hancur.
"Sayang, kamu denger ga sih, udah nih ga mau ngomong" Lanjutnya terus mengoceh. Lalu aku berdehem. Dia kaget, lalu diam. "Ini siapa, berani sekali pegang HP Mas Bam" Celetuk dia marah. "Maaf mb, ini dengan siapa ya?" Ujarku pelan. Ku tahan air mata ini tak menetes. "Aku Sinta, pacarnya Mas Bam. Kamu siapa? Adiknya?" Katanya ketus padaku. Aku menghela nafasku. "Ohh pacar Mas Bam ya, udah lama pacaran nya mb?" Lanjutku. "Ya udahlah, udah jalan 3 tahun" Ucapnya tenang. Dadaku kian sesak. Tak bisa ku bayangkan. Mas Bam.......se jahat ini...
Dia masih bertanya aku ini siapa. Lalu aku bertanya lagi padanya.."mb Sinta udah pacaran hampir 3 tahun, apa pernah lihat KTP atau SIM nya?", dia terdiam. "Maksudnya apa ya mb, kenapa kamu tanya itu ke saya. Emang penting yah..?" Suara nya mulai lirih. Tidak se marah tadi. "Mb, besok besok, jika kenal dengan lelaki. Lihat KTP atau SIM nya, di situ tertera status, sudah menikah atau belum" Lanjut ku, suara ku harus tenang. Meskipun sebenarnya air mata ini tak kuat lagi ku bendung. Dia menghela nafas panjang. "Jadi mb ini......." Dia tak lanjutkan ucapannya. "Iya mb..saya istri Mas Bam, kami sudah punya satu putra" Ujarku masih se tenang mungkin. Dia yang tadi nya marah marah, lalu terdiam dan menangis. "Maafin aku mba" Katanya sambil sesenggukan. "Harusnya mba marah sama aku, kenapa mba ga marah mb???" Lanjutnya. Aku masih berjuang untuk tetap tenang. "Saya yang minta maaf ya mb Sinta, maafin atas kelalaian Mas Bam..saya yang salah, saya istri yang tidak pandai menjaga suami" Lanjut ku. Aku tak bisa menahan betapa berat hatiku. Mas Bam, sampai hati...
Sinta bercerita panjang bagaimana awal pertemuan mereka dan hubungan mereka 3 tahun ini padaku. Aku mendengarkan nya dengan setenang mungkin..agar dia tak tau air mata ini, tak tertahan. Bergulir deras dari ujung mataku. Lama dia bercerita, akhirnya kami tutup telpon itu.
Tak kuasa ku bendung tangisku.. Tak terbayang betapa sempurna Mas Bam menutupi semuanya. Aku berjuang agar tak sesenggukan. Karena aku masih di kantor.
"Allahu Robbi, kenapa sehebat ini ujian Mu. Aku sudah berusaha menjadi istri yang terbaik buat dia. Aku selalu tawadhu padanya. Kenapa Ya Robb?" Desah hati ku masih tak percaya atas apa yang terjadi barusan.
Hancur. Iya.. Hati ku hancur.
HP ku berbunyi.
Kantor Mas Bam yang menelpon. Ku stabilkan nafasku agar tetap tenang. Lalu ku angkat. "Assalamu'alaikum nduk, HP mas ketinggalan ya" Ucap Mas Bam lembut. "Wa'alaikumussalam, Ohh iya Mas. Tumben ketinggalan..hehehhe.." Jawabku.. Masih se tenang mungkin. "Iya, mas tadi lupa bener eehh, Ohh iya tadi ada yang telpon ngga?" Lanjutnya, terdengar kuatir dari suaranya. "Hmmm, ngga kok Mas..ga ada yang telpon" Kataku untuk menenangkan dia. "Ohh gitu, syukurlah. Ohh iya, jangan buka HP mas ya nduk" Pesan nya. Nada suara nya masih terdengar kuatir. "Iya Mas, jangan kuatir, aku ga akan berani"jawabku sambil tertawa manja. Mas Bam terdengar tenang mendengar suara manjaku. Meski sebenarnya hati ku bergemuruh.
" Mas, pulang nya jangan malam malam ya, aku mau minta sesuatu" Pesan ku terakhir padanya sebelum kami akhiri pembicaraan kami. "Iya sayang, nanti mas usahakan pulang cepat, ingat ya, HP mas jangan di buka buka" Kesekian kalinya dia bicara demikian padaku. Aku memastikan padanya, semua baik baik saja.
Ku matikan HP ku. Air mataku masih menetes. Ku beranikan tangan ku membuka HP Mas Bam. Ku buka gallery foto, video dan chatnya. Benar benar di luar dugaan ku.
Suami yang ku anggap paling sempurna,,suami yang menjadi Imam terbaik ku, se tega ini padaku. Begitu sempurna dia menutupi semuanya. Begitu sempurnanya.
Keindahan yang benar hancur dengan sempurna. a
Hari ini terasa begitu cepat. Aku sudah persiapkan semuanya. Dalam tas ku, hanya ada Ijazah ku, akte kelahiran Rakha, surat nikahku dan Mas Bam. Semua nya aku tinggal. Tak akan ada yang ku bawa. Ku lihat jam dinding ku sudah jam 17.00 wib. Mas Bam sebentar lagi pulang.
Dari jauh kudengar deruman khas motor Mega Pro Mas Bam. Benar saja, dalam hitungan tak sampai beberapa menit. Motornya sudah berhenti di depan rumah kontrakan kami. Ku sambut dia dengan senyuman. Mas Bam mengecup keningku dan memelukku. Kebiasaan kami setiap hari.
Tapi sore ini..semua sudah berbeda rasanya..di hatiku.
Setelah Mas Bam mandi dan ku sediakan minuman hangat, dia meminta HP nya.
Aku segera beranjak, mengambil tas ku. Dan ku keluarkan HP nya. Ku berikan padanya, bersamaan dengan itu, ku putar video dia sedang bercinta dengan perempuan lain.
Muka Mas Bam memerah. Dia marah,, tak pernah ku lihat dia semarah itu. Dia berusaha menjelaskan padaku. Aku sudah tidak mau lagi mendengarnya.
"Mas, aku salah apa...sampai hati mas seperti ini ke aku...Mas minta aku ke papa baik baik, aku mohon, kembalikan aku ke papa baik baik juga ya" Ucapku pelan di sela air mataku yang mengalir sangat deras. Mas Bam berusaha memelukku. Dia tak pernah tega melihat ku menangis. Aku menjauhinya..
"Tak akan ada yang akan aku bawa mas di rumah ini mas, bawa pulang yah ke papa" Lanjut ku masih menangis. Aku lihat wajah Mas Bam sangat merah, marah, menyesal, malu dan entah apa yang ada di fikirannya saat itu.
Dia meminta maaf padaku, dia berusaha mendekatiku..tapi aku terus menjauh. Aku hanya minta pulang ke papa ku.
Tak ada ucapan apapun lagi dari dia, setelah aku memaksa untuk pulang ke papa.
Dia segera mengambil kunci motornya, aku pun menutup pintu rumahku. "Inilah terakhir kali aku melihat rumah ini. Karena aku tak kan kembali lagi ke rumah ini" Desahku pelan dalam hati.
Aku segera naik ke motor, aku berusaha tenang dan tak lagi menangis. Aku sudah tak mau dengar lagi apapun pembelaan Mas Bam saat itu.
Motor terasa sangat kencang. Mas Bam memacu motor ini seperti pembalap. Aku tau, dia pun kacau hatinya. "Mas, jangan ngebut, aku ngga pegangan"..
Inilah ucapan terakhirku padanya.
Karena setelah itu, kami mengalami kecelakaan hebat. Aku tewas di tempat.
Iya..kondisi kepala ku pecah dan kaki kanan ku patah.
Â
Kejadian kecelakaan itu di Jl. Perusahaan Desa Karanglo Kecamatan Singosari Malang.
Kamis, 20 Desember 2007. Pukul 18.45 wib.
Â
Kau buat sempurna Mas, sempurna untuk menghancurkan ku..
Â
Cianjur,
16 Juli 2022
Â
~ raaina darwis ~
Â
To be continued....
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H