Pemilihan bahasa dalam puisi ini cukup mudah dipahami, beliau tidak banyak memakai diksi rumit khas puisi, atau memakai bahasa lama khas penyair pujangga baru.Â
Puisi dalam buku ini sudah termasuk kedalam puisi modern Indonesia, itu sebabnya puisi-puisi dalam buku ini terkesan lebih bebas dibanding puisi-puisi tahun 2000-an kebawah.
Puisi-puisi dalam buku ini akan cukup membuat kita terpana, karena saat membacanya puisi itu seakan mengajak kita untuk langsung membayangkan peristiwa yanga terdapat di dalam puisi. seperti puisi Pezinah Pertama (III)
Di alun-alun telah berhimpun
orang-orang berjubah, dengan obor di tangan.
Dengan api, dosa diperabukan.
Di langit yang sekarat, beribu burung
dengan batu api di paruh, terbang gemuruh
bergegas dengan kepak cemas.
Di puisi lainnya, Hikayat Kopi -- menjadi puisi pertama pada buku antologi puisi ini -- sungguh menjadi puisi yang sangat imajinatif, tentang permulaan terciptanya sebiji kopi dan diakhiri dengan tetesan airmata yang jatuh ke dalam secangkir kopi.
- "aku lahir dari sebiji kopi.
kepahitan telah menyulingku
hingga bening," kata airmata
lalu menetes ke dalam kopimu.
Pada nyatanya, jika membaca puisi-puisi ini dengan lebih mendalam anda akan dapat merasa bahwa puisi-puisi ini seakan menceritakan kisah-kisah yang ada di realitas.Â
Agus Noor memang cukup terkenal dengan karya-karya sastranya yang mengandung comedy satire dan oleh karena itulah sekalipun puisinya sangat imajinatif dan lucu beberapa puisi seakan menyinggung kondisi sosial yang ada.
2. Menikmati puisi Barista Tanpa Nama dengan secangkir kopi
Anda akan merasa lebih dekat dengan puisi-puisi di buku ini jika menikmatinya seorang diri ditemani secangkir kopi, dan juga memutar alunan musik yang menenangkan.
Puisi-puisi di buku ini cocok untuk dibaca di saat tenang dan senggang, anda akan menemukan feel yang menghangatkan hati namun juga mengiris perasaan.Â
Puisi-puisi ini tepat jika ingin dibaca berulang kali, sekalipun puisi-puisi ini diterbitkan pada tahun 2018 anda yang memiliki buku puisi ini pasti tidak akan segan mengatakan "mau berapa kali pun di baca dan selama apapun, buku ini akan tetap related dengan kondisi dan situasi kapan pun".
Puisi ini akan memeluk anda saat anda butuhkan, puisi ini seakan-akan menjadi satu-satunya sosok yang mengerti kesedihan anda tentang cinta dan kehidupan, dan puisi ini juga bisa menemani anda saat kesepian dan sendirian.