Ku buka mata ku, banyak sekali orang di sekelilingku. Mereka begitu riuhnya. Ada yang menjerit, ada yang melihat ku begitu saja sambil bergumam, ada juga yang secepat kilat mengambil handphone nya lalu memfotoku.Â
Ada beberapa polisi yang segera mengamankan sekeliling ku. Terdengar raungan sirine ambulans yang datang dan memecah orang yang bergerumul di tempat itu.Â
Aku bingung... Ada apa ini..Â
Aku segera duduk. Badan ku sakit semua.Â
Hei.. Kenapa mereka tak bisa melihatku????Â
Aku baru tersadar, apa yang terjadi padaku.
Aku balik kan badanku, ku lihat kondisi badan ku yang sudah kaku, kepalaku berlumuran darah. Paha kananku tertekuk 90.Â
"Ya Allahh...aku kenapaaa????" Pekik ku sambil menangis dan menjauh dari jasadku.Â
Iya..aku menjauh dari jasadku.Â
Aku menangis sejadi jadinya.Â
Orang orang sebanyak itu tak satupun yang melihat ku. Aku masih menangis di tengah kesendirianku.
Tak lama, papa ku datang. Dia terduduk lalu menangis tak terbendung. Segera dia merengkuh tubuhku. Beberapa polisi membiarkan papa menangis sambil memeluk tubuhku.Â
Aku segera mendekatinya, sambil menangis ku sentuh pundaknya, tapi tanganku menembus pundaknya. "Pa, ini intan pa" Ujarku berkali kali sambil sesenggukan. Dia tetap tak mendengarku. Aku menangis sejadi jadinya. Aku sadar... Iya.. Aku sudah mati.Â
"Papaaaaaaaa" Teriakku sekeras kerasnya, tapi dia tetap tak mendengarku. Aku hanya bisa menangis dan menangis.Â
"Ya Allah..Rabb ku yang maha baik, aku kenapa, dan kenapa harus aku..??? " Teriakku masih menangis dan terduduk di belakang punggung papa ku.Â
Tak lama, tampak dua orang yang menghampiriku. Aku segera sadar, akhirnya ada yang bisa melihat ku, Ujarku dalam hati.Â
Mereka tersenyum, "ayo, saatnya kita pulang" Ujar salah satu dari mereka. Aku usap air mataku, "pulang kemana kah" Ucapku lirih. Mereka hanya tersenyum, lalu menggandeng tangan ku.Â
Seketika pemandangan sekeliling ku hilang. Berubah. Hitam.Â
Yang tersisa hanya jalan setapak, berupa lorong hitam. Di ujung lorong..tampak cerah.Â
Aku menuruti apa kata mereka, iya aku mengikuti mereka. Menyusuri lorong itu.Â
Ketika di ujung lorong, tampak cerah sekali. Kami berbelok ke arah kiri. Di situ ada masjid indah sekali. Harum sekali. Masjid itu begitu megahnya. Tak pernah kulihat masjid seindah ini. Hati ku kian tak menentu.Â
Tempat apalagi ini. Gumamku dalam hati.Â
Masjid megah itu sangat indah dan kokoh, dindingnya berwarna putih keemasan. Di depan nya ada taman kecil, beberapa bunga cantik yang melengkapi indahnya masjid. Sekilas tampak kupu kupu bercahaya terbang seakan berkejaran di atas bunga bunga.Â
Di sebelah kanan masjid ada air pancuran yang sangat tinggi.. Air bening dan harum sekali.
