Mohon tunggu...
Intan Anugrah Bathari
Intan Anugrah Bathari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia sebagai Homo Symbolicum

4 Maret 2022   14:50 Diperbarui: 4 Maret 2022   15:04 3195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Interaksi simbolik merupakan teori yang tidak asing dalam ilmu sosial dan komunikasi. Teori ini digunakan untuk menganalisis gejala-gejala yang ada di masyarakat. Teori ini memandang hakikat manusia sebagai makhluk yang relasional dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Interaksi simbolik menuntut manusia agar memiliki kepekaan, mampu berpikir kritis, kreatif, serta aktif dalam memaknai dan menghayati simbol-simbol saat melakukan interaksi sosial.

            Teori interaksi simbolik mampu membedah bagaimana perilaku komunikasi dan interaksi antar manusia dalam konteks yang luas. Dalam perkembangannya, teori ini sempat mendapat kritikan keras, seperti konsepnya yang terlalu abstrak, batasan-batasan yang digunakan kurang jelas, serta kurang dapat memaknai apa yang menjadi fokus kajian. Hingga akhirnya, angin segar datang dan membuat para peneliti mengerti pentingnya mempelajari teori interaksi simbolik. Mereka percaya bahwa simbol yang dapat dipahami dengan baik akan memiliki penafsiran yang baik pula, dan sebaliknya. Selain itu, perkembangan manusia dan lingkungan juga turut membutuhkan kemampuan memahami simbol-simbol dengan baik dan benar. Dengan kata lain, pemahaman seseorang terkait teori ini akan mengurangi terjadinya kerancuan interpretasi.

            Buku berjudul Interaksi Simbolik Teori dan Penerapannya dalam Penelitian Pendidikan dan Psikologi ini memiliki lima bab pembahasan. Bab pertama membahas akar sejarah teori interaksi simbolik. Pada bab ini diuraikan sejarah lengkap teori interaksi simbolik, mulai dari kemunculan gagasan interaksi simbolik oleh George Herbert Mead, kelahiran teori interaksi simbolik, serta kemunculan mazhab interaksi simbolik pada awal perkembangannya, yakni mazhab Chicago dan Lowa. Selanjutnya, bab dua membahas tokoh dan perkembangan interaksi simbolik. Pada bab dua ditekankan lebih lanjut mengenai perbedaan pandangan para tokoh terkait interaksi simbolik melalui diskursus diri dan identitas. Pertama, Mead dengan gagasannya the Self. Menurut Mead, inti dari teori interaksi simbolik adalah diri/ self. Mead menganggap bahwa konsep diri merupakan suatu proses interaksi antara individu dengan orang lain dalam konteks sosial. Lebih jauh, Mead menganggap bahwa konsep diri dapat bersifat subjek sekaligus objek. Selanjutnya, Charles H. Cooley dengan konsep pemikirannya the Glass Self. Cooley mengartikan "diri" sebagai akar dari segala sesuatu yang dibicarakan. Cooley juga mengemukakan pendapatnya terkait konsep diri yang kemudian menjadi salah satu teorinya yang terkenal, yakni the Looking-Glass Self. Ia berargumen bahwa konsep diri seorang individu ditentukan oleh apa yang dipikirkan orang lain terhadap individu tersebut. Dengan kata lain, seorang individu memerlukan penafsiran orang lain terkait "bagaimana" dirinya.

            Buku ini menguraikan pula pandangan William James, salah satu pelopor studi psikologi. James mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dalam konsep "diri". Ternyata, pandangan James tidak jauh berbeda dengan pandangan Mead yang menganggap "diri" dapat bersifat subjek maupun objek. Ia meyakini bahwa diri individu mewakili suatu masyarakat tertentu dan memerlukan pandangan yang sesuai dengan realitas yang ada. Masih banyak tokoh lain yang memiliki pandangan berbeda terkait teori interaksi simbolik, seperti Howard S. Becker dengan konsep labelling, Anselm Strauss dengan konsep transformasi identitasnya, Norman Denzin yang mengemukakan metodologi interaksi simbolik, serta tokoh-tokoh lain yang telah dirangkum dalam buku ini. Bab tiga buku ini mengupas tentang fokus dan perspektif metodologis interaksi simbolik yang terdiri atas analisis kode, analisis tema, analisis kata-kata informan, serta analisis teks dan konteks. Selanjutnya, paradigma ilmiah dalam perspektif interaksi simbolik dibahas pada bab empat. Pada bab ini diulas lebih dalam mengenai interaksi simbolik yang pada akhirnya dapat menjadi sebuah pendekatan. Dijelaskan pula premis-premis, proporsi, unit analisis, dan prinsip interaksi simbolik yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian. Lebih lanjut, mengenai desain, tahap-tahap, dan kunci utama penelitian interaksi simbolik diuraikan pada bab lima sebagai bab penutup.

            Buku ini menarik, melalui pembahasannya sedikit demi sedikit dapat mengubah mindset pembaca tentang hakikat manusia, yakni keberadaan manusia sebagai homo symbolicum yang hidupnya akan selalu terikat dengan simbol dalam interaksi dan komunikasi. Tanpa adanya simbol, tidak akan dapat dimaknai suatu komunikasi antara satu individu dengan individu lain. Minimnya buku ini terletak pada penggunaan tanda baca. Selain itu, buku ini kurang cocok dibaca oleh pembaca pemula karena bahasa, istilah-istilah, serta pembahasannya yang lebih cocok untuk pembaca dari dunia akademisi. Terlepas dari itu, buku ini akan sangat bermanfaat jika dijadikan rujukan bagi mahasiswa, terutama mahasiswa pasca sarjana yang diharuskan mampu membuat suatu naskah akademik atau penelitian-penelitian yang serupa.

Identitas Buku:

Judul: Interaksi Simbolik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian Pendidikan dan Psikologi

Penulis: Dr. Abdul Muhid, M. Si.

dan Dr. Winarto Eka Wahyudi, M. Pd. I.

Penerbit: Madani Kelompok Intrans Publishing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun