Cukup lama aku berdiri di depan pintu pagar rumah delima, salah satu murid les privat ku. Beberapa kali ku tekan bel nya, tak satupun yang muncul dari balik pagar. Tak biasanya rumah ini sepi dan tak biasanya pula pintu pagar ini tertutup rapat. Padahal, mereka tau jadwal mengajar ku.
Aku akan menunggu beberapa saat lagi, jika masih belum di buka..aku akan beranjak pergi. Aku sengaja tak mencoba menghubungi mama nya lewat WA..karena memang tidak pernah. Ku lihat jam tanganku, sudah ke angka 14.10 wib. Huft, hampir 45 menit aku berdiri.
Ya sudahlah..aku pulang saja.
Aku pun beranjak, meninggalkan rumah besar itu. Aku menyusuri jalan setapak di belakang rumah delima. Sebenarnya cukup jauh jika aku berjalan kaki. Tapi biarlah, aku berjalan kaki saja. Karena agak susah juga mencari tukang ojek ataupun angkutan di area rumah delima.
Hari ini hati ku sebenarnya agak sedih, beberapa hari kemarin tak ada kabar berita darinya. Iya..dari seseorang yang sudah amat dekat dengan ku.
Tak mudah bagiku membuka hati, setelah wafatnya suamiku. Setelah hampir menginjak 8 tahun, hati ku terbuka olehnya. Kami saling mengenal pun tidak sengaja, bahkan kami tidak pernah bertemu sama sekali.
Aku tak kenal siapa dia, sosok yang amat sangat di hormati orang lain. Sementara aku, benar benar istimewa bisa begitu mudahnya berkomunikasi dengan dia.
Sembari berjalan, sesekali ku lihat WA ku. Tak ada notif apapun yang masuk. Ku pasang eirphone, ku nyalakan lagu "dara" Milik Ariel peterpan. Semoga dia baik baik saja. Hanya itu saja harapanku.
Bagi ku, dia sosok luar biasa. Lelaki hebat dan bertanggung jawab dan amat sangat menyayangi keluarga. Dia lelaki pintar yang selalu mengajak kebaikan pada ku dan pada siapapun yang di kenalnya. Dia yang selalu konsisten untuk berjuang berdakwah di jalan Allah, dan terus menjaga ku meski jarak yang memisahkan kami.
Dia sosok yang di kagumi, oleh siapapun pastinya. Seorang penulis handal, dari apapun bisa jadi ide menulisnya. Tiap malam, ditemani iringan musik lembut dan suara ku..dia selalu semangat menulis. Sesekali aku manja, meminta lagu yang aku suka. Dan dia, tidak pernah menolak. Langsung mengabulkan keinginan ku.
Aahh.. Dasar aku..Si manja yang selalu iseng mengganggunya saat menulis. Jika sudah selesai tulisannya..lalu dikirimkan ke aku. Kemudian, aku mengoreksinya..ada kelebihan huruf, salah ketik atau kurang huruf. Dengan gaya bahasa ku yang manja tentunya.. Ku kirimkan ulang tulisan tulisan nya yang salah.
Tidak hanya itu, di sela kesibukannya, dia selalu menyempatkan meminta ku untuk menghubunginya. Meski hanya beberapa menit saja.
Sebenarnya.. Hati ku menjerit pilu..
Dia bukan milikku. Dia bukan siapa siapa ku.
Dia punya keluarga..yang harus dia jaga. Tapi perasaan ku tak bisa ku bohongi..aku menyayanginya bahkan berharap bisa menjadi makmum dalam sholatnya.
Dia sangat menyayangiku.. Dia yang selalu menemani langkahku tiap hari. Dia yang selalu menjaga ku, mendengar keluh ku, mendengar tangisku, mendengar tawa aku dan mendengar ocehan dan manjaku..Dia tau bagaimana keseharianku. Dia tau segalanya tentang aku...meski kami tak pernah bertemu...
Langkahku kian pelan..aku berhenti sejenak di saung tengah sawah. Hamparan sawah yang begitu menenangkan. Angin semilir, mengusap lembut pipiku..
Aku duduk sejenak di situ.
Ku buka album foto di HP ku..
Aku rindu senyumnya.. Aku rindu suaranya..
Dan rindu cerita dan suara jemarinya yang bermain indah di atas keyboard..
Tapi..semua harus aku akhiri...
Dia tidak sendiri, jangan rusak itu..
Nanti Allah marah..dan aku takut jika Allah marah..
Aku harus pergi..iya aku harus pergi..
Tapi...bagaimana caraku pergi...aku tak sanggup menyakitinya...
Maka..satu satunya cara..aku harus membuat dia membenciku..ku lakukan apa yang bisa membuatnya marah padaku..
Hanya itu caranya...
Dengan membenciku..dia tak kan ingat lagi padaku..
Air mataku bergulir... "Maafkan rara bang, rara sengaja membuatmu membenci rara..karena rara tak ingin merusak sesuatu yang indah, rara yang harus pergi" Desahku lirih sambil menatap foto dia dan keluarga nya di HP ku.
Ku hempaskan nafasku dengan perlahan. Ku tatap langit mulai senja..
Senja..iya.. Senja itu mengajarkan ku.. Bahwa langit tak selamanya terang.. Akan ada masanya langit menjadi gelap.
Baik baik disana ya bang..rara tetap akan selalu disini..berusaha sengaja membuat abang benci sama rara..
Aku bangkit dari duduk ku, ku langkah kan kaki ku dengan gontai. Tak lama lagi rumah ku tampak di mata.
Ra, mulai hari ini..tak akan lagi ada deringan telpon..mulai hari ini tak akan lagi ada suara jemari menari diatas keyboard..
Ra, mulai hari ini kau akan kembali melangkah sendiri. Ingatlah semua nasehatnya untukmu.
Dan..ra..mulai hari ini teruslah berupaya agar dia membencimu..meski sebenarnya kau tak inginkan itu..
Â
Cianjur,
13 Juli 2022
Â
~ raaina darwis ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H