Aku semakin tertegun,,"wahai rabb, dimana kah ini"
Mereka berdua segera menemaniku masuk melalui pintu sebelah kanan masjid.Â
Sesegera mungkin, aku melaksanakan sholat tahiyatul masjid 2 rokaat.Â
Kebingungan ku tak cukup sampai disitu. setelah salam, aku tersadar.Â
Aku sedang di atas air.Â
Iya..air
Lantai masjid ini air..Â
Ku lihat gerakan liuk air sangat tenang dan indah.. Tapi.. Sajadah ku tak bergerak sama sekali. Ku lihat air itu sangat bening, tampak jernih dan harum.Â
Aku tersadar, tubuhku bergetar hebat. Karena aku tau, aku sedang duduk di atas air. Aku pasti tenggelam. Lalu ku pegang ujung sajadah ku.. Sambil bersujud. "Ya Allah, tempat apa ini. Kembalikan aku Ya Allah" Rintihku sambil sujud dan menangis ketakutan.Â
Sayup sayup ku dengar suara papa ku. Dia menangis sesenggukan. Tapi dimana dia, aku tak melihatnya, hanya bisa mendengar suaranya.Â
"Ya Allah, kembalikan anakku. Hanya dia anak perempuan ku satu satunya. Aku bernadzar Ya Allah, akan aku jaga dan ku rawat dia sampai sembuh, intan ku hanya satu Ya Allah, tolong kembalikan dia ya Allah"
Begitu indah  doa papa terdengar.. Derai Air mataku tak henti..Â
ingatan ku seperti di putar ulang dari masa kecilku. Yang ku ingat hanya papa.. Iya papa.Â
lelaki hebat ku yang selalu mencintaiku tanpa batas.Â
"ya Allah, aku mohon, kembalikan aku ke papa, kembalikan aku ke sana, disini bukan rumahku Ya Allah" Bisikku sambil menangis dan bersujud.Â
ada suara lembut berbisik di telingaku "rumah mu di sini. Nanti kamu pulang ke sini"
aku masih sujud tak bergeming, badanku ku masih bergetar, aku hanya bisa menangis.Â
aku tak tau, tempat apa ini.Â
aku juga masih bingung atas apa yang terjadi padaku.Â
aku hanya bisa menangis dan menangis, karena aku merasa ada di dunia lain. Iya, dunia lain.Â
Kedua orang yang menemaniku tadi menarik tanganku untuk berdiri.Â
masih belum selesai atas kebingungan ku, mereka mengajak ku keluar masjid.Â
kami keluar melalui pintu sebelah kiri. Baru saja beberapa turun dari tangga masjid.. Suasana sudah berubah lagi.Â
berupa lorong panjang dengan beberapa pintu di sebelah kiri. Pintu itu terbuat dari baja yang sangat kuat. Pintu itu terlihat kokoh dan menakutkan.Â
tempat apalagi ini...gumamku.
di pintu pertama, tertulis besar di pintu nya "orang yang tidak sholat". Lalu aku bertanya pada orang di sebelah kanan ku. " Bolehkah aku membuka pintunya? ", mereka tidak melarang ku. Mereka tersenyum, seolah mengizinkanku untuk membuka nya.Â
seketika tubuhku serasa hangus terbakar ketika ku buka sedikit saja pintu itu. Ku lihat sekilas didalamnya, ada ribuan bahkan jutaan orang yang di siksa di dalamnya. Teruskan mereka amat sangat memekakkan telingaku. Tubuhku sekali lagi bergetar sangat hebat. Â Kemudian aku terduduk dan menangis. Kaki ku seolah tak mampu berdiri.Â
Kedua orang itu memapahku berdiri. Iya, aku dipaksa untuk melanjutkan perjalanan melewati pintu kedua.Â
Tulisan nya ku baca "orang yang durhaka pada ibu". Entah mengapa aku ingin melihatnya, iya melihat isinya. Ku buka lagi, siksaan dan jeritan yang membuat tubuhku serasa hancur berkeping-keping keping.Â
kemudian aku harus berjalan lagi, sampailah di pintu ke tiga. " Orang suka bohong", ku lakukan lagi. Membuka pintunya, melihat penghuninya. Lalu berjalan lagi di pintu ke empat, bertuliskan "orang suka fitnah", kubuka lagi pintu nya, ku lihat lagi penghuninya, sekali lagi kaki ku rasa tak sanggup berdiri. Kengerian demi kengerian yang aku lihat, tak mampu membuatku berdiri. Tapi, ada satu pintu lagi diujung sana. Mereka berdua masih tetap berdiri di sampingmu, sambil memegang tanganku, seolah berkata.. Kamu bisa dan kuat.Â
aku melangkah lagi di pintu terakhir, tulisannya besar sekali "istri yang nusyus pada suami". Sekali lagi aku memberanikan diri membuka pintu itu.Â
amat sangat pedih siksa dan perih mendengar teriakan perempuan perempuan itu.Â
nahdzubillah..aku semakin tak sanggup berjalan. Tapi aku harus berjalan lagi. Iya sekarang berupa lorong sempit,Â
mereka berdua berdiam. Tak lagi menemaniku, mereka memyuruhku berjalan sendirian.Â
kemudian, dengan tertatih aku melangkah menuju ujung lorong itu.Â
"keluarga intan?", panggil dokter dari dalam. Ruangan operasi. Papa lalu bergegas berdiri. "Iya dok, bagaimana anak saya? ", " Alhamdulillah pak, anak bapak sudah berhasil di selamatkan. Sudah hidup kembali. Ini akan ada tindakan lanjutan untuk operasi tempurung kepalanya dan paha kaki kanan nya" Lanjut dokter, "iya dokter, lakukan yang terbaik untuk anak saya dok" Pinta papa..Â
Kamis, 20 Desember 2007, tepat pukul 18.45 wib, aku mengalami kecelakaan hebat. Aku tewas di tempat kejadian perkara. Di Jalan Perusahaan Desa Karanglo Malang.Â
Jum'at pagi pukul 01.00 wib aku dinyatakan hidup kembali setelah di lakukan bantuan tindakan medis pertama oleh tim dokter rumah sakit tentara Soepraoun Malang.Â
alhamdulillah, kisah nyata yang indah.Â
raaina darwis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